Ah kembali ke rumah itu nyamannya luar biasa. Setelah seminggu yang lalu kami kembali pindah ke rumah, awalnya memang masih merasa asing tapi lama kelamaan terbiasa.
Malem ini sebenernya gue nungguin Rafa pulang kerja sih. Gila gak sih si Rafa sehari sesudah pindah langsung kerja? Gue baru tau sih kalau Rafa itu termasuk ke orang yang gak tau waktu, maksudnya gila kerja. Kadang sampe lupa makan, gue harus selalu Video call dia setiap waktunya makan.
Mungkin karena dia udah lama gak balik ke kantornya. Sampe kerjaannya numpuk. Tapi bang Zelka gak segila ini. Rafa tuh bener bener. Berangkat jam setengah delepan pagi dan pulang jam sembilan malam. Dia bekerja lebih dari 12 jam.
Gue menatap jam dinding yang menunjukan pukul 9 malam. Setelah Azafa dan Azefa tidur, gue memutuskan untuk menunggu Rafa. Karena ada yang harus gue omongin sama Rafa.
Jam kantor tuh beresnya jam 5 sore. Dan berarti udah sekitar 3 jam gue nunggu Rafa. Sebenernya kalau gak terlalu penting sih gue meningan tidur.
Ah suara deru mobil memasuki garasi. Rafa udah pulang! Gue menyiapkan teh hangat untuk Rafa.
Benar, Rafa masuk kedalam rumah dengan jas yang sudah tidak berbentuk lagi, rambutnya acak acakan dan kameja putihnya, dua kancingnya sudah terbuka.
Rafa melemparkan jasnya ke sofa dan menghempaskan tubuhnya di sofa, dihadapan jas yang terbengkalai dengan mengenaskan.
"Nih"
Gue memberikan teh hangat itu kepada Rafa, dan Rafa meminumnya. Dia mengadahkan kepalanya keatas sembari memejamkan matanya.
Gue duduk di samping Rafa. Lelah sekali sepertinya. Melihat Rafa yang seperti ini membuat gue merasa jika pekerjaan Rafa memang berat, tapi sebelumnya Rafa tidak pernah se-frustasi ini.
Tiba tiba dia tiduran dipaha gue, dengan mata yang tetap tertutup.
"Pijitin kepala gue ra"Sesuai titahnya, gue memijit kepala Rafa.
"Raf"
"Hm"
"Besok Azafa sama Azefa ulang tahun"
"Ah iya"
Berarti sudah hampir lima bulan, ah tidak terasa. Rafa bergumam kecil. Azefa dan Azefa besok berumur tepat 3 tahun. Sebenarnya gue juga gak nyangka kalau sekarang ini gue udah jadi orang tua.
"Jadi mau bikin pesta ulang tahun?"Tanya Rafa, gue berpikir. Mengingat Azafa yang tidak terlalu suka dengan pesta karena kejadian saat Westy mendorong Azafa, sepertinya akan selalu diingat oleh Azafa. Maka dari itu, terkadang jika harus datang ke pesta yang diadakan kolega Rafa, Azafa tampak tidak suka, walaupun ia tetap datang ke pesta.
"Kayaknya jangan deh Raf, lo tau kan Azafa gak terlalu suka pesta meriah. Dia mungkin masih sedikit trauma sama kejadian Westy dorong dia, dan Azafa menjadi pusat perhatian walaupun cuman bentar sih"
"Ah iya, kayaknya Azafa akan tetap mengingat itu"
"Gue tau itu semua salah gue, gue gak becus jagain Azafa. Kalau aja gue yang ambilin dia minum, Mungkin kejadiannya gak akan bikin Azafa kayak gini. Walaupun ini hal sepele, tapi mungkin Azafa terlalu syok sehingga dia mengingat itu terus"
"Ini buka salah lo Ra, berhenti nyalahin diri lo sendiri. Ini bukan salah siapa siapa. Sekarang kita harus bisa bikin Azafa kembali lagi kayak dulu"
"Apa perlu dibawa ke psiakater?"
"Jangan. Lo tau kan Azafa pendiem gitu, dia gak bisa dengan mudah kenal sama orang asing. Menurut gue, trauma Azafa gak terlalu berbahaya. Kita bisa tangani itu"Rafa tersenyum dan menggenggam tangan gue. Aduh bang meleleh hati dede
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Love
RomanceSequel Truth or dare "kok lo nyebelin sih?" "suka suka gue" "rafa ih gue benci sama lo!" "tapi cinta kan?" "apaansih!" "love you" "ah rafa gue malu nih!" lo itu kayak matahari sedangkan gue bulannya. bulan gak bisa menyinari bumi tanpa bantuan matah...