Lingka memasuki rumahnya dengan muka tertekuk dalam-dalam. Ia tidak akan mau lagi jika Abraham mengajaknya keluar. Bilangnya ingin membeli lemari saja, nyatanya cowok itu mengajak Lingka ke toko baju, toko aksesoris, dan juga restoran, dengan bermacam-macam alibi.
Ingin Lingka ikut mencarikan kado untuk adik sepupunya lah, perutnya kelaparan, jika Lingka tidak ingin makan, maka Abraham tidak akan kuat menggendongnya jika pingsan.
Bukannya Lingka malas bersama Abraham tetapi ia merasa bersalah karena tidak bisa membalas perasaan cowok itu. Waktu sudah lama berlalu, namun mengetahui Abraham masih terjebak dengan perasaannya, Lingka tidak bisa berhenti merasa bersalah.
Ia sangat bersyukur mempunyai teman sekaligus ketua kelas yang peduli, bertanggung jawab, dan tegas. Nilai plus Abraham cukup tampan bila dibandingkan dengan Bisma. Dari fakta tersebut saja bisa membuat beberapa cewek merasa jatuh hati. Anehnya Lingka belum bisa.
"Non Lingka baru pulang," sapa Bi Iyem yang sedang duduk santai di sofa ruang tamu karena sudah tidak ada pekerjaan lagi.
Pukul empat sore. Lingka merobohkan badannya ke sofa lain. "Ternyata lama juga aku tadi ya, Bi."
"Mau minum, Non?" tanya Bi Iyem sambil bersiap untuk berdiri.
"Nggak usah, Bi. Udah kembung perutku."
"Lah, Non Lingka kenapa, toh? Kok murung gitu?"
Lingka menggeleng pelan menjawab dan mengerucutkan bibir mengingat Kit tidak menghubungi atau pun sekedar menanyakan kabarnya. Akan menjadi bonus tak terduga jika Kita mengajaknya jalan.
"Oh iya. Tadi ada yang kesini lagi. Cowok juga," ujar Bi Iyem membuat badan Lingka tegak. Ia meringis merasa bahwa kemungkinan besar sosok yang ada di dalam pikirannya lah yang telah datang.
"Siapa, Bi?" tanya Lingka pelan.
Bi Iyem meringis, "Bi Iyem nggak nanya," ujar Bi Iyem sambil meringis. Ketika melihat bahu Lingka merosot, Bi Iyem kembali berkata, "Dia tadi telepon Non Lingka. Tapi nggak diangkat katanya."
Lingka membulatkan mata seketika. Dengan gesit cewek itu mengeluarkan ponsel dari totebag yang dibawanya dan melihat dua panggilan tak terjawab.
K I T
Matanya terbuka lebar. Benar! Ini Kit!
Ia memukuli kepalanya pelan karena berpikiran buruk tentang cowok itu. Siapa bilang Kit tidak menghubunginya? Cowok itu mencarinya ke rumah, menelepon, dan akhirnya pulang tanpa bertemu dengannya.
Cewek itu merutuki dirinya sendiri. Ini salahnya karena tidak membuka ponsel sama sekali!
"Oh iya! Ada lagi." Bi Iyem menatap Lingka sebelum melanjutkan, "Dia nulis pesan di buku catatan." Bi Iyem menunjuk buku kecil di atas meja.
Lingka menghela napas panjang sebelum meraih buku itu. Duduk tegap, membuka halaman terakhir yang berisi tulisan tangan Kit.
KAMU SEDANG MEMBACA
[AS#1] AMAZING BADBOY (TAMAT)
Teen Fiction[AMAZINGSERIES#1] •• Tentang luka lama, apa masih menyedihkan jika terulang kembali? •• Hanya sebuah kisah tertulis Kit, Amazing Badboy yang dipaksa menetap di Jepang karena suatu masalah di masa lalu, kemudian kembali untuk berjuang. Hanya sebuah...