part 4

17 1 3
                                    

Bagaimanapun dan apapun kamu aku akan tetap setia padamu

"Peraturan nya apa aja ya bu?"

"Hal yang paling utama adalah organisasi ini benci sekali sebuah kebohongan tentang apapun apalagi tentang perasaan kalian."

"Itu saja?"

"Hem, ada lagi, jangan bersikap munafik maupun berkhianat pada siapapun itu."

"Kok peraturan nya aneh gitu bu?"

"Karena organisasi ini mementingkan emosi Dan perasaan."

"Oh gitu ya saya sama Clarista ma--"

"GA SAYA GAMAU REVAN!"

"Santai dong gausah ngegas."

"Pokoknya saya gamau kesana."

"Kenapa Clarist?"

"Karena Ada yang membuat saya sakit hati disana." Katanya sambil mengeluarkan air mata.

"Gapapa kan ada aku."

"Apa hubungannya?"

Aku memegang kedua pundak Clarist dan memaksa nya menatapku "Aku bisa membuat yang mengecewakan mu menyesal Clarist."

Lalu Clarista mengelap air mata nya dan menatap ibu itu "oke bu saya akan bergabung."

"Oke silahkan lewat sini." Kemudian ibu itu menarik sebuah laci meja nya. Kemudian dinding belakang ibu itu terbuka. Kemudian kami masuk. Terowongan tersebut itu seperti film - film robot maupun film - film pandangan masa depan. Diujung lorong kami menaiki lift dan naik keatas.

Disana banyak yang duduk dan bersantai namun, sepertinya ada pembimbing yang sedang menjelaskan tentang sesuatu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Disana banyak yang duduk dan bersantai namun, sepertinya ada pembimbing yang sedang menjelaskan tentang sesuatu. Aku menggenggam tangan Clarista dan menarik nya kedalam ruangan.

"Hey! Risa selamat datang kembali!" Kata seorang cewek.

"Wah baru dateng dah ada cowok aja lu!" Kata seorang cowok.

"Hey! Sudah - sudah ini anggota baru kita, Revan Dan Cla--"

"Saya anggota lama bu."

"Ah iya saya lupa hehe."

Terdapat cowok yang tadinya berada di posisi dekat jendela. Kulihat dia sedang berjalan kearahku. Cowok dengan rambut seperti cowok karakter anime pada umumnya. Rambutnya berwarna biru tua. Dia menatapku dengan tajam. Lalu mengulurkan tangan. Dengan tangan kirinya yang dimasukkan kedalam saku.

"Selamat datang di Figthers. Saya Devins."

"Terima kasih." Aku menerima jabatan tangannya. "Saya Revan. Salam kenal."

Lalu ia pun pergi begitu saja dan duduk di tempat yang masih kosong. Lalu guru pembimbing itu menyuruhku untuk memperkenalkan diri.

"Saya Revangga Putra. Masih 15 tahun. Salam kenal."

"Oke silahkan duduk dimana saja. Dan kamu Clarista sepertinya tidak usah karena kami semua sudah mengenalmu?"

"Ya pak."

"Yak, Mari Kita lanjutkan, Terd dapat dikeluarkan dari mana saja. Karena emosi mengalir dari manapun ke manapun. Sebelumnya saya ingin bercerita sebuah kisah. Pada zaman dahulu kala, saat manusia pertama ada di dunia, mereka tidak mengenal perasaan maupun emosi. Namun, terdapat seorang manusia yang memiliki tanduk berwarna hitam. Yang entah diturunkan darimana,masih menjadi misteri sampai sekarang.dan kemungkinan keturunan nya masih ada sampai sekarang. Oiya manusia yang memiliki tanduk tersebut memiliki pengendalian emosi yang sangat baik Dan ia pula yang mengajarkan perasaan tentang emosi Dan perasaan pada manusia. Generasi tanduk hitam masih ada sampai sekarang. Adakah yang ingin bertanya?"

"Pada umur berapa tanduk itu tumbuh?" Tanyaku.

"Sekitar seumuran kalian 15-16 tahun."

"Oh ok Pak terima kasih."

"Baik Saya lanjutkan jadi bla bla bla..."

'Berarti gue itu manusia yang punya tanduk itu?'

________________________________

To be continued

FightersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang