Drttt drtt..
Geralda merasakan getaran di dekatnya. Ternyata itu alarm paginya. Semalam, ia menyetel alarm itu untuk pukul 05.30.Geralda mengucek matanya yang masih berat. Ia memperhatikan Myla dan Crystal yang masih tertidur lelap.
Gadis itu pun duduk di sisi kasurnya. Ia meminum segelas air putih.
Setelah itu, ia mengambil pakaian dari kopernya. Baju berkerah berwarna merah serta jeans sobek-sobek. Ia lalu langsung mandi.
Begitu keluar dari kamar mandi, ia melihat Myla yang duduk di sisi kasurnya. Ia memang menunggu Geralda selesai mandi.
"Maaf lama, aku pikir kau belum bangun," ujar Geralda.
Myla mengangguk seolah berkata, "Tidak apa."
Myla lalu masuk ke kamar mandi dan mandi.
Setelah keduanya selesai bersiap-siap, Myla membangunkan Crystal.
Myla menggoyangkan tubuh Crystal, "Crystal, bangun, sudah jam segini."
Crystal mengucek-ucek matanya. Tanpa bilang apa-apa lagi, ia langsung masuk ke kamar mandi.
[ DAY ONE ]
Mereka menuju ruang makan untuk sarapan. Itu saja mereka sedikit terlambat karena menunggui Crystal berdandan.
Sesampainya di ruang makan, mereka mendengar berbagai celoteh anak-anak. Entah tentang sarapan, kegiatan hari ini, serta banyak lagi.
"Ya ampun, omeletnya basi ya?" bisik Ema pada Ruvy. Ema menjulurkan lidahnya lalu menyambar minuman di dekatnya.
"Enggak mungkin Ma, lidahmu kenapa? Enak-enak aja kok," balas Ruvy sambil terus menyuapkan sarapan itu ke dalam mulutnya.
Sementara itu, kelompok 9 makan dengan tenang dalam satu meja. Menu sarapan omelet itu memang nikmat. Akhirnya semuanya selesai sarapan.
Bu Emy memanggil anak-anak untuk segera berkumpul. Ia mengatur barisan dibantu Pak Mathew.
Satu per satu mereka naik ke dalam bus dan akhirnya berangkat.
Myla membaca jadwal dan tujuan study tour untuk hari ini.
Tujuan mereka hari ini adalah Museum Art 3D dan Pantai Deru Ombak.
Setelah 40 menit dalam perjalanan, bus mereka berhenti di parkiran museum.
"Semua baris!" seru Pak Mathew memberi arahan.
Ketika mereka masuk, mereka disambut oleh lukisan abstrak yang sangat keren. Lukisan besar itu terdiri dari berbagai macam coretan warna yang estetik. Mulai dari merah, hijau, biru, jingga, dan hitam. Pelukisnya pandai dalam menorehkan warna itu.
Tetapi bukan lukisan itu yang menjadi topik penjelasan pemandu untuk hari ini. Pemandu mereka menjelaskan pada mereka mengenai seni dan sejarah tentang lukisan-lukisan yang terpajang di situ.
"Gak penting!" gerutu Ema. Ia menghentakkan kakinya kesal.
"EMA!" tegur Bu Emy. Perasaan malu menyelimutinya sebagai guru yang melihat muridnya berkata tak sopan.
Tersentak mengetahui Bu Emy mendengar ucapannya, gadis itu langsung menutup mulutnya. Ia juga bersikap seolah memperhatikan.
"Baiklah, kita sudah sampai di lukisan terakhir. Sekian cerita singkatnya, kalian boleh berfoto," pemandu itu tersenyum kepada mereka.
"Cerita singkat apaan!!!" umpat Ema dalam hati.
"Ayo kita foto, Ma," ajak Ruvy. Ia memberikan kamera pada Unis agar memotret mereka berdua.
Crystal juga mengajak Myla untuk foto berdua. Myla mengajak Geralda juga tetapi Geralda tidak mau dan menjadi ia tukang foto saja.
Tak terasa sudah pukul sebelas siang lebih, saatnya makan siang.
Nasi kotak sudah disiapkan. Mereka makan siang di bus yang sudah melaju dalam perjalanan menuju ke Pantai Deru Ombak.
Pantai itu terletak sekitar 15 menit dari hotel. Jika mereka berbalik lagi dari arah mereka berangkat, mereka perlu sekitar lima puluh menit sampai satu jam untuk sampai ke sana.
Begitu menginjakkan kaki keluar, mereka langsung disapa oleh suara deburan ombak yang menabrak batu karang. Ombak di pantai ini memang tinggi.
Kala itu matahari bersinar terik, membuat kulit mereka terbakar. Banyak anak-anak yang mengeluh dan memilih untuk menepi ke warung dan membeli es kelapa muda."Guys," panggil Crystal.
Ia membagikan topi pantai pada kedua teman kelompoknya itu."Nggak, makasih. Gue udah ada topi sendiri!" tolak Geralda lalu memakai topinya yang bergambar tengkorak.
Myla menerima topi pantai itu. Topi coklat itu lebar sehingga bisa menghalau silaunya matahari. "Makasih."
Geralda mengajak mereka membuat istana pasir. Mereka beradu siapa yang tercepat membuatnya. Mereka cepat-cepat menyelesaikannya.
Dan pemenangnya adalah Crystal. Myla dan Geralda tidak menyangka bahwa gadis itu jago. Geralda sempat tidak terima dan marah ingin mengulang.
Namun, amarahnya perlahan sirna ketika melihat teman-teman cowok mereka bermain selancar. Geralda langsung menyewa papan selancar. Ia meliuk-liuk di ombak dengan lincah. Bahkan, cowok-cowok itu tak dapat menyainginya.
Begitu kembali, mereka langsung bertanya pada Geralda bagaimana caranya bisa lihai seperti itu.
"Aku belajar dari kecil! Itu sih gak seberapa dibanding di Pantai Ombak Galak!" Geralda menyombongkan dirinya.
"Ombak Galak?" tanya para teman laki-laki mereka tak percaya.
"Kamu main selancar di Ombak Galak?"Wajar saja, Pantai Ombak Galak terkenal dengan ombaknya sangat tinggi dan ganas. Pernah ada kecelakaan selancar dan menimbulkan korban jiwa.
Waktu sudah menunjukkan pukul 16.00. Mereka harus kembali pulang. Sayang sekali, mereka tak menikmati sunset. Padahal katanya sunset disana indah sekali.
Selama di bus perjalanan pulang ke hotel, banyak teman mereka yang asyik joget karena lagu yang mereka putar di bus. Ada pula yang tidur, serta ada juga yang ngemil. Malam itu berakhir dengan tenang ...
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐛𝐞𝐬𝐭𝐢𝐞𝐬 [ 𝐞𝐧𝐝. ]
Teen FictionWhat happens when the popular girl, the tomboy girl, and the nerdy girl are put together? Harus menghabiskan masa study tour bersama teman-teman yang sama sekali tidak dekat dengannya merupakan suatu mimpi buruk bagi Crystal. Crystal yang populer d...