Di dalam kamar Kit, suara petikan gitar yang terdengar menenangkan tidak berhasil membuat hati dan pikiran Kit merasa damai. Bayangan Lingka yang ditinggalkannya sendirian tengah malam masih membekas dalam benaknya. Walaupun malam itu ia baru mengenal Lingka, tetapi cewek itu mau repot-repot menolongnya kabur dari sekolah.
Dan itulah yang membuatnya dihantui rasa bersalah. Apalagi mengingat bagaimana sikap baik cewek itu kepada Arul juga, Kit benar-benar ingin mengulang waktu.
Jika saja bisa, ia akan berbicara baik-baik pada cewek itu. Membantunya mencari taksi, lalu beranjak pergi dari sana. Memikirkan itu, Kit bergelung frustasi di atas kasur. Rambut tak bersalahnya bahkan dijadikan sasaran kefrustasiannya.
Melihat Kit terus menjambak rambut gemas, Rama menghentikan petikan gitarnya. "Kenapa lo? Enggak suka gue nyanyi melo-melo? Lo baper?"
Yang ditanyai balik menatapnya dengan pelototan tak terima. "Emang tampang gue tampang-tampang cowok baperan?"
Farel yang sedari tadi bermain game di samping Rama tanpa ragu mengangguk. "Lo keliatan bimbang, persis lagu yang dinyanyiin Rama barusan."
Kit mendengus. Ini kebetulan! Rama menyanyikan lagu-lagu sedih yang begitu putus asa, bertepatan dengan dirinya yang tak berdaya. Farel dan Rama tidak tahu saja apa yang ada di pikirannya benar-benar tak bisa dihilangkan.
Sebuah pemikiran realistis lagi-lagi mengguncang hatinya. Cukup sekali ia merasa bersalah dan tidak bisa meminta maaf. Kali ini selagi masih ada kesempatan ia harusnya bisa memanfaatkannya secepat mungkin. Maka dari itu ia hendak pindah ke sekolah sahabatnya itu untuk bertemu dan membayar kesalahannya pada Lingka.
Untuk membayar kesalahan seperti itu saja, harusnya lo nggak perlu sampai pindah sekolah dari Jepang ke SMA Cakrawala.
Benar, Kit bisa saja menghampiri Lingka di sekolah, meminta maaf, menuruti keinginan Lingka. Masalah berakhir.
Tapi ia tidak ingin kembali ke Jepang. Di sana tidak menyenangkan. Harusnya ia bisa memanfaatkan masalah ini agar ia bisa kembali menetap di Indonesia. Selain untuk membayar kesalahannya, ia juga ingin menunjukkan pada Kiki yang masih parno dengan kejadian masa lalu. Papanya itu harus mempercayainya bahwa kejadian naas di masa lalu itu tidak akan terulang kembali.
"Lo bimbang?" tanya Rama yang sudah berada di atas kasur mahal Kit. "Kalo lo mau balik ke Jepang lagi, bokap gue bisa batalin pemindahan lo di sekolah kita," ujar Rama yang mengerti kegelisahan sahabatnya itu.
Memang benar yang mengurus semua keperluan Kit untuk pindah adalah ayah Rama. Selama Kit meminta tolong, ayah Rama tidak akan keberatan menolongnya. Bukan mencari keuntungan, tapi karena hubungan Rama dan Kit benar-benar sudah seperti saudara kandung.
"Enggak. Gue udah mantap banget pengen pindah. Makasih ya lo berdua udah tolongin gue," ujar Kit merasa bersyukur. Jika tidak ada kedua sahabatnya itu, mana mungkin ia bisa kembali menetap di sini? Siapa yang akan menolongnya? Papa? Tidak mungkin ia mengizinkannya tinggal di sini! Yang ada dalam pikiran Kiki pasti selalu berusaha membuat anaknya berada di luar jangkauan.
"Tapi kalo bokap lo marah, gue sama bokap gue nggak mau ikutan. Lo harus bisa bujuk bokap lo," ujar Rama menegaskan. Ia dan Farel tidak seberapa tahu tentang masalah besar yang menimpa keluarga Kit di masa lalu, tapi mereka berdua masih bisa meraba seberapa mengerikan kejadian itu berkat penjelasan kasar Rey.
Rama ataupun Farel bukannya tidak khawatir membantu Kit kembali, tetapi pikiran keduanya sama dengan Kit. Setelah banyak waktu berlalu, tidak mungkin kejadian naas itu menimpa lagi.
