21

161 9 0
                                    

Happy reading and don't be silent readers 🙏
--------------
Gadis itu mulai beranjak dari duduknya, meninggalkan es kopi yang masih separuh. Buru-buru Angga mengejar gadis itu. Untunglah Angga sempat mencegatnya sebelum gadis itu menaiki taksi.

"Eh kamu!" panggil Angga. Yang dipanggil pura-pura tidak mendengar. Angga mencoba memanggilnya sekali lagi dengan panggilan 'kamu' tak dijawab juga.

Harapan berkenalan itu pupus sudah. Gadis berambut pendek itu sudah menaiki taksi. Dengan cepat taksi itu melaju. Meninggalkan Angga penuh penyesalan.

Seorang bawahan Angga yang bernama Cakra, tergopoh-gopoh mendekati Angga diluar cafe.

"Bagaimana? Anda sudah tahu namanya?" tanya Cakra yang berambut cepak.

"Belum," jawab Angga, sedih. Angga berharap gadis itu akan datang lagi ke cafenya.

"Masuk saja, Pak. Mau hujan, tuh," ucap Cakra.

Angga menurut pada Cakra, ia mulai memasuki cafe. Melewati para pengunjung yang asyik berfoto ria.

Ia merasa karma memang sudah direncakan untuknya. Mungkin inilah balasan setelah dia membentak Naura waktu itu. Awalnya memberikan janji, setelah itu ia berpura-pura membatalkan janji. Saat ia akan melamar, gadis pujaannya sudah jatuh hati pada orang lain.

Lena, teman curhat Angga yang berambut pirang. Kini sudah dilamar orang lain juga. Lena dulu pernah mengagumi Angga. Namun, setelah mengetahui Angga hanya menyukai Naura, ia mundur.

Ia tak tahu apa yang harus dilakukannya. Jomblo selamanya mungkin memang karma yang cukup untuknya setelah menyakiti Naura.

Angga merebahkan tubuhnya di kursi putar. Cakra duduk didepannya, sedang memikirkan sesuatu.

"Apakah saya boleh membantu Pak Bos? Saya akan mencari si gadis berambut coklat itu, setelah itu data nya akan saya berikan," tawar Cakra.

"Kalau kamu nanti yang tanya soal nama dan latar belakang ke dia, malah dia yang baper sama kamu. Terus kamu yang nikah sama dia, gimana coba?" bantah Angga, trauma dengan kisah mantan dinikahi orang lain.

"Pak Bos ini umurnya udah mau 30 tahun lho. Harus cepat lakukan pendekatan ke cewek. Lagipula, sepertinya cewek itu masih muda, pak bos."

"Ya gimana caranya, yang penting bukan cowok yang tanya-tanya ke dia,"

"Kita minta aja salah satu pelayan yang cewek, buat tanya-tanya ke gebetan bapak itu."

"Semoga saja berhasil," jawab Angga, tersenyum mendengar ide Cakra. Ia ingin gadis itu menjadi miliknya. Semoga terwujud.

---------------
Esoknya, Angga memanggil salah satu pelayan cafe perempuan. Angga meminta pelayan itu untuk berpura-pura menjadi pengunjung. Saat si gadis berambut kecoklatan ini datang, pelayan itu masuk dan duduk di depannya. Kemudian mulai mengobrol.

"Siap, pak bos! Akan saya laksanakan. Soal pendekatan ke cewek seperti ini, serahkan pada saya," seru pelayan itu. Angga manggut-manggut dan tersenyum puas.

Si pelayan cafe perempuan mulai keluar dari cafe sambil membawa pakaian ganti dan tas selempang. Ia menuju pom bensin yang jaraknya beberapa meter dari cafe. Dia berlari kecil menuju kamar mandi pom bensin, berganti pakaian, dan siap untuk berakting.

Angga akan memberikan panggilan telepon untuk si pelayan bila gadis berambut coklat sudah tiba di cafe. Untunglah, si pelayan tidak terlambat. Saat si pelayan hampir dekat dengan cafe, Angga menelponnya. Mengatakan bawah gadis berambut coklat sudah sampai dan sedang menunggu pesanan. Kursi di depannya juga sedang kosong.

Si pelayan mulai menjalankan aksinya. Pakaiannya waktu itu terlihat berbeda. Ia mengenakan celana jeans hitam dan kaus berwarna pink berenda. Rambutnya terurai. Sehingga bisa sampai se perut.

Pelayan itu memasuki cafe lalu segera duduk di depan gadis berambut pendek. Tak perlu menunggu lama, si pelayan mulai mengobrol dengan gadis itu.

Gadis cantik itu terlihat antusias mengobrol dengan si pelayan. Sepertinya gadis itu adalah tipe yang terbuka, tidak menyimpan rahasia dengan siapapun. Lagipula, si pelayan juga bukan sosok yang mencurigakan.

20 menit mengobrol, akhirnya gadis manis dan cantik itu keluar dari cafe. Pesanan es kopi kesukaannya sudah habis. Gadis manis itulah yang meminta nomor si pelayan agar bisa saling mengobrol lebih jauh. Tampaknya, usaha Angga berhasil.

Setelah gadis itu jauh dari cafe, si pelayan berlari ke arah kantor bosnya. Angga yang sedari tadi menunggu dengan was-was senyumnya mulai merekah begitu melihat pelayannya.

"Sudah saya dapat, Bos. Banyak sekali. Ehm, ehm," si pelayan mulai membacakan hasil mata-matanya.

"Namanya adalah Meilan. Umur 24 tahun, selisih 4 tahun dengan pak bos. Dia bekerja sebagai editor novel di Bandung,  kampung halamannya. Ayahnya sudah meninggal, ibunya sekarang sedang usaha menjahit.
Tipe cowok idamannya adalah: orang yang sukses, romantis, dan tidak kasar pada perempuan."

"Hmmm, menarik. Lalu tanggal lahir?"

"Dia lahir tanggal 12 bulan November."

"Oke. Apakah dia sedang melakukan pendekatan dengan cowok lain?" tanya Angga.

"Tidak. Dia menolak mentah-mentah cowok yang melakukan pendekatan, kecuali langsung melamarnya."

"Pas sekali! Saya adalah cowok yang seperti itu! Terimakasih atas kerja kerasmu. Kau sangat membantuku," ucap Angga, kepada pelayan perempuan nya itu.

"Sama-sama pak bos, ada yang bisa saya bantu lagi?"

"Em, sebentar. Apakah kau punya rencana, bagaimana saya bisa menciptakan kejutan lamaran untuk dia?"

"Kejutan ya?" si pelayan tampak berpikir. Bola matanya berputar, mencari akal yang tepat. "Oh saya tau!"

Si pelayan membisikkan akalnya kepada Angga. Angga berkali-kali manggut-manggut mendengar rencana si pelayan. Setelah berpikir bahwa itu ide yang bagus, Angga mengumpulkan seluruh karyawannya setelah menutup cafe jam 8 malam.

------------
To Be Continued 😋
Author waktu buat part ini cepet banget, kerasa dangkal ya? Wkwk.
Untuk menghargai author silahkan klik bintang di bawah ⭐👇

Master Malak Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang