Republik Indonesia Serikat, 10 September 2025
"Udah siap Van?"
"Udah." Dengan baju olahraga Dan celana training nya, Revan mengikuti lomba untuk para fighters tersebut.
Ada berbagai macam lomba seperti pengendalian kekuatan, ketahanan, dan kelincahan. Mirip seperti latihan kebugaran jasmani. Tahap demi tahap Revan lewati Dan kalian sepemikiran denganku, Revan lah yang paling baik diantara mereka semua. Dan dia keluar sebagai pemenang. Tentu saja banyak sekali fans yang menunggu nya untuk meminta foto. Khusus kalangan para fighters saja.
"Revannn."
"Clarist?"
"Selamat ya. Kamu emang terdabest."
"Iya makasi beb." Kata Revan sambil mencium kening Clarista.
"Ih keringetan cepet ganti baju sana."
"Sabar ini masih pada minta foto."
"Ayuk atuh pulang."
"Iya sebentar lagi ya."
Lalu Revan meninggalkan Clarista sendiri. Mendadak mood Clarista langsung turun. Siapa sih yang ngga bad mood kalau ditinggalin begitu? Clarista pun mendekati Revan, menarik tangannya dan membawa nya pergi.
"Clarist, berhenti dong." Clarista terus berjalan. Hingga akhirnya Revan menepis tangan Clarista. "Clarist! Kamu apa - apaan sih? Mereka tuh tadi fans aku kamu kok narik aku sih? Lagian aku udah menang. Masa kamu ga liat tadi aku lomba se keren apa? Mereka pasti mau kasih aku pujian." Clarista hanya diam disana sambil menunduk dengan aura suram.
"Clarist?" Clarista pun berbalik dan pergi. Ntah melangkahkan kaki nya kemana, dia hanya mengikuti perkataan Hati nya. Ia berujung di sebuah taman yang terdapat penjual es krim. Ia membeli es krim Dan memberikan selembar uang bernilai 50.000 rupiah.
"Mba nya gapapa?"
"Gapapa bang."
"Beneran mba? Kok kayak abis nangis gitu?"
"Iya gapap kok bang. Makasi." Ia menerima sebuah es krim cone strawberry - vanilla. Ia duduk di kursi taman dan memakan es krim nya.
Tapp..
Ada seseorang yang menepuk pundak Clarista, ia menoleh dan mendapati cowok berambut biru disana. Devins. Dia duduk di sebelah Clarista dan menatap nya.
"Ngapain lo disini?"
"Cuma jalan - jalan doang."
"Hilih kintil. Lu pasti ngikutin gue dari tadi. Yakan?"
"Tau aja."
"Iyalah dari dulu lu tuh ga pernah berubah." Kata berubah agak sedikit di tekan.
"Lu juga masih sama aja. Toxic."
"Salah?"
"Ngga si ga salah. 'Ga cuma cowo aja yang boleh toxic. Lagian juga toxic itu karna lingkungan bukan didikan ortu.' gitu yang sering lu bilang kan?"
"Sampe apal dah."
"Iya dong. Kan gue mantan terdabest."
"Bacod lu."
"Ngelupain gue aja Susah ampe lu kluar dari fighters."
"Ya itu juga semua gara - gara lu juga. Cingkuh. Ketauan lagi."
"Sorry itu dulu gue khilaf. Cowo susah nahan nafsu cok."
"Iya dah iya."
"Btw, kenapa lu? Tadi abis nangis?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Fighters
RomanceRevan, seorang cowok bermata biru yang memiliki garis rahang yang tegas. Dan berambut coklat keemasan. Tidak hanya tampan, dia memiliki kekuatan yang sangat dahsyat. Tapi apakah Clarista dapan bertahan dengan Revan? Dengan sikapnya itu? WARNING: typ...