20

159 9 1
                                    

Happy reading and don't be silent readers.
----------

Naura sedang sibuk menulis di kamarnya. Jarinya menari menekan huruf di keyboard. Imajinasinya mengalir deras, membuat sebuah tulisan paragraf per paragraf.

Saking sibuknya menulis, ia sampai tak sadar jika ada tamu. Ibunya sudah memanggilnya berkali-kali.

"Naura! Keluar, Nak!" seru ibunya, dari luar kamar.

"Sebentar, ya, bu. Sedikit lagi,"

Terdengar bisik-bisik ibunya dengan tamu tersebut, "maaf ya, anak saya sedang sibuk,"

"Naura sayang! Ayo, dong, keluar," panggil ibunya lagi.

"5 menit lagi, bu," jawab Naura, matanya masih terpaut pada layar laptopnya.

Tak tahan dengan penolakan anaknya, ibu Naura langsung membuka pintu menghampiri Naura. Meletakkan laptop Naura dengan lembut.

"Ada tamu kejutan, Naura. Ayo keluar," ajak ibunya, sambil mengulurkan tangan kanannya.

Naura menyambut tangan ibunya. Lalu mereka keluar dari kamar menuju ruang tamu. Disana sudah banyak orang. Rupanya satu keluarga. Tiba-tiba matanya tertancap kepada satu orang.

Alden.

Naura masih diam. Belum ingin duduk di samping ibunya. Ia masih terkejut dengan pemandangan ini. Apa-apaan si Alden datang ke rumahnya dengan rombongan keluarganya? Apa maksudnya? Satu keluarga itu tersenyum pada Naura.

Ibu Naura menarik lengan Naura agar duduk. Naura masih terkejut. Jantungnya berdegup kencang. Ayah Naura pun rupanya sedang tersenyum-senyum menahan tawa.

Tak tahan dengan kondisi di sekitarnya, Naura berani bertanya, "Ini ada apa, ya?"

"Alden mau melamar kamu, Nak," jawab Ayahnya.

Mata Naura membulat. Setahu dia, Alden tidak pernah mengungkapkan perasaan nya. Ia juga hanya menganggap Alden sebagai teman. Namun, ternyata apa yang ia duga berbeda.

Naura masih tak tahu harus menjawab ya atau tidak.

"Menurut Ayah gimana?" tanya Naura.

"Kalau dia mau melamar kamu, Ayah sudah ikhlas, Nak. Ayah sudah ngobrol dengan Alden tadi. Menurut Ayah, laki-laki inilah yang pantas buat kamu," jelas Ayahnya.

Naura teringat Angga. Ia bimbang. Seharusnya Angga yang disini, bertemu orang tuanya. Naura kembali memikirkan kejadian malam itu. Ketika ia menangis karena dibentak oleh Angga. Angga terang-terangan mengatakan bahwa rasa sayangnya sudah hilang.

"Iya, Yah. Saya mau," jawab Naura, mantap. Semua yang ada di ruang tamu berteriak senang. Keluarga Alden yang paling semangat membicarakan soal lamaran, akad, sampai resepsi.

Inilah. Ternyata Naura sudah dimiliki orang lain. Ia tak lagi memikirkan perasaan Angga. Lagipula, Angga juga mengucapkan kalimat yang tidak memikirkan perasaan nya.

----------------
Angga sedang berada di sebuah toko cincin. Ia sedang memilah-milah cincin yang pas untuk Naura. Sambil mengira-ngira ukuran yang pas untuk Naura.

"Angga!"

Angga menoleh. Rupanya Lena yang memanggilnya. Wajah Lena tampaknya gelisah, takut mengatakan sesuatu kepada Angga.

"Ayo ikut gue. Gue mau bilang sesuatu sama lo," ajak Lena, kemudian menarik lengan Angga dengan paksa.

"Lo ngapain sih, Len! Bilang apa? Gue lagi milih cincin buat Naura," tolak Angga.

Master Malak Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang