part 1

33 1 1
                                    

'tunggu, kenapa aku berpikiran seperti ini? Bahkan aku tidal tau dia siapa.' aku diam memasang wajah bertanya - tanya. 'sudahlah biarkan saja'. Kemudian, ada seorang pria yang sepertinya adalah seorang 'penarik perhatian' aku ga homosexual ya, tampaknya dia berjalan ke arahku

"Hai! Saya Zelvin, Zelvin Dirgantara." Ia tersenyum ramah kepadaku.

"Oh hai, gue Revan, Revangga Putra." Kataku sambil membalas senyum nya.

Lalu ia pun duduk di samping ku

"Mohon bantuan mu!"

"Oke." Kataku.

Kringg..

Bel masuk berbunyi. Semua murid masuk ke kelas mereka masing - masing begitu juga wali kelas masing - masing. Dan Hal yang paling ku benci perkenalan diri. Dan setelah giliran ku cewek rambut ungu itu dipanggil. "Hai! Namaku Clarista Adisty mohon bantuan nya!" Katanya sambil tersenyum. Seyumnya sangat manis, memikat hatiku begitu dalam. Rambutnya yang ungu Dan bersinar itu aku sangat ingin kusentuh. Lalu dia kembali duduk ditempat nya. Setelah satu per satu murid dipanggil, kami beristirahat.

Aku menghampiri Clarista dan menyapa nya "hai!" Dia melirikku dengan sangat tajam dan melewati ku begitu saja. Tetapi sepertinya Ada yang aneh. Dia memegangi kepala nya sambil berdiri di pintu kelas. "Hey! Apakah kamu baik - baik saja?" Reflek aku menghampiri nya dan dia jatuh begitu saja. Beruntung aku menangkap nya dengan cepat.

Langsung saja aku ke UKS Dan mendapati seorang petugas PMR disana. Petugas tersebut langsung merawat Clarista. Aku akan mengambil minum sambil menunggu nya bangun.

Setelah aku kembali ke ruang UKS dia terbangun sambil memegangi kepala nya. Aku pun mendekati nya dan menyodorkan minum tersebut.

"Nih minum."

"Iya maka--"

Aku menarik kembali botol minum itu. "Tapi nanti pulang bareng ya aing teh takut kamu kenapa - kenapa lagi."

"Yaudah lo yang maksa juga."

"Ga bakalan nyesel juga aing."

Dia tidak menjawab dan beranjak dari tempat tidurnya kemudian kembali ke kelas. Aku pun juga kembali ke kelas.

🐨

Kringg..

Aku pun memasukkan buku - buku ku ke dalam tas. Dan Clarista sudah berdiri Dan berjalan keluar.

"Tunggu ris!" Aku pun segera menggendong tas ku dan menyusulnya.

"Hampir saja kalau kau tidak menyusul saya akan meninggalkan mu."

'yaampun kejam sekali cewe ini.' Aku hanya cengegesan saja. Aku reflek menggenggam tanggannya Dan menarikknya menuju gerbang sekolah. Kurasa muka nya memerah. Sampai kami tiba di depan gerbang.

"Kemana arah jalan rumahmu?"

"Nanti saya tunjukkan." Katanya sambil tertunduk.

Aku pun menyadari kalau aku menggenggam tangannya. Aku segera melepas genggaman kami. Aku menggaruk tengkuk leherku yang tidak gatal.

"Maaf ya."

"Ya tidak apa - apa."

Kami pun memulai perjalanan kami menuju rumah Clarista.


🐨

Kami hampir sampai di rumah Clarista. Kami melewati gang sempit yang sangatlah seram. Sebentar, suasana nya sangat aneh, sangat mencekam.

"Benar Kan clarist? Lewat sini?"

"Iya lurus saja."

"Benar kan lewat sini?"

"Iya saya biasa lewat sini."

Kami berjalan lurus terus sampai akhirnya kami di kelilingi oleh banyak orang. Banyak yang membawa pisau, tongkat baseball dan persenjataan lainnya.

"Sudah bosan hidup kalian?"

_______________________________________

To be continued.

FightersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang