18

157 8 0
                                    

Happy reading and don't be silent readers 🙏
------------
Setelah selesai menikmati makanan dan mengobrol di cafe, Alden dan Naura segera pergi. Mengunjungi tempat-tempat yang unik di Bandung. Sembari mencari Angga, siapa tahu kebetulan bertemu.

Naura berkeliling Bandung sambil mencari inspirasi untuk bukunya. Alden menjelaskan tentang tempat apa yang tidak Naura ketahui.

Alden dan Naura sedang berjalan-jalan di sebuah tempat wisata. Alden seringkali mentraktir Naura. Membelikan es krim dan semacamnya.

"Kamu sebenarnya di Bandung mau cari siapa?" tanya Alden, ketika mereka berjalan-jalan di Braga Street.

"Cari seseorang yang membuat janji padaku." jawab Naura.

"Oh ya? Janji apa?"

"Dia akan menemuiku setelah impiannya tercapai. Tetapi, aku belum tahu apakah impiannya sudah tercapai atau belum."

"Oh, begitu," jawab Alden, nadanya terlihat kecewa.

"Emang kenapa?"

"Gak apa-apa, cuma kepo aja," balas Alden, datar.

Suatu hari, Alden harus kembali menjadi pemandu di sebuah tempat wisata. Hal itu membuat Naura harus berkeliling Bandung sendiri. Untunglah dia sudah cukup hafal daerah di Bandung.

Merasa bosan menulis di dalam kamarnya, Naura turun dari kasur, mengenakan jaket dan sepatu. Berjalan menuju cafe yang biasa ia kunjungi.

10 menit berjalan kaki, Naura tiba di sebuah cafe langganannya. Terdengar bunyi gemerincing begitu ia membuka pintu. Cafe sudah ramai. Naura memilih tempat yang berada di tengah saja. Tempat duduk di dekat jendela sudah penuh.

Naura duduk kemudian mengambil menu dan catatan yang sudah tersedia di meja. Naura menulis minuman dan cemilan kesukaannya. Setelah selesai memilah, Naura memanggil pelayan di dekat nya. Memberikan pesanan yang sudah ia tulis.

Sembari menunggu, Naura mengeluarkan laptop kecil dari tasnya. Kembali menulis buku yang sudah hampir ia rampungkan. Untunglah ia tak begitu terganggu dengan suasana ramai di cafe.

Ketika Naura sibuk menulis, datang seorang wanita duduk di depannya. Wanita itu terllihat seperti 'tante-tante'. Naura menatap wanita itu, yang ternyata wanita itu juga menatapnya.

Tentu saja wanita itu Lena. Wanita yang pernah Naura cemburui karena menolong Angga ketika diserang oleh Master Malak.

Mereka tak saling bicara. Naura hanya menulis dan menikmati hidangannya yang sudah disajikan 2 menit yang lalu.

Sedangkan Lena hanya bermain ponsel. Berselancar di sosial medianya. Beberapa menit kemudian Lena meninggalkan cafe sebelum minumannya habis.

Jenuh menulis, Naura mencoba melihat sekitar. Pelayan yang berlalu-lalang mengantarkan makanan, pasangan yang saling bercanda, orang yang melamun, dan sebagainya. Ketika kepalanya menoleh kebelakang, matanya terpaku. Terlihat seorang laki-laki dengan paras tampan sedang memasak.

Awalnya Naura tak percaya ini. Ia mencoba menyadarkan dirinya bahwa ini adalah mimpi. Bahwa seseorang yang ia cari, ia tunggu, rupanya berada di cafe langganan nya.

Naura ingin memanggil, tetapi suaranya tak sampai. Jantungnya berdegup, membuat kerongkongannya tersumbat sesuatu. Ia hanya bisa menatap. Menyalurkan rasa rindunya pada laki-laki itu.

Lamunannya buyar ketika suara Alden terdengar.

"Hai, Ra," sapa Alden, sembari menarik kursi lalu duduk di depan Naura.

"Oh, hei, Al! Kamu udah selesai?"

"Cuma jalan-jalan aja sih, kebetulan jam ini jatahku istirahat," jawab Alden.

Master Malak Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang