Aku berangkat sekolah dengan lesu. Hari pertama jadian kenapa gini banget? Padahal aku sangat ingin bersama dengan Clarista. Yasudahlah, penderitaan ini pasti akan berakhir saat aku sudah melewati masa 'itu'. Aku melangkahkan kakiku ke dalam kelasku. Disana sudah ada Clarista yang sedang duduk meratapi jendela kelas. Dia kelihatan sangat lesu, aku menaruh tasku Dan menuju meja Clarista.
"Claristaaa!!" Aku mengagetkannya sambil memeluknya.
"Ih apaan sih?! Diem ah."
"Ih kamu kenapa sih?" Aku duduk di depannya dan menatapnya.
"Ngga kok gaada."
"Abangmu?"
"Hmm."
"Yuk jalan - jalan dulu sebentar." Aku pun berdiri Dan menarik tangan Clarista. Kurasa aku tidak memberinya kesempatan berbicara. Sekilas aku melihat Zelvin tertawa dan aku tersenyum kepadanya. Lalu aku menarik Clarista ke taman belakang.
"Apaan sih kenapa kamu bawa aku kesini?!"
"Dengerin dulu. Hey!" Aku pun memegang dagu Clarista, memaksanya menatap kearahku dan memegang kedua tangannya. "Kamu janji kan kalo kamu bakal nemenin aku di saat - saat aku 'songong'?"
"Iya aku janji."
"Saat aku mukul kamu atau sakitin kamu sekalipun?"
"Iya aku janji."
"Inget ya saat aku songong itu bukan aku yang sebenarnya."
"Iya Revan."
"Maafin aku ya kalo nanti aku kasar sama kamu."
"Iya Revan."
"Aku sayang kamu Clarist." Kataku sambil memeluknya, air mata ku tidak tertahan. Dan aku menangis seperti anak kecil. Aku hanya bisa menunjukkan sisi 'lemah' ku ini pada Clarista. Clarista ikut menangis. "Hey! Udah dong. Yang harusnya sedih tuh aku. Bukan kamu." Kataku sambil mengusap air matanya. "Udah dong Masa nangis. Gimana nanti dipukul sama aku?" Dia menatap ku sambil menghapus air matanya. "Aku yakin kamu ga bakalan pukul aku karna kesadaran kamu lebih kuat dari yang kamu kira." Katanya sambil memegangi kedua pipiku dengan lembut. Aku tersenyum. Dia juga ikut tersenyum. "Yuk balik ke kelas."
"Cuci muka dulu lah."
"Yaudah ayuk." Aku mengusap air mataku. Aku berjalan beriringan dengan Clarista. Kami mencuci muka kami dan mengikuti pelajaran.
🐨
Hari sudah sore. Sekolah sudah berakhir. Aku merapihkan buku ku dan menggendong tas ku.
"Clarist!" Aku mendekati nya dia sedang berbincanh dengan temannya. "Abangmu dirumah?"
"Iya dia masih dirumah."
"Yaudah keluar bareng?"
"Ayuk." Katanya sambil memasang wajah ditekuk. Dan suaranya nya lesu sekali. Aku merangkulnya dan kami berjalan ke parkiran. Aku menaiki motorku dan berpamitan dengan Clarista. Aku berfikir untuk menemui ayahku sebentar. Aku meminggirkan motorku dan menelfonnya.
"Ayah? Di kantor ga?"
"Ayah lagi makan sama ibumu kenapa?"
"Lah? Sejak kapan?"
"Kamu mau kesini?"
"Yaudah aku kesana deh."
"Yaudah restoran dragon sheet ya."
"Buset dah restoran mahal. Yaudah deh otewe."
Aku menyimpan HP ku dan langsung ke restoran yang ayahku maksud. Aku memakai jaketku. Ya karena aku masih pakai seragam. Mana boleh aku masuk. Pelayan restoran it menatapku aneh. Secara aku tampak mencurigakan. Yasudah aku minta diantarkan saja dimana meja pesanan ayahku.
"Mari lewat sini."
Pelayan itu menujukkan dimana meja ayahku berada. Sesampai nya di meja nya. Aku mendapati ayahku dan ibuku sedang bersanda - gurau. Setelah jarak kami cukup dekat. Aku memanggil mereka
"Ayah! Ibu"
"Eh Revan udah disini. Ayok sini mau makan apa?" Tanya ayahku.
"Sebelym itu yah, aku mau tanya dong."
"Tanya apa nak?"
"Pada dimasa 'sombong ayah kayak mana?
_________________________________
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Fighters
RomanceRevan, seorang cowok bermata biru yang memiliki garis rahang yang tegas. Dan berambut coklat keemasan. Tidak hanya tampan, dia memiliki kekuatan yang sangat dahsyat. Tapi apakah Clarista dapan bertahan dengan Revan? Dengan sikapnya itu? WARNING: typ...