"Jangan ada yang ngasih tau Rey dulu, ya sampai surat-surat pindah gue udah kelar diurusin. Males gue harus berantem sama dia," ujar Kit pelan. Ia tahu Rey dan Kiki sama parnonya karena keduanya berada di tempat kejadian. Dulu pernah ia mengemis minta kembali menetap di Indonesia, tetapi Rey sangat menentang hingga akhirnya mereka berdua saling adu tinju.
"Gue pengen tau cewek yang mana sih yang udah buat lo menetap di sini lagi? Padahal di Jepang ceweknya pada aduhai semua," ujar Farel dengan mata mengerdip centil. Rama dibuat bergidik ngeri.
"Di sana lo ketemu sama mbak-mbak ya--"
Kit menimpuk kepala Farel dengan guling yang dipegangnya. Bukannya marah, Farel malah semakin terbahak dengan pikiran yang sudah terbang kemana-mana.
"Kalo lo rela ninggalin mbak-mbak Jepang demi mbak yang ini, pasti lo tertarik sama mbak yang ini," ujar Farel yang mendapat anggukan setuju Rama. Seperti Farel, ia juga menaruh kecurigaan sama pada Kit. Amazing Badboy mereka, akhirnya setelah sekian lama, apakah akan jatuh cinta lagi?
Dalam hati Kit berkali-kali menegaskan jika ia hanya merasa bersalah pada Lingka. Bukan tertarik, apalagi mempunyai perasaan lebih yang bisa berkembang kemana-mana. Cowok itu tidak menginginkan hubungan seperti itu.
"Kit lo tau, nggak? Belom juga pindah, tapi sekolah udah rame banget ngomongin lo gara-gara tadi lo ke sekolah. Terutama cewek-cewek," ujar Farel dengan nada cemburu yang tidak serius.
"Kayaknya kepopuleran lo di kalangan cewek-cewek bakal kalah tuh sama Kit," ujar Rama sambil tertawa. "Rasain! Salah siapa lo selalu tebar pesona ke semua cewek. Bahkan ke guru juga. Makanya jangan sok kecakepan!" Rama semakin terbahak setelah selesai mengucapkan kalimat terakhirnya.
"Gue nggak sabar ketemu Kit, Kit buat gue ya, Kit ganteng banget aahhh dia punya gue." Farel menirukan suara-suara cewek dengan berbagai gaya yang ia lihat sejauh ini. Tangan membentuk love ala Korea, jingkrak-jingkrak kegirangan, bahkan ada yang menariki hidungnya agar bisa mancung dadakan.
"Kira-kira cewek itu tau nggak kalo tadi gue dateng?" tanya Kit pada dirinya sendiri.
"Ya mana gue tau. Orang gue tanya namanya aja elo gak mau ngasih tau," ujar Farel sewot. "Itu cewek-cewek yang memuja lo enggak tau aja kalo elo yang dicari-cari sama polisi. Coba aja mereka tau, abis dah lo dikeroyokin."
"Lah ngapain gue dikeroyok?" tanya Kit tidak paham.
"Elo buat pesta yang mereka nanti-nantikan hancur. Gue denger-denger dari apa yang diomongin anak-anak di kelas, pesta jadi kacau semenjak banyak polisi dateng ngawasin dan cariin elo," jelas Rama.
Farel tertawa. "Untung aja gue nggak datang. Males banget dateng ke pesta yang diawasin polisi."
"Sama," ujar Rama setuju. Ia memuji dirinya sendiri yang terhindar dari kekacauan sahabatnya.
"Welcome back my amazing badboy!" pekik Farel girang membuat Kit memutar bola matanya bosan.
"Najis lu!" celetuk Kit mengatai kealayan Farel.
"Bentar, deh." Kit mulai serius lagi. "Mungkin kalo cewek itu tau gue mau pindah ke Cakrawala, dia bakal datengin lo berdua."
"Anjir bahasa lo serem banget. Datengin. Udah kayak arwah gentayangan aja." Farel bergidik ngeri mengingat saat ini sudah tengah malam. Apalagi tidak ada orang lagi selain mereka bertiga dan asisten rumah tangga di dalam rumah besar milik orang tua Kit ini.
•••
A/n : Jangan lupa vote comment yaa~~
Tunggu next update♥
KAMU SEDANG MEMBACA
[AS#1] AMAZING BADBOY (TAMAT)
Roman pour Adolescents[AMAZINGSERIES#1] •• Tentang luka lama, apa masih menyedihkan jika terulang kembali? •• Hanya sebuah kisah tertulis Kit, Amazing Badboy yang dipaksa menetap di Jepang karena suatu masalah di masa lalu, kemudian kembali untuk berjuang. Hanya sebuah...