"Apa kau tidak kesepian disini?"
Krist bertanya pada Singto yang kini tengah berbaring di atas sofa, dengan kepala pria itu yang kini berada di atas pangkuan Krist. Ketika pria manis itu menatap setiap sudut rumah Singto, terasa kekosongan yang sangat kuat disini.
"Tidak."
"Aku tidak yakin."
Krist mengatakannya sambil mengusap-usap kepala Singto, dengan lembut. Dia tidak percaya dengan ucapan yang keluar dari mulut Singto. Mana ada orang yang tidak kesepian tinggal sendirian di rumah yang sebesar ini, Krist saja jika kedua orang tuanya pergi keluar kota, pasti merasakan kesepian.
"Kenapa kau tidak yakin?"
"Kau tidak kesepian pasti karena kau tidak pernah pulang ke rumah. Ya, kan?"
"Kenapa kau bisa tahu."
"Aku selalu tahu tabiat orang seperti dirimu itu."
"Memang aku kenapa? Aku anak baik-baik."
Singto mencoba menyangkal apa yang Krist tuduhkan padanya, dia kan ingin dianggap sebagai pria baik-baik oleh Krist.
"Jujur sajalah padaku? Tidak perlu berpura-pura."
Dengan tidak percaya Krist mendengarnya, memang dia tidak tahu pria macam apa Singto itu, dan bodohnya kenapa Krist bisa suka padanya.
"Aku memang anak baik-baik. Tidak seperti dirimu."
"Aku?" Krist melirik Singto yang berada di bawahnya, "Kenapa harus aku? Aku tidak pernah berbuat sesuatu yang salah."
"Benarkah? Kau kan keras kepala, dan susah di atur."
Raut wajah Krist berubah menjadi datar sekarang sambil menatap Singto, "Tahu apa kau tentang ku?" Tanya Krist dengan menantang.
"Aku tahu. Karena dia suka bercerita tentang mu padaku."
"Dia siapa?"
Krist benar-benar merasa terusik dengan ucapan Singto. Sebenarnya dia tahu pasti siapa yang di maksud oleh pria itu, tetapi Krist tidak terima jika orang itu berkata tahu banyak tentang dirinya, walaupun nyatanya tidak sama sekali atau mungkin Krist yang tidak mengenal orang itu dengan baik. Krist tidak mau membahas pria itu lagi.
Dia ingin menyingkirkan orang itu jauh-jauh dari pikirannya. Bukan karena Krist masih menyukainya, Tetapi saat mengingatnya masih ada rasa sakit yang tertinggal dan itu berbekas di hatinya.
"P'N... Auwww, sakit."
Pekikan kesakitan keluar dari mulut Singto ketika pinggangnya menjadi korban tangan Krist. Pria manis itu menatap Singto tajam, hari masih pagi tapi pria itu sudah mengajaknya bertengkar.
"Kenapa kau sadis sekali, sakit tahu."
"Bodo."
"Dasar jelek."
"Berhenti berkata aku jelek! Jika aku jelek kenapa kau suka aku?"
Krist bangkit dari sofa, membuat Singto yang berada di pangkuannya, jatuh terjungkal di lantai. Dan berkacak pinggang di depan kekasihnya dengan wajah tidak bersalahnya.
"Karena tidak ada yang mau lagi denganmu, dan yang tersisa hanya aku, jadi aku terpaksa bersamamu."
"Bangsat! Sini kau, aku akan membunuhmu sekarang juga." Krist berlari mengejar Singto yang sudah kabur menghindari amukan dari Krist, "P'Sing, berhenti! Ku bilang berhenti! Awas kau jika aku mendapatkan mu, aku akan menyekikmu."
Keduanya berlarian ke sana kemari, membuat ruangan keluarga Singto jadi berantakan, sampai akhirnya Krist bisa mendapatkan tangan Singto, dan menarik pria itu hingga terjatuh ke lantai, bahkan kepala Singto menghantam ujung sofa dengan keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
[20]. I'll Give You All [ Krist x Singto ]
Fanfiction[ COMPLETED ] Aku ngk bisa deskripsiin cerita ini, lebih baik langsung baca aja ya. Cast: Perawat Sangpotirat [ Krist ] Prachaya Ruangroj [ Singto ] dan ada beberapa cast tambahan lainnya. Warning! Cerita ini mengandung unsur Yaoi / BoysLove / Boyxb...