"Hari ini adalah hari baru. Jangan selalu berspekulasi bahwa hari kemarin sama dengan hari ini."
•••
Langit masih gelap, matahari belum merangkak keluar untuk menampakkan cahaya kehangatan yang membawa keceriaan. Alih-alih masih tidur nyenyak, Lingka tergopoh-gopoh keluar dari rumah dengan tampilan yang belum cukup siap untuk berangkat sekolah.
Walaupun sudah memakai atribut sekolah dengan lengkap, wajahnya tampak lelah dengan rambut berantakan karena hanya ia sisir dengan tangan. Melihat tampilannya di jendela rumah, cewek itu menghembuskan napas pasrah. Kali ini ia sengaja berangkat pagi-pagi sekali untuk mengantisipasi hal buruk yang kemungkinan akan terjadi hari ini.
"Biankaaa." Lingka mendesiskan nama itu dengan jengkel. Jika disuruh memilih musuh, sebenarnya Lingka sangat tidak mau bermusuhan dengan ular licik seperti Bianka. Mengapa? Karena Bianka merepotkan. Cewek itu melakukan segala cara untuk menjatuhkan musuh, dan dari semua cara itu, walaupun salah, pasti dianggap benar.
Lingka menyalakan sepeda motor Scoopy merah, sampai tatapannya jatuh pada sebuah kertas berwarna putih bersih di dekat pot bunga. Ia mengernyit heran. "Kertas kalo udah lama di situ pastinya kotor. Ini kok masih putih bersih?" Cewek itu menyipitkan mata agar dapat melihat lebih jelas. "Itu amplop?" Lingka semakin heran. Bukannya dimasukkan dalam kotak surat, ini sengaja diletakkan di bawah pot? Pasti surat dari kerabat.
Tak mau banyak berspekulasi tanpa benar-benar menghasilkan jawaban, Lingka mematikan motornya dan berjalan mengambil amplop. Siapa tahu surat ini ditujukan pada Bi Iyem, atau mungkin milik mamanya.
Lingka mengambil amplop itu dan membaca tulisan yang tertulis rapi di muka amplop.
To : Lingka
From : Phantom
of the DarknessLingka mengernyitkan alis dalam-dalam. Untuknya? Bergidik ngeri, ia bergumam pelan. "Phantom of the darkness? Serem banget," ujarnya sambil membolak-balikkan amplop itu. Sebuah pikiran kuat tiba-tiba terlintas di benaknya. Apa teror dari Bianka?
Setelah beberapa saat mempertimbangkan antara membuka atau membuang amplop itu, Lingka akhirnya memilih opsi pertama. Daripada penasaran, mending ia membukanya. Dengan tidak sabar cewek itu membuka amplop dan menemukan kertas berwarna peach di dalamnya. Begitu ia membaca isinya, satu jawaban dari rasa penasarannya. Ini bukan dari Bianka! Tapi siapa?
Kalo lo baca surat ini, itu berarti hari udah berganti. Hari dimana lo banyak merasakan takut, khawatir, tertekan, dan gelisah kemarin telah berlalu. Hari ini gue minta tolong sama lo, selalu melemparkan semua senyum yang sirna kemarin.
Ada banyak hal yang nggak pernah tau. Ada banyak orang merindukan senyum yang biasa terpampang jelas di wajah lo, termasuk gue. Jadi, jangan lupa caranya tersenyum, kenapa? Kalo lupa kan bahaya. Bisa-bisa jadi makhluk monoton kayak Pak Sugi. Serem tau, nggak.
Lingka berpikir sejenak, sebelum sebuah ingatan yang hampir terlupa kembali terbayang di benaknya. Ingatan dimana cewek itu bertemu dengan Pak Sugi.
Lingka berjalan di koridor sambil bercanda ria dengan Thalita. Sampai di tikungan, keduanya mendadak terdiam ketika berpapasan dengan Pak Sugi yang berwajah datar.
"Pagi, Pak," sapa Lingka dan Thalita sopan.
Pak Sugi hanya melirik mereka sekilas dan berjalan tanpa memedulikan keduanya."Sudah sarapan belum, Pak?" tanya Thalita agak keras. "Semoga harinya menyenangkan, Pak," sambung Thalita namun tetap diabaikan Pak Sugi yang masih berjalan lamban meninggalkan keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[AS#1] AMAZING BADBOY (TAMAT)
Teen Fiction[AMAZINGSERIES#1] •• Tentang luka lama, apa masih menyedihkan jika terulang kembali? •• Hanya sebuah kisah tertulis Kit, Amazing Badboy yang dipaksa menetap di Jepang karena suatu masalah di masa lalu, kemudian kembali untuk berjuang. Hanya sebuah...