part 11

5 0 0
                                    

"Pada masa 'sombong' ayah tu kekmana?"

"Hmm kenapa emangnya?"

"Biar aku dapet gambaran nanti aku bakal kekmana."

"Ohh, dulu ayah tu kayak gini.."

MASA SOMBONG AYAH
dimulai dengan saat itu. Saat dimana ayahku mulai merasa sombong dengan kekuatan nya. Pada saat orang - orang memuji dia. Namun, ia sudah mempunyai ibuku disisinya. Dari saat itu., Ayahku pun gila akan pujian. Meremehkan orang lain, Dan sebagainya. Dia mulai gila, seperti orang kehilangan akal sehat. Ibuku, yang pada saat itu selalu bersama nya, tidak pernah malu ataupun membenci ayah. Ibuku terus menyadarkan ayah, ayah melakukan hal - hal seperti mencampakkan ibu., Mendorong nya, bahkan tidak segan - segan untuk memukulnya. Tetapi saat ibu terluka, ayah selalu merawat nya dengan kelemahlembutan. Ya, semacam paranoid gitu. Butuh waktu sekitar delapan bulan untuk menyadarkan ayah. Ibuku bilang rasanya seperti ingin mati. Namun, terbayarkan dengan perlakuan ayah ke ibu.

DONE

"Oh berarti aku bakal kayak gitu?"

"Kemungkinan lebih atau kurang sikap nya dari ayah."

"Oh gitu ya. Ya kemungkinan si aku bakal lebih - lebih dari ayah, soalnya kemaren pas pulang dari jalan - jalan sama Clarista aku langsung bisa kek gini." Aku menunjukkan kekuatanku yang berbentuk kubus bercahaya itu. Bahkan lebih keren dari kemarin.

"Wihh, keren dong."

"Tapi aku takut yah, aku takut Clarista kenapa - kenapa gara- gara aku."

"Meskipun begitu kalo kamu sayang banget sama dia, gabakalan dia luka parah."

"Oh gitu ya yah."

"Iya, yuk makan dulu pesen aja." Ibuku menoleh ke arah pelayan Dan memanggilnya.

"Umm, saya mau pan-seared chicken breast sama es lemon tea satu."

"Saya mau paket all - meat dua, sup ikan satu dan orange juice dua."

"Say ulangi ya pesanan nya, pan - seared chicken breast satu, paket all - meat nya dua, iced lemon tea satu Dan orange juice dua. Ada tambahannya?"

"Udah itu aja."

"Oke saya ambil menu nya ya."

"Iya silahkan." Kataku.

Lalu pelayan itu mengambil buku menu Dan pergi. Kami pun makan Dan mengobrol sampai malam. Membicarakan apa yang terjadi belakangan tahun ini.

🐨

Kami pulang ke rumah. Ayah memutuskan untuk menginap di rumah. Ia tidak berniat pulang karena dirumah nya sangat sepi. Ya benar, ayah tidak menikah selama ia berpisah dengan ibu.

Aku meraih handphone ku dan mencari kontak Clarista disana. Lalu aku menekan tombol 'telfon' disitu. Berdering, beberapa saat kemudian diangkat oleh Clarista.

"Halo Clarist?"

"Halo pan."

"Oiya abang kamu dirumah?"

"Lusa baru pergi pan."

"Oh gitu ya. Oiya kamu bawa bekal ga besok?"

"Ngga kenapa emang?"

"Oh okedeh aku mau kasih kamu sesuatu."

"Hah? Apaan?"

"Ada pokoknya. Kamu liat aja besok."

"Eh ntar aku gabisa tidur gara - gara penasaran."

"Biarin pokoknya liat aja besok."

"Ishh! Yaudah deh."

"Good night beb."

"Good night."

"Sayangnya Mana?"

"Good night sayang."

Aku mentup telfon nya dan menaruh HP ku di atas meja. Dan aku menarik selimutku dan pergi  tidur. Sejenak aku memikirkan momenku bersama Clarista. Dan akhirnya terlelap tidur.

______________________________

To be continued..

FightersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang