Cahaya matahari mengintip malu-malu ke cela sebuah ruangan. Membuat ruangan yang tadinya terlihat remang-remang, kini menjadi lebih terang daritadi. Hingga menampilkan kedua pria yang kini tengah berbaring di atas tempat tidur di ruangan itu. Keduanya tertidur dengan posisi miring.
Krist menggeliat dalam tidurnya, dan langsung kaget. Ketika merasakan ada sebuah lengan kekar yang melingkar di perutnya. Membuat pria manis itu terbangun dari tidur nyenyaknya, lalu kemudian menatap sekeliling ruangan tempatnya berada dengan tatapan heran.
"Ini dimana?" Tanya Krist pada dirinya sendiri, sebelum membalikan badannya untuk menatap siapa yang tengah memeluknya, dan itu ternyata adalah Singto.
"Pria brengsek, Bangun!!" Seru Krist, yang kesusahan untuk melepaskan pelukan yang diberikan oleh pria itu.
Saat tangan Singto terlepas dari perutnya, reflek Krist ingin menendang Singto, tetapi tiba-tiba saja Krist mengurungkan niatnya. Ketika mengingat keadaan pria itu kemarin.
"P'Sing! Bangun. pria brengsek, kenapa kau tidak bangun-bangun." Keluh Krist, seraya menggoyang-goyangkan bahu Singto dengan kencang.
"Ada apa? Ini masih pagi? Kenapa kau susah mengganggu ku?" Tanya Singto dengan mata terpejam, dan membalikkan badannya ke arah lain.
"Kenapa aku bisa ada disini?" Tanya Krist.
"Mmm, mana aku tahu. Ini kan kamarku dan kau yang memaksa untuk masuk ke dalam rumah ku, jadi tanya sendiri saja pada dirimu." Jawab Singto.
"Seingatku, kemarin aku ada di sofa. Mungkin aku ketiduran di sana karena menunggu bocah sialan yang selalu saja menipuku itu." Keluh Krist ketika mengingat sosok Gun.
Wajahnya saja yang imut, dan tingkahnya saja yang manis. Tetapi sebenarnya suka sekali menipu orang lain, dan selalu saja Krist tidak bisa menolaknya. Apalagi ketika Gun menampilkan wajah memelasnya itu, Krist jadi ingat anak kucingnya di rumah.
"Kau sudah sembuh?" Tanya Krist ingin tahu.
"Jika aku sakit kenapa memangnya? Kau mau mengobatiku?" Tanya balik Singto.
Krist mendengus kesal, karena sikap menyebalkan pria itu sudah kambuh lagi. Kenapa dia lebih suka Singto yang pendiam ya, itu lebih baik daripada harus mendengarkan ocehan-ocehannya yang tidak masuk akal itu.
"Iya, aku akan mengobatimu, karena aku punya obatnya." Jawab Krist.
"Apa?" Tanya Singto.
"Sianida." Jawab Krist.
Mendengarnya Singto jadi kesal, dan membalikkan badannya untuk menatap Krist, lalu melemparkan sebuah bantal ke wajah pria manis itu dengan kencang.
"Dasar jelek." Cela Singto.
"Lebih baik aku jelek, daripada kau brengsek." Sahut Krist, menantang ke arah Singto.
Singto bangkit dari tempat tidurnya, dan berjalan mendekati Krist, lalu memiting leher pria manis itu dengan penuh kekesalan.
"Apa kau bilang? Brengsek? Kau tidak berkaca kau itu bagaimana?" Tanya Singto.
"Di rumahku tidak ada kaca." Jawab Krist santai, sambil menginjak kaki Singto, membuat pria itu memekik kesakitan.
"Bangsat!" Umpat Singto pada Krist.
"Dasar psikopat gila." Sahut Krist.
"Jika aku psikopat gila, kau apa?" Tanya Singto.
"Yang pasti aku lebih baik daripada kau." Ledek Krist sambil menjulurkan lidahnya ke arah Singto.
Saat tangan Singto ingin memukul kepala Krist, suara bel rumahnya mengganggu ketenangan keduanya, membuat Krist berhasil menghindari Singto.
KAMU SEDANG MEMBACA
[20]. I'll Give You All [ Krist x Singto ]
Fanfiction[ COMPLETED ] Aku ngk bisa deskripsiin cerita ini, lebih baik langsung baca aja ya. Cast: Perawat Sangpotirat [ Krist ] Prachaya Ruangroj [ Singto ] dan ada beberapa cast tambahan lainnya. Warning! Cerita ini mengandung unsur Yaoi / BoysLove / Boyxb...