Untuk Abadi

3.2K 586 2.3K
                                    

🕊🕊

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🕊🕊

Apakah kalian sudah siap kecewa untuk cerita ini?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Apakah kalian sudah siap kecewa
untuk cerita ini?

Time Set 2015

“Sini, tangan lo bisa infeksi kalo nggak diobati,” ujar Abadi terus memaksa ketika gadis itu selalu saja menepisnya. “Gue mohon lo jangan keras kepala, Nia!”

Kania menahan sakit di telapak tangannya. Serpihan gelas yang tak sengaja Abadi pecahkan membuat gadis itu meringis kesakitan, berkali-kali Abadi mencoba memahami rasa sakit Kania tapi gadis itu tetap tak mau berbagi mengenai lukanya. “Siapa yang keras kepala, sih?” balas Kania.

“Biar gue—”

“Nggak usah, Abadi!” tolak Kania. “Gue bisa sendiri obatin lukanya. Nggak perlu bantuan dari orang lain.”

Abadi membiarkan gadis itu. Dan ya, Kania tahu cara menjaga agar lukanya tetap sembuh tanpa obat dari seseorang. Lagipula, luka di tangannya tak sebanding dengan duka di hatinya. Kania menatap langit-langit UKS ketika telapak tangannya terasa semakin perih saat diolesi obat merah.

Mata gadis itu mengerjap berkali-kali agar menahannya. Sementara Abadi yang melihat semua itu hanya bisa diam karena dia juga tidak tahu luka apa yang sudah diberikan oleh seseorang. Kania berpaling supaya air matanya bisa tertahan untuk tidak jatuh. Ia tidak bisa menunjukannya pada Abadi. Lagipula, Abadi juga tidak akan memahami tetesan air matanya.

“Kania,” Abadi bersuara serak kala sudah cukup lama diam melihatnya. “Apa gue separah itu menciptakan luka di tangan lo?” tanya Abadi.

Wajah Kania masih berpaling—enggan menoleh agar Abadi tidak melihat duka di wajahnya. Kania benar-benar merasa payah untuk apa yang dirasakan hingga dia tidak ada pilihan lain menjatuhkan air matanya. Cara terbaik mengeluarkan perasaan luka yaitu menangis. Walau itu bukan cara terbaik untuk menyembuhkan, tetapi Kania selalu lega jika menangis dapat melepaskan seluruh bebannya.

Untuk, Abadi | Completed ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang