Sore itu, awan putih masih menghiasi langit, hanya sebagian langit di ufuk barat yang mulai memamerkan warna jingganya.
Begitu keluar dari kamar, Geralda langsung mendapat perhatian.
"Wah, Geral?" ujar seorang teman.
"Aneh kan?" Geralda seolah langsung mengatai dirinya sendiri.
"Tidak! Kau berubah seratus delapan puluh derajat! Tambah cantik!"Geralda tak menyangka akan mendapat komentar seperti itu. Ia mengucapkan terima kasih.
Model rambut Geralda
Model rambut Myla
Model rambut Crystal
Model rambut EmaBESTIES berjalan melewati lobi.
Ting!
Suara mesin lift berbunyi menandakan para penumpangnya telah sampai tujuan. Rupanya, di dalam ada cowok-cowok."Wih? Geralda nih?" tanya salah satu dari mereka.
"Ga usah komen," balas Geralda cepat. Ia benar-benar merasa aneh hari itu. Tak biasa— canggung, kaku, semua menjadi satu.
"Beda banget sih, jarang banget kan liat dia pake gaun," tambah yang lain.
"Berisik ah!" Geralda kesal.Ia mengamit lengan Myla dan Crystal untuk cepat-cepat pergi dari situ.
Ketiga langkah gadis itu menapaki keramik menyusuri lorong untuk ke ruang dansa.
Ketika berdiri di depan pintu masuk, beberapa anak perempuan berbisik-bisik melihat Geralda, "Pst, itu Geralda?"
"Kok beda banget gitu?"
"Aneh banget rasanya.""Abaikan saja mereka, mereka cuma iri padamu," ujar Crystal ketika mendengar bisik-bisik itu.
Pintu ruang dansa terbuka. Dua orang lelaki dengan seragam jas lengkap berdiri di balik pintu.
"Selamat datang, silakan masuk," kata mereka.
Lampu gantung di ruang dansa menyala dengan terang menampilkan kilau butiran kristalnya. Ruangan yang luas itu dialasi karpet merah dan beberapa hiasan yang cantik di ujung ruangan.
"Saat kau turun dari tangga, perhatikan langkahmu, sedikit saja kesalahan bisa dinilai orang negatif."
Geralda mengingat perkataan Crystal saat mereka berlatih dansa.Tiba giliran Geralda untuk menuruni tangga. Pelayan lelaki itu mengenggam ujung jemari Geralda dan berseru, "Nona Geralda."
Ia menggengam jemarinya sambil membawanya turun tangga.Tap.
Tap.
Tap.Beberapa lelaki yang sudah dari tadi berada di ruang dansa itu menatapnya dengan kagum dan berbisik-bisik.
"Geralda cantik banget parah."
"Masa sih dia Geralda yang itu?"Geralda tersenyum canggung. Aku tak pernah merasakan menjadi seseorang yang cantik, diperhatikan, dipandang semua orang dengan kagum, batinnya.
Langkah kaki terhenti di lantai ruang dansa.
Tap.
Gadis tomboy itu membungkuk lalu menaikkan ujung rok gaunnya.
Crystal melakukan hal yang sama dengan senyum mempesonanya.
"Nona Crystal," baca pelayan itu lantang. Bersamanya, Crystal menuruni tangga itu. Gadis ini memang telah terbiasa dengan tata krama pesta dansa, Crystal dan keluarganya memang termasuk keluarga kelas atas yang sering ikut pesta dansa.
Tibalah giliran Myla. Gadis itu menghela napas gugup, dalam hatinya ia mengulangi perkataan yang Crystal katakan padanya.
Di wajah Myla tersungging senyum manis, semanis ice cream yang dapat membuat siapapun yang melihatnya meleleh dan jatuh hati."Nona Myla," seru pelayan itu.
Tap.
Ketika kakinya menyentuh lantai ruang dansa, ia membungkukkan badannya lalu mengangkat ujung gaunnya.
Myla cepat-cepat menghampiri Crystal dan Geralda yang menunggunya di samping barat.
"Good job, girls," Crystal tersenyum pada mereka.
"Thanks, Crys," ujar Geralda dan Myla padanya."Hei, kau yang di sana dengan gaun ungu!" panggil seseorang, ia menghampiri mereka.
"Apaan sih?" Geralda merasa aneh dengan panggilan itu.
Cowok itu membawa Romeo, rupanya dia kawan Romeo, "Ini nih pasanganmu, biar kalian ga kepisah pas pesta dansanya ya, aku titip dia disini, aku mau cari princess aku."
"Hei!" Romeo langsung berusaha menghentikan kawannya untuk pergi.
"Nanti ketemuan lagi ya, Ro!" ia langsung berlari meninggalkan cowok itu.
"Hai, Ro," sapa Crystal, "udah siap dansa sama anak ini?"
"E-em, mungkin," balas Romeo.
"Masalah Geralda itu cuma suka nginjek kaki, semangat ya dansa sama dia," tambah Crystal.
"Ta-tapi ini beneran Geralda?" tanya Romeo tergagap.
"Iya, ini princess mu. Gimana, berubah banget kan?" Crystal langsung menjawab pertanyaan itu.
Romeo memandangi Geralda yang amat berubah itu, benar-benar cantik, Romeo tak bisa berkata sepatah kata pun, dia hanya berkata, "Dia cantik sekali."
Blush, pipi Geralda memerah, jarang sekali ada lelaki yang berkata dia cantik.
"Terpesona.. engkau terpesona.." goda Crystal geli. Ia menyanyikan sebuah lagu yang sesuai dengan keadaan kala itu.
Pipi Romeo memerah seperti tomat.
"Hentikan!" Geralda menyenggol bahu Crystal.
Myla tertawa kecil melihatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐛𝐞𝐬𝐭𝐢𝐞𝐬 [ 𝐞𝐧𝐝. ]
Teen FictionWhat happens when the popular girl, the tomboy girl, and the nerdy girl are put together? Harus menghabiskan masa study tour bersama teman-teman yang sama sekali tidak dekat dengannya merupakan suatu mimpi buruk bagi Crystal. Crystal yang populer d...