9. Wanita Bergerak

587 255 717
                                    

"Kita semua hanya mau wanita di dunia mempunyai 'nilai' yang lebih tinggi untuk dihormati."

- Kania Naeswari -

1.6K+

Warning!
Mature discuss.

🕊🕊

2015

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

2015


"Harus berapa kali gue ulang, sih? Gue sama sekali GAK CEMBURU!" tegas Kania.

"Nggak cemburu kok ngegas?"

Seperti yang sudah-sudah, Kania tidak dapat menanggapi pertanyaan itu. Dia sudah kalah dan setiap yang Abadi katakan mampu membuatnya dalam kebisuan. Kemudian gadis itu melirik ke arah lain, menemukan salah satu temannya yang berjalan santai menuju kelas. Kania juga melihat sosok lelaki yang mengikuti temannya itu dari belakang. Siapa lagi jika bukan Ikbal? Wenda bahkan tidak sadar telah diikuti olehnya. Akan tetapi di sini Kania tidak mempedulikan pasangan itu.

Sekarang gadis itu hanya cukup peduli dengan hatinya saja. Saat ini Abadi masih ada bersamanya. Banyak gosip yang beredar kalau mereka sering bersama sepanjang waktu. Sesekali Kania dan Abadi tidak bangga menjadi bahan pergibahan seluruh murid Traktis. Siswi yang menyandang predikat OSIS terbaik itu tidak ingin ada satupun orang yang menjelekkan namanya. Sampai sekarang bahkan Kania tidak tahu status apa yang Abadi berikan kepadanya.

Demi masa pertumbuhan Upin Ipin yang tidak naik-naik, Kania sungguh tak berani mempertanyakan perihal hubungannya pada Abadi. Lagi pula, untuk segala hal yang perasaannya ia miliki, Kania bisa mengatasinya sendiri. Jika harus patah hati maka itu sudah risiko untuk dirinya sendiri.

Jika ilusi mengalahkan emosi maka tak heran bila banyak orang mengharapkan hal lain menjadi lebih. Sepatutnya, tiap manusia harus menahan batasan agar tidak menjumpai sebuah nelangsa. Kania berusaha menahannya dari sekarang sebelum semuanya bisa mengubah ketiadaan.

Dua insan yang berjalan dari warung belakang kini berhenti di titik tujuan. Ada belasan anak tangga yang harus Kania lewati untuk sampai di kelasnya. Sebelum gadis itu memisahkan jarak---Abadi lebih dulu mematung melihat harapan. Rasanya ingin meminta waktu yang lebih lama lagi untuk mereka masih bersama.

Kania melihat Abadi seperti ingin mengatakan sesuatu. "Lo ... gak ke kelas?" Gadis itu berani bertanya setelah kebisuan menelan banyak kesunyian di antara mereka.

Kedua tangan cowok itu kini pindah bersembunyi di belakang, lalu wajahnya menghiasi penantian seolah mengawal suatu perbincangan. "Gue ke kelasnya nanti aja. Sebelumnya ada yang mau gue tanyain sama lo. Boleh?"

Kania mengangguk lalu memindahkan posisinya yang tidak mau menghalangi pejalan menaiki anak tangga. Sekarang kedua manusia itu kini berdiri di bawah tangga, tidak terlalu menurun untuk dijadikan tempat obrolan. Mereka terlihat sama-sama nyaman.

Untuk, Abadi | Completed ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang