43

475 62 30
                                    

Juhoon makan dengan lahap, begitupun dengan orang dewasa disekitarnya.

"Dokyeom Oppa, bagaimana Juhoon bisa bersamamu?" tanya Dahyun disela-sela makannya.

"Jadi, tadi aku mampir ke toko kue, terus aku melihat Juhoon diam di depan toko memandangi deretan kue sambil menangis. Aku menghampirinya dan memberinya kue. Setelah itu aku tanya, 'kenapa sendirian di tempat ramai seperti ini?', dia bilang, dia sedang mencari Neneknya. Biasanya Neneknya suka pergi ke pusat kota, jadi dia mencarinya ke kota sendirian. Karena tidak tega meninggalkannya, Dokyeom yang baik hati dan tidak sombong ini membawa Juhoon untuk ikut bersamaku."

Semua yang mendengar penjelasan Dokyeom hanya memandangnya datar lalu beralih memperhatikan Juhoon.

"Juhoon sayang, kenapa kau mencari Nenekmu ke kota sendirian?" tanya Sana dengan nada lembut.

Jun mendengus saat gendang telinganya mendengar itu.
"Chagi, kau belum pernah memanggilku sayang?"

"Diam dulu Oppa, Aku sedang berbicara dengan Juhoon!"
Sana kembali fokus kepada Juhoon.

"Hmmm... Nenek menghilang, terakhir aku melihat Nenek saat Nenek bilang mau pergi mencari kayu bakar di hutan dekat danau dan menjualnya ke kota. Aku selalu menunggu Nenek pulang di rumah, tapi Nenek tidak pernah kembali." ujar Juhoon dengan rilih.

Juhoon menunduk sedih, ia sangat merindukan Neneknya.

"Sudahlah, jangan tanyakan pertanyaan yang memicu Juhoon sedih." ujar Hoshi.
"Juhoon, nanti Hyung akan mengantarmu pulang, kamu tahukan dimana rumahmu?"

"Danau, aku dan Nenek tinggal di dekat danau."

Hoshi ngangguk-ngangguk, sedangkan Dahyun kembali bengong saat mendengar tempat itu.

Ledakan, kakaknya yang menghilang, teriakan, tangisan dan amarah ibu-nya. Semua itu masih terngiang di otak Dahyun.

"Dahyun Nuuna, dimana Wonwoo Hyung?" tanya Juhoon membuyarkan lamunan Dahyun.

Semua masih bertanya-tanya, mengapa Juhoon dapat mengenal Dahyun dan Wonwoo.

Dahyun mengerti tatapan penasaran dari teman-temannya, tapi ia lebih memilih menjawab pertanyaan Juhoon.
"Wonwoo Hyung-mu sedang liburan. Apa kau merindukan Hyung-mu?"

Juhoon mengaguk antusias.
"Aku sangat merindukannya."

'Aku juga merindukannya Juhoon. Aku sangat-sangat-sangat merindukannya.'

"Apa Juhoon tidak merindukan Nuuna? Kenapa kamu tidak menanyakan Nuuna?" Dahyun melipat kedua tangannya di dada dan berlaga sedang marah dihadapan Juhoon.

"Hoon juga merindukan Nuuna. Hoon sangat merindukan Nuuna dan Hyung."

Dahyun gemas dengan Juhoon, ia mengambil Juhoon kepangkuannya dan memeluknya erat walaupun Juhoon tampak dekil dan sedikit bau, tapi Dahyun sungguh tidak memperdulikan itu.
"Nuuna juga merindukan Hoon."

"Oh iya Nuuna, aku masih menyimpan gelang yang Hyung kasih. Aku menjaga gelang ini dengan baik, sama seperti Hyung yang menjaga Nuuna dengan baik."

Semua yang melihat dan mendengar kejadian itu ternganga heran mendengarnya.

"Anak ini... Apa maksudnya huuuu?" ujar Dokyeom dengan nada lebay sambil mengerucutkan bibirnya.

The8 yang duduk di samping Dokyeom bergidik ngeri.
'Bagaimana bisa bad boy sekolah bertingkah selebay ini.'

Walau ngeri, The8 tetap menggerakan tangannya untuk mengelus punggung Dokyeom.
"Sabar Hyung."

═❖•Positive Thinking•❖═Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang