part 6

17 1 0
                                    

Aku berangkat ke sekolah, tentu saja bersama Clarista. Dan kami mengikuti pelajaran seperti biasa.

🐨

*Panggilan untuk Revangga Putra, Zelvin Dirgantara, Clarista Adisty, Yonathan Devins, Tereshia Velly, dan Gabriel Cassandra. Segera menuju ruangan bu Arina. Terima kasih.*

Hemm aku baru ingat kalau Tere Dan Devins itu satu sekolah dengan kita. Aku, Clarista dan Zelvin segera kesana. Setibanya disana kami melihat Tere, Devins, Dan cewe yang ngeledekin Clarista kemarin. Kurasa itu Cassandra.

"Ada tugas baru bu?" Tanya Devins.

Ibu itu menghadapkan kursi bagian belakang nya pada kami. Clarista menyenggolku dengan siku nya. Lalu dia menunjuk bagian kiri bawah. Kebetulan kami berada di posisi dekat pintu. Dan disana ada bu Ariana. Mataku membelak kaget. Bagaimana aku tidak kaget? Bu Ariana diikat dengan tali dan mulutnya di tutup dengan selotip.

Lalu kursi itu berputar. Terlihat sosok perempuan berbaju rapih. Dia senyum. Semua giginya tajam seperti singa. Lalu dia memancarkan sebuah cahaya hitam dari giginya itu.

"Claris!" Aku segera memeluk Clarista dan melindunginya.

Devins mengeluarkan api biru dari tangan nya Dan melaju memukul macan itu. Tere membentuk rambutnya menjadi senjata dan muncul senjata dari rambutnya. Ia menembaki nya dengan senjata itu. Cassandra menghilang. Kemana dia? Tiba - tiba ia muncul dan memukul dia dari belakang. Wanita itu kesakitan. Rupanya Cassandra mengiris nya dengan tangan nya yang ia ubah menjadi pisau. Wow, sementara aku? Aku hanya bisa meninju dia. Aku melaju Dan memukul kepala nya sampai terhantam ke lantai.

"Hey kalian! Lihat ini." Satu suara yang kami rasa memanggil kami. Kami pun berbalik. Itu macan licik Betina itu sedang mencekik Clarista. Ia tersenyum dengan gigi nya yang menjengkelkan itu. Kami kembali melihat dia yang tadi kami hajar. Benar saja itu hanya Cloning. Itu sudah berubah menjadi abu.

Aku sangat marah. Dan aku menghajar dia tanpa ampun. Yang aku ingat hanya wajah Clarista yang mencemaskan ku.

Aku terbangun di UKS. Disana ada Clarista. Dia sangat mencemaskan ku. Disana juga ada Zelvin. Clarista di kanan ku dan Zelvin di kiri ku.

"Revan!" Clarista meneriakkan namaku.

"Apa yang terjadi Clarist?"

"Tadi anda beraura merah dan terdapat tanduk hitam. Anda melesat dan menghajar nya bertubi - tubi Dan berakhir pada anda yang menusuk nya dengan pedang yang tiba - tiba muncul dari tangan anda. Pedang itu sangat indah, seperti pedang prajurit zaman dahulu. Terimakasih Revan! Terima kasih!" Kata Clarista sambil menangis.

"Iya Clarist. Sama - sama aku hanya ingin melindungi mu." Aku tersenyum dan berusaha duduk, Clarista membantuku. Dan aku melakukan gerakan untuk memeluknya dan dia menerima nya. Aku melihat Zelvin, dia tersenyum, aku juga membalas senyumannya. Clarista menangis tersedu - sedu.

"Hey! Aku tidak apa - apa Clarist."

"Iya.. huhu.."

"Dah yuk balik ke kelas."

"Gue duluan ya." Kata Zelvin.

"Iya ntar gue nyusul." Aku melepaskan pelukan ku dari Clarista. "Yuk ke kelas." Aku tersenyum. Clarista juga tersenyum lalu dia menghapus air matanya. "Oke ayuk."
Lalu aku memakai sepatuku dan segera ke kelas.bersama Clarista.


🐨

"Darimana saja kalian?"

"Ketemu sama bu Ariana pak." Kataku.

"Kok lama banget?"

"Tadi disuruh ini itu."

"Benar ya? Nanti kalau saya tanya bu Ariana dan ternyata kalian bohong, lari keliling lapangan 10 Kali."

"Iya Pak."

"Baik silahkan duduk."

"Makasih Pak."

🐨

'apa benar kalau aku adalah keturunan bertanduk itu?'

_______________________________

To be continued

FightersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang