12

155 8 0
                                    

Happy reading and don't be silent readers :))
---------

Tak ada yang tahu kapan musibah akan terjadi. Seperti hari ini. Setelah Angga selesai belajar bersama kelompok belajarnya di perpustakaan, ia bekerja lagi di cafe seperti biasa. Di perjalanan, satu batang kayu besar memukul keras lehernya, dan ia terjatuh dari motornya.

Dua orang berjaket hitam, menaiki motor ninja yang menyerang Angga waktu itu. Dilihat dari perawakannya, seperti bukan Rudy. Atau itu memang orang lain, bukan salah satu anggota Master Malak.

Untunglah memar di lehernya tidak begitu buruk, Angga masih bisa berdiri sambil meraih kembali motornya. Jalanan waktu itu cukup sepi, tak ada yang tahu Angga diserang sebatang kayu.

Angga diserang lagi. Serangan kedua ini ketika ia pulang dari cafe jam 8 malam. Saat ia melewati gang jalan menuju rumahnya, gang itu gelap. Sangat mudah bagi penyerang untuk menyerang Angga.

Motornya ditendang dibagian samping. Angga tersungkur ke tanah. Motornya berada di tengah jalan. Ia kira serangan hanya sampai disitu saja, ternyata tidak.

Dalam keadaan tak sadar, Angga ditarik ke ruangan yang luas dan gelap. Hawa terasa dingin.  Hampir tak ada ventilasi dan penuh debu. Di tengah-tengah ruangan itu, Angga didudukkan di sebuah kursi kayu. Lampu menyala diatasnya. Lengannya ditarik kebelakang kursi dan diikat.

 Lengannya ditarik kebelakang kursi dan diikat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Heh dungu! Bangun lo!"

Satu seruan itu membangunkan Angga. Matanya mengerjap-ngerjap pelan. Ia mencoba menggerakkan tangannya, tetapi terikat. Terkejut karena tangannya terikat, ia menatap tajam ke semua anggota Master Malak yang mengelilinginya.

"Kenapa lo bawa gue ke sini, Rud?" tanya Angga.

"Buat nyakitin lo. Biar gue bisa melampiaskan dendam gue ke elo," jawab Rudy, sambil melipat kedua tangannya.

"Biarin gue hidup tenang, Rud. Jangan ganggu siapapun yang ada di dekat gue,"

"Cemen! Gue nyerang lo karena ulah lo sendiri! Gue ini gak suka lo berubah gitu saja! Lo berubah semuanya, Ngga. Mulai dari kepintaran lo yang naik daun terus dikagumi guru-guru,"

"Lo gak suka sama perubahan gue? Yaudah lo berubah juga! Gitu aja repot banget, sampe mau nyerang gue! Gak ada otak lu, Rud,"

Anggota Master Malak yang lain ber-whu mengejek Angga. Biarlah. Angga mencari cara agar bisa keluar dari sini sebelum diserang.

Rudy menghajar telak pipi Angga. Angga hanya bisa melawan dengan kakinya yang tak diikat.

Kursi yang diduduki Angga jatuh. Kepala Angga membentur ke lantai. Menahan sakit, Angga mencoba melawan Master Malak yang mendekatinya.

Rudy menendang kepala Angga berkali-kali. Hidung dan bibirnya berdarah. Angga tak punya cukup tenaga melawan lagi. Ia pasrah. Kalaulah ajal memang menjemput sekarang, ia ikhlas.

"Stop!"

Teriakan seorang perempuan berambut pirang menghentikan aksi Rudy. Rudy mengeluarkan sumpah serapah pada perempuan itu karena menghentikan aksinya.

Rudy berkacak pinggang, menghadap perempuan pirang yang berada di ambang pintu.

"Siapa lo!" gertak Rudy.

"Gue temennya. Temen satu pekerjaan sama dia," jawab perempuan itu.

"Lo gak usah ikut campur ya, pirang. Ini gak ada hubungannya sama lo!"

"Gue berhak ikut campur. Lo berhenti nyerang dia atau gue bilang ke polisi?" tantang si Pirang.

"Polisi? Ck,"

Si Pirang yang biasa dipanggil Lena itu, bergegas menuju Angga yang wajahnya masih mencium lantai.

"Ma..ka..sih, Len," ucap Angga, terbata. Begitu ia bicara, darah dari bibirnya menetes ke lantai.

"Iya, Ngga, iya. Udah, gue lepasin dulu," jawab Lena, lalu melepas ikatan di kedua tangan Angga.

Master Malak sebenarnya ingin menghabisi mereka berdua sekaligus, tetapi terhalang oleh ancaman Lena. Untuk melaporkan mereka ke polisi.

Setelah melepas ikatan, Lena membantu Angga berdiri. Wajah Angga tampak hancur lebur. Lebam tampak di wajah sebelah kiri, sudut bibir, dan matanya.

Master Malak membiarkan mereka pergi dengan terpaksa. Niat untuk menghancurkan Angga gagal lagi. Namun, Rudy punya cara lain selain menghabisi Angga.

Lena membawa Angga keluar dari ruangan itu lalu membawanya kembali ke gang gelap yang dilewati Angga.

"Gue bawa lu ke rumah ya, Ngga," ucap Lena, lalu mengambil motor Angga yang tadi sudah di singkirkan Lena dari tengah jalan.

Angga diam saja. Kondisinya yang begini, jelas ia tak bisa menyetir motor. Ia mengiyakan tawaran Lena.

Mesin motor dinyalakan. Angga membonceng dibelakang Lena. Angga tidak pernah mengobrol dengan Lena selama bekerja di cafe. Tetapi ia bersyukur Lena ada disini, walau cukup canggung.

"Kos gue cat merah yang di pojok ya, Len," ucap Angga, begitu hampir mendekati kost nya.

"Oke,"

Lena menambah kecepatan motor. Hitungan detik, motor diparkir tepat didepan kos Angga. Lena membantu Angga turun, dan menuntunnya kedepan pintu kos.

"Makasih lagi, Len. Lo udah nyelamatin nyawa gue. Coba gak ada lu disa..,"

"Iya, Ngga. Mau gue obatin sekalian?" tawar Lena.

"Gak usah Len. Gue bisa ngobatin diri gue sendiri. Lagian nanti gue repotin elo," tolak Angga, halus.

"Yaudah, Ngga. Cepet sembuh. Gue balik dulu, dadahh," pamit Lena cepat, kemudian berjalan keluar dari halaman kos Angga.

Angga tak menjawab. Ia langsung memasuki kosnya kemudian membuka kamarnya. Mencari kotak obat lalu mulai mengobati dirinya sendiri.

--------------
To Be Continued 🤗
Vomment, jangan lupa 👇

Master Malak Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang