Now Playing : Taylor - I'm Alive
•••
"Orang yang sibuk bukan berarti dia rajin ataupun pandai. Terkadang mereka memilih menyibukkan diri untuk menghilangkan kekosongan yang memilukan."
•••
Sekolah sudah sepi karena bel pulang sudah lama berdentang. Lingka masih setia menyibukkan diri di lapangan basket indoor. Cewek itu sama sekali tidak memiliki niatan untuk segera beranjak pulang. Tidak takut sendirian di tengah luasnya lapangan, ia melakukan shooting. Bola bergerak memutari ring sebelum jatuh di luarnya. Gagal lagi.
Prokk. Prokk. Prokk.
Suara tepukan tangan yang bergema membuat Lingka mau tidak mau mengalihkan pandangannya. Tidak ada orang lain di sini, jadi Lingka yakin tepukan tangan yang terdengar barusan ditujukan untuk dirinya. Tepukan tangan yang entah mengapa terdengar mengejek di telinganya.
Tak jauh dari pintu masuk, berdirilah sosok arogan yang sudah diduga Lingka. Merutuki nasib buruk yang menimpanya, cewek itu menyesal tidak pulang dari tadi. Andaikan sejak bel berbunyi ia melangkahkan kaki keluar dari sekolah, ia tidak perlu repot-repot berdebat lagi dengan orang yang membenci dirinya. Lingka menghela napas sejenak sebelum melihat cewek yang sedari tadi menatapnya tajam itu. "Bianka," ujarnya pelan.
Bianka menyeringai. Cewek itu melangkah mendekati Lingka sambil berkata dengan sinis, "Hebat! Gerakan lo delapan puluh persen sempurna. Nggak sia-sia lo jadi anggota ekskul gue." Kekehan mengejek di akhir kalimat membuat Lingka menahan rasa muak yang bergejolak.
Lingka menatap sinis Bianka. "Apa lagi sekarang?"
Bianka tersenyum miring. "Apa lagi sekarang?"
Bianka, ketua ekskul basket putri. Kelas XI IPA-3 dan merupakan iblis berwajah malaikat. Ini sudah ketiga kalinya cewek itu kembali mendatanginya dengan tujuan mengancam agar Lingka cepat keluar dari ekskul basket. Tanpa sebab dan alasan yang jelas.
"Ini terakhir kalinya lo pertimbangin jawabannya. Inget, cuma ada dua pilihan. Pertama, lo keluar dari ekskul basket dan lo bakal aman. Kedua, lo tetap anggota gue tapi nama lo bakalan tercemar," ujar Bianka dengan senyuman polos.
Lingka mendengus. Ditatapnya Bianka dengan tajam. "Sebenarnya gue punya salah apa, sih?"
"Dasar kepo! Lo nggak punya hak sama sekali buat ngajuin pertanyaan ke gue! Pokoknya kalo sampe nanti malem lo nggak kasih jawabannya ke gue, gue anggep lo tetap anggota gue! Camkan itu!"
Bianka melangkahkan kaki pergi dari hadapan Lingka disertai dengan siulan riang. Apa-apaan Bianka itu! Seharusnya ketua bisa menjadi contoh yang baik untuk para anggotanya, bukan malah menyalahgunakan kekuasaan untuk bisa bersikap semena-mena! Mentang-mentang memiliki otoritas tinggi, cewek itumalah menggunakannya untuk menekan anggota.
Lingka menaikkan satu alisnya. "Gue ikuti permainan lo!"
Ia akhirnya beranjak pulang, melangkahkan kaki menuju halte. Niatnya untuk bermain basket sampai sore hari sudah hilang, menguap begitu saja. Sekarang satu-satunya yang Lingka inginkan adalah pulang. Sudah cukup beberapa hari ini pikirannya dipenuhi oleh masalah. Mulai dari kekesalannya pada cowok pirang penjahat, mama yang lagi-lagi tidak pulang, dan sekarang ada lagi Bianka yang membuat kepalanya hampir meledak. Ia mendudukkan diri di kursi halte, menunggu bus yang melewati rumahnya datang.
Mobil jazz merah dari utara melaju dengan kecepatan standar. Lingka diam-diam terkekeh sendiri. "Jemput gue tuh," gumamnya mengaku-ngaku.
Begitu mobil itu lewat tepat di depanya, Lingka membulatkan mata melihat cowok yang menyetir mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
[AS#1] AMAZING BADBOY (TAMAT)
Teen Fiction[AMAZINGSERIES#1] •• Tentang luka lama, apa masih menyedihkan jika terulang kembali? •• Hanya sebuah kisah tertulis Kit, Amazing Badboy yang dipaksa menetap di Jepang karena suatu masalah di masa lalu, kemudian kembali untuk berjuang. Hanya sebuah...