8

234 15 0
                                    

Happy reading and don't be silent readers 🙏
---------

"Naura!"

Suara berat yang sudah dikenal Naura. Sosok laki-laki bertubuh tinggi dan berkulit putih. Menjadi idola sekolah karena wajahnya. Walaupun sikapnya tak semulus wajahnya.

"Gue bakal jelasin, kenapa gue gak bisa nemenin elo,"

Naura menghadap ke arah laki-laki itu. Tanpa menatap wajahnya. Masih kecewa karena dia tak mau menemaninya.

"Gue diskorsing, Ra. Tiga bulan. Semua master malak diskorsing. Pak Fariz juga ngelarang gue datang ke konser musik, Ra. Makanya gue gak bisa nemenin elo. Sori."

Naura mendengarnya dengan jelas. Semua kata-kata Angga ia resap ke otaknya. Dipahami dalam hati. Walaupun ada rasa kecewa karena Angga diskorsing, ia mencoba memaafkan. Resikonya besar jika ia tetap memaksa Angga.

"Maafin gue, Naura. Gue sayang sama lo."

Naura semakin menundukkan kepalanya. Melepaskan segala rasa kecewa di hati. Hatinya terasa lega. Mendengar pengakuan Angga tentang perasaannya terhadap Naura.

"Lo.. sayang sama gue, Ngga?"

Angga mengangguk.

"Gue juga sayang sama lo, Ngga. Tapi, gue gak bisa nerima lo, selama lo masih malak."

Angga tertegun. Ia ingat waktu semua anggota Master Malak diskorsing. Mereka berunding. Angga terlibat adu mulut.

Flashback.

Semua anggota Master Malak keluar dari ruang BK usai 'diusir' oleh Pak Fariz. Mereka semua kecewa. Lesu. Setelah mendapat vonis hukuman berupa skorsing selama tiga bulan. Mereka takut dikeluarkan setelah diskorsing.

Esoknya, anggota Master Malak datang ke sekolah. Bukan untuk belajar. Mereka hanya duduk-duduk di koridor atau disuruh membantu membersihkan sekolah. Selama pelajaran berlangsung, mereka berkumpul di depan aula sekolah.

"Kita tetap harus malak. Bagaimana pun caranya," ucap Rudy membuka topik pembicaraan.

"Lo tau kan Rud, di sekolah ini gak bsia malak lagi. Udah banyak anak yang laporin aksi kita," bantah Gilang. Yang rupanya takut dikeluarkan karena malak lagi.

"Jangan nyolot dulu dong, Lang. Kita gak akan malak di sekolah ini lagi,"

"Terus dimana?" tanya Ovi.

"Di jalanan,"

Semua diam. Hening. Merasa ide Rudy adalah ide paling gila yang pernah mereka lakukan.

"Lo gila ya, Rud?! Kita ini anak sekolah! Bukan preman jalanan! Tolol banget sih!" bentak Angga.

"Gak usah ngegas lo! Kalo elo gak setuju, kasih pendapat dong, malak dimana. Gitu kek,"

"Ya kita gak usah malak lagi lah. Cari aja kerjaan lain!"

"Lo mau makan pake apa, Ngga? Mikir deh. Sebagai anak sekolahan kita harusnya malak, gak bisa kerja. Tenaga kita gak nyampe,"

"Gini nih kalo tai ayam dikasih nyawa. Jadinya kayak elo!" bentak Angga, sambil menunjuk tepat di wajah Rudy.

"Berani banget lo sama gue! Gue hajar mampus lo!"

Rudy hampir menonjok wajah Angga, tetapi ditahan oleh anggota yang lain di belakangnya.

Flashback done.

"Gimana, Ngga?"

Angga terkejut. Baru saja ia tenggelam dalam lamunannya, "Apanya, Ra?"

"Cih, kalo lu sayang sama gue. Tinggalin aksi malak itu. Please."

Angga terdiam. Berpikir. Kalau ia harus keluar dari Master Malak dan menjadi pacar Naura, ia akan dihajar habis-habisan. Tetapi, jika ia tidak jadian dengan Naura, dia akan kecewa.

Angga tersenyum.

"Iya, Ra. Gue bakal keluar dari Master Malak dan jadi pacar lo."

Naura tampak bahagia. Senyum menghiasi wajah manisnya. Angga menatap perempuan yang kini jadi pacarnya itu lekat-lekat. Benar-benar wajah yang lembut.

"Makasih ya, Angga,"

---------

Hari  ini, setelah pulang sekolah, Angga berjalan menuju bawah jalan layang. Disitulah anggota Master Malak berkumpul.

Niat Angga kali ini, bukan untuk ikut malak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Niat Angga kali ini, bukan untuk ikut malak. Ia akan meminta izin untuk keluar dari geng buruk ini. Dia juga sudah terikat janji dengan Naura akan keluar dari geng ini.

"Gue mau keluar," ucap Angga, ketika semua anggota Master Malak sudah berkumpul.

"Keluar dari geng ini? Ga bisa bro," tolak Rudy.

"Kalau gue maksa? Lu gak bisa ngatur pendapat gue. Gue bakal cari cara lain selain malak untuk memenuhi hidup gue."

"Sudah tobat ya, Ngga?" ledek Ovi, diikuti gelak tawa anggota yang lain.

Angga tak menggubris ledekan Ovi, "Pokoknya Rud, gue mau ke lu ar dari geng ini."

"Terserah. Gue oke aja sama lu," jawab Rudy, lalu menyantap roti cokelat nya.

Tak berkata apa-apa lagi, Angga berlalu pergi. Ia sudah resmi keluar dari geng ini. Hatinya plong . Dia akan mencari kerjaan sambilan untuk memenuhi kebutuhan nya yang kurang. Angga tidak akan melalui jalan yang sesat lagi untuk mendapatkan uang.

Angga dan Naura sering saling menghubungi lewat chat. Mereka tak pernah pulang sekolah bersama. Angga sibuk bekerja sambilan di sebuah cafe kecil, sementara Naura sibuk menjadi pengurus perpustakaan yang tahun ini harus melayani siswa mengembalikan buku pelajarannya.

Penghasilan Angga menjadi tukang masak di sebuah cafe sangat cukup memenuhi kebutuhan nya yang kurang. Karena berhemat untuk kebutuhan, Angga jarang mengajak Naura makan malam bersama. Naura pun juga memaklumi keadaan Angga.

Tetapi mereka tidak tahu, apa yang akan terjadi di kemudian hari, di masa depan. Apakah mereka tetap dekat seperti ini.

---------
To Be Continued 🙌
Jangan lupa vomment nya para readers ^^
Kasih kritik dan saran bila ada yang kurang dari part ini 👇

Master Malak Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang