9

211 11 0
                                    

Happy reading and don't be silent readers 🙏
---------

Tiga bulan berlalu, vonis hukuman skorsing sudah selesai. Setelah skorsing ini, Angga berjanji pada dirinya sendiri. Tidak akan memalak lagi. Resikonya sangat besar, ia bisa dikeluarkan. Sedangkan ia sudah hampir naik ke kelas dua belas.

Angga mencoba mencari teman yang lebih baik daripada anggota Master Malak. Kali ini, Angga sedang duduk di rerumputan bersama Naura, Lia, dan Rio di bagian belakang sekolah. Banyak mata yang melirik Angga dengan macam-macam pertanyaan. Salah satunya, kok gak bareng si Rudy lagi?

Master Malak pun juga tidak pernah menyapa Angga. Mereka cuek, walau kadang sering cekikikan melihat perubahan Angga. Tentu saja Angga membiarkan itu semua, tak menanggapi.

"Ngga, lo kenapa gak sama Rudy lagi? Udah bosen?" tanya Rio.

"Gue mau tobat, lagian si Naura ini pengen gue berhenti jadi tukang malak," jawab Angga.

"Lo rela melepas aksi lo demi si Naura? Gak gue sangka lo punya sifat kayak gitu," timpal Lia.

Naura tak ikut nimbrung dengan mereka. Asyik dengan buku-buku pelajarannya. Seminggu lagi, mereka akan mengikuti ujian kenaikan kelas.

"Nauraaa, berhenti dah baca buku sejarah kesayangan lo itu. Ngobrol dikit napa," tegur Lia.

"Dikit lagi selesai ini," jawab Naura, singkat.

Angga bangkit dari duduknya, lalu berjalan menuju Naura, kemudian mengambil buku sejarah Naura dengan tiba-tiba.

"Anggaaa, balikin buku guee," seru Naura.

"Gue ini baik hati lho, memisahkan lo dengan buku ini. Biar otak lu itu seger. Gak panas mikirin pelajaran terus," setelah berkata begitu, Angga berlari menuju gedung sekolah.

"Eh! Angga!" panggil Naura, lalu menyusul Angga ke gedung sekolah. Dengan berlari tentunya. Rio dan Lia hanya cekikian melihat tingkah mereka berdua.

Naura berbelok ke halaman sekolah, terlihat Angga duduk sambil tersenyum-senyum pada Naura di anak tangga.

Tak mau lelah lagi, Naura berjalan menuju tangga dimana Angga sedang duduk. Dengan napas ngos-ngosan, Naura mencoba bicara.

"Tolong balikin buku gue," pinta Naura, sambil berkacak pinggang.

Dengan senyum khasnya, Angga menyembunyikan buku sejarah Naura di belakang punggungnya, "Enggak akan, Naura yang manis,"

"Gak usah sok muji-muji deh, lebay,"

"Biarin lebay, yang penting gue sayang sama lo,"

"Ihhh, berani gombal ya sekarang," seru Naura, kemudian mencubit lengan Angga dengan keras.

"Ampun kak Nauraa,"

Naura melepas cubitannya, tampak jelas warna merah di lengan Angga. Naura puas dan tertawa.

Angga mengelus-elus lengannya. Mulut nya berkali-kali berkata 'aduh'.
Karena Angga lengah, Naura mengambil bukunya yang disembunyikan dibelakang punggung Angga.

"Yes! Akhirnya dapet juga," seru Naura, sambil menepuk-nepuk buku nya.

"Iyaaa, gak usah sok ngerasa menang gitu deh,"

Teng... Teng... Teng...

"Udah masuk, Ngga. Yuk!" Naura menggandeng tangan Angga.

Angga mengantarkan Naura dulu sampai di kelasnya yang berada di koridor kelas IPS. Barulah ia menaiki tangga lagi ke koridor kelas IPA.

Begitu Angga memasuki kelas, suasana langsung senyap. Anak-anak menatap Angga dari wajah hingga kedua kakinya. Tatapan tak suka dan kasihan.

Angga masih diambang pintu, "Hei, kenapa sih kalian?"

"Liat aja bangku lo, Ngga," jawab salah satu perempuan di kelas itu.

Angga berjalan menuju bangkunya yang di pojok kiri belakang. Sampah kertas dan botol minuman berceceran di atas meja Angga, sampai meluber ke bawah meja.

"Kok bisa kayak gini? Lo tau gak?" tanya Angga pada Radit.

"Semua anak di kelas diminta tutup mulut bro, gak boleh ngasih tau siapa yang ngelakuin ini," jawab Radit, jelas.

"Serius?"

"Iya."

Tanpa ba-bi-bu lagi, Angga mengambil sapu untuk membersihkan meja nya dari tumpukan sampah. Untung semuanya selesai sebelum guru masuk ke kelas.

"Kalau menurut gue, Ngga, lo diteror," ujar Radit, yang duduk disamping bangku Angga.

"Hah? Diteror? Siapa yang mau neror gue? Gue gak ngelakuin masalah sama siapa-siapa,"

"Gue juga gak tau, Ngga. Liat aja besok-besok nya, pasti ada hal lain lagi yang aneh selain sampah itu,"

Angga terdiam. Siapa yang berani menghantui dirinya seperti ini. Ia tak merasa membuat masalah dengan siapapun. Lagipula, ia merasa hidupnya sudah tenang. Hatinya lega dari jeratan menjadi tukang malak. Apa lagi masalahnya kali ini?

Guru Fisika sudah memasuki kelas. Angga kali ini akan serius menyimak pelajaran ini. Ia akan membuktikan pada mantan teman master malaknya, bahwa ia bisa berubah.

--------------

Setelah bekerja dari cafe sepulang sekolah, Angga pulang ke kost-an nya. Membaca kisi-kisi yang diberikan guru fisika nya tadi dan mempelajari lagi. Ia juga bertanya pada Naura apa yang belum paham lewat telepon.

Angga merubah kebiasaannya. Waktunya ia habiskan untuk belajar. Setelah dari cafe, ia selalu mengulang pelajaran yang diberikan dari sekolah. Kadang setiap istirahat, ia belajar bersama Naura dan kedua temannya.

Usaha ini tak sia-sia. Seminggu setelah ujian, pengumuman nilai ditempel di papan pengumuman. Saat istirahat, tempat ini sudah dipenuhi murid-murid yang 'kepo' dengan nilainya.

Angga melihat nilainya bersama Naura waktu itu. Angga mencoba mencari namanya, tetapi tidak ketemu.

"Angga! Ini namamu!" seru Naura. Angga langsung melihat namanya yang ditunjuk Naura.

"Namamu ada dibawahku, Ngga! Akhirnya nilaimu meningkat!" seru Naura senang.

Sorak-sorai murid yang lain terdengar histeris. Begitu bahagia melihat nilai yang memuaskan dan pernyataan naik kelas. Angga tak menyesal dengan kerja kerasnya selama ini. Di kelas dua belas nanti, ia akan berjuang untuk menghadapi UN dan SBMPTN.

------------
To Be Continued 🙌
Setiap vote dan komen berharga untuk author 👇

Master Malak Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang