Bagian 7

74 9 0
                                    

Aku gak tau harus percaya sama siapa, tapi yang aku tau, aku cinta kamu.

***

Rey menyenderkan badannya ke belakang dan melihat isi kafe yang selalu ramai, tapi ada yang berbeda kali ini, ia melihat ilham dan cewek yang berhadapandengannya, tapi Rey tau persis itu bukan Alice, tapi siapa?

"Kayanya ..... Gue kenal siapa orang itu, tapi dia kan gak di sini" Rey seperti orang linglung, dia berdiri berniat untuk mendekat ke meja ilham, namun ponselnya berbunyi.

"Shit!"

"Hallo pah?"

"...... "

"Iya pah, aku segera pulang"

Rey mendesis, "pokonya gue harus cari tau siapa dia!"

*

"Lo suka makanannya?"

"Suka"

Ilham menatap Rani dengan tatapan bingung, sebenarnya apa tujuan Rani untuk pulang ke indo, padahal semua yang ia inginkan ada di Jepang.

"Kenapa liatin gue gitu?"

"Gue mau nanya sama lo, lo ngapain balik ke indo padahal kehidupan lo lebih baik di Jepang?"

Rani meletakkan sendok dan garpu yang ia pegang, sudah seharusnya ia bicara jujur pada ilham, karna bagaimanapun juga ilham adalah sahabatnya, dan Rani tidak bisa menutupi masalah ini sendiri.

"Sebenernya ...... Gue ke sini, mau nyelesain masalah antara gue, lo, dan Rey gue gak mau hubungan kita berantakan," Rani menghela nafas, "gak seharusnya gue ninggalin masalah yang belum kelar"

Ilham menarik nafasnya perlahan-lahan, "ran.... Liat gue," Rani menatap ilham yang sudah menatapnya terlebih dahulu, "lo masih cinta sama Rey?"

Rani mengangguk.

"Kalau gitu, lo harus bisa dapetin dia lagi," Sementara Rani hanya tersenyum sinis, Rani tau dia pasti akan mendapatkan Rey kembali, pasti.

"Selesain makan lo, setelah ini gue anter lo pulang."

*

Rey memasuki halaman rumahnya, megah. Kata yang menggambarkan keadaan rumah Rey, kombinasi warna putih dan kuning yang sangat apik, lukisan-lukisan yang harganya pasti mahal terpasang di setiap dinding menambah kesan grafik.

"Siang pah," Kebanyakan dari anak laki-laki di luar sana jarang menghormati orang tua, bahkan hanya menganggap mereka sebagai kotoran yang akan menghancurkan masa depan, tapi berbeda dengan Rey dia sangat patuh dengan papahnya, apapun yang di perintah pasti ia turuti. Apapun itu.

"Duduk" Laki-laki paruh baya yang berkaca mata itu menyimpan koran dan menatap anaknya yang sekarang sudah duduk persis di hadapannya.

"Darimana aja kamu?"

"Kafe pah," Rey mendesis, pasti kena marah.

"Yasudah, siap-siap jam 7 nanti ada acara makan malam, kamu harus berpenampilan yang rapih, jangan mengecewakan"

Seperti biasanya, selain Rey memang pewaris tunggal di rumah ini, Rey memang sudah di ajarkan etika dan disiplin sejak kecil, calon putra mahkota juga di didik bukan?

Alice [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang