BAGIAN 14

61 10 4
                                    

Ternyata gue cuma pelarian disaat gak ada siapa-siapa, bodoh!

°°°

"Mau mampir gak?" Tanya Alice ketika mereka sampai di depan gerbang rumah Alice.

"Engga, gak enak aku gak bawa apa-apa," Jawab Rey sambil tersenyum kecil.

"Kalo gak enak kasih kucing," Ucap Alice, "yang besok jalan yu!"

"Engga ah aku bawa mobil aja, cape kali yang kalau jalan mah."

"Bisa ae"

"Yaudah, aku pulang dulu ya," Pamit Rey yang diikuti anggukan kecil dari Alice.

*

Rey melihat pantulan dirinya di cermin, sudah berulang kali ia membasuh mukanya dengan air di wastafel, tetapi ketampanannya tidak pernah hilang.

Sudah waktunya menjadi seorang yang dewasa dalam mengambil keputusan. Waktu yang dulu Rey inginkan sekarang sudah datang.

"Apa salah gue menginginkan keduanya? Sial! Mana mungkin ada cewek yang ingin di duakan. Bodoh bodoh!!!!"

Alice duduk di balkon kamarnya, melihat beribu bintang, dia tau dari sekian banyaknya bintang dan dengan keindahan nya masing-masing. Masih tetap ada satu bintang yang mencolok dan meminta di perhatikan.

Nada dering khas iPhone menggema di kamarnya, dia langsung mengambil ponsel dan melihat siapa yanng menelponnya malam-malam.

082222111444 is calling.

"Siapa?" Alice penasaran, barangkali ada hal penting yang harus orang di balik telfon ini bicarakan.

"Hallo"

"Ini Alice?"

Alice mengangguk, "iya, ini siapa?"

"Gue tau lo cinta sama Rey, tapi gue mohon jangan pernah deketin dia lagi karena Rey mau di jodohin sama gue"

"Maksud lo apa? Gue pacarnya dan gue percaya dia gak mungkin kaya gitu sama gue"

Tut.. Tut.. Tut..

Alice matikan telfonnya sepihak, apa lagi ini? Alice ingat perkataan ilham waktu di kafe, apa iya?

"halah, sandiwara aja udah kaya beneran, heran gue sama lo. Cita-cita nya artis ya? Pinter acting"

"Gue harus tau kebenarannya"

*

"Reh jalan yu," Ucap Rani ketika masuk ke dalam kamar Rey.

"Kemana?"

"Kemana aja kek, gue kesel nih di rumah mulu"

Rey mengambil jaket sweater dan kunci mobilnya, "ayo"

Semudah itu?

Rey memajukkan mobilnya ke arah pantai, Rey sedang ingin memenangkan pikirannya dan mungkin jalan bersama Rani akan membuat dirinya tenang kembali, karena Rani selalu membuatnya nyaman, dulu.

"Lo masih inget aja tempat ini," Rani tersenyum senang ketika turun dari mobil dan melihat ombak yang menubruk terumbu karang di hadapannya.

Alice [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang