14

1.2K 177 20
                                    

Brak

Dahyun seketika terbangun dari tidurnya, matanya mengisyaratkan kebingungan ketika melihat pintu kamarnya yang didobrak paksa dan terlihat taeyong yang kini tengah melangkah cepat kearahnya.

Grep

"tak bisakah kau menunggu sedikit lebih lama lagi Hyun? Setidaknya tunggu aku sampai berhenti ketergantungan padamu. Aku tahu aku egois, tapi sungguh aku tak bisa bila seperti ini." ucap Taeyong yang tengah memeluk erat tubuh dahyun.

Entah apa maksud taeyong dahyun tak mengerti, kesadarannya belum terkumpul.

"apa maksudmu Tae?" tanya dahyun sembari mengelus punggung taeyong yang entah sejak kapan bergetar hebat.

"jangan pergi, pergilah saat aku menyuruhmu pergi. Tapi jangan sekarang." guman taeyong.

Dahyun tersenyum getir, menyadari kemana arah pembicaraan taeyong. Kembali diusapnya kepala taeyong.

"aku mengerti Tae, aku tak pergi. Hanya mencoba membiasakan diri." balas Dahyun mencoba agar tak mengeluarkan air matanya.

Sebegitu burukkah dirinya hingga tak ada alasan untuk taeyong memilihnya?

"itu menyakitiku" lirih taeyong.

Aku bahkan telah merasakannya jauh sebelum kau merasakannya. Batin Dahyun.

Dahyun tak bersuara, lebih memilih bungkam dan mendengarkan segala penuturan taeyong. Sakit memang, sangat sakit, tapi inilah yang menjadi penyemangat dahyun sekarang. Dengan ini dahyun cukup yakin untuk meninggalkan taeyong. Baginya taeyong tak pantas lagi ia perjuangkan.

"berjanjilah untuk tetap tinggal, jangan mengabaikanku lagi apapun yang terjadi. Kau tahu Hyun? Aku bahkan harus membohongi Jisoo agar kau tetap disisiku. Itu aku lakukan karena aku nyaman bersamamu." tutur taeyong.

Jika nyaman mengapa tak jadikan aku rumahmu, tempat untuk kau tinggal? Mengapa kau malah menjadikan jisoo tempatmu pulang?. Lagi lagi Dahyun membatin.

Ingin sekali sekarang ia mengatakan semuanya pada taeyong, tentang betapa menyakitkannya fakta yang taeyong berikan. Namun tak semua kata perlu diucap bukan, kadang sebagian dari mereka hanya akan jadi rahasiamu. Dan Dahyun cukup yakin untuk hal itu, dia tak akan menuntut taeyong memberinya lebih. Baginya menyerah sekarang adalah hal yang perlu ia lakukan.

"kau mau berjanji untukku kan?" tanya Taeyong.

Untuk apa aku bertahan jika pada akhirnya kau akan menyuruhku pergi. Itu akan membunuhku perlahan Lee Taeyong.

Dilepasnya pelukan itu dan ditatapnya mata dahyun. Bagi taeyong tatapan itu adalah obatnya, tatapan sendu yang dahyun berikan adalah alasannya mempertahankan dahyun selama ini. Bodoh memang jika dia melepas dahyun secepat itu. Taeyong tak rela jika nanti dahyun akan memberikan tatapan dan pelukan hangat itu pada laki laki lain selain dirinya.

Dahyun mengerjap ngerjapkan matany "lebih baik kau istirahat. Wajahmu terlihat kusut dan lebam" ucap dahyun lalu berlalu dari hadapan taeyong.

"bahkan kau tak menanyakan dari mana aku mendapatkannya." guman taeyong yang masih dapat didengar dahyun.

Dahyun memegang gagang pintu kamarnya dari luar. Entah perasaan nyeri apa yang kini melandanya, hatinya cukup berteriak saat melihat kondisi taeyong. Tapi nasi telah menjadi bubur. Sekalipun sekarang taeyong sadar akan pengaruh dahyun dalam hidupnya semua sudah terlambat.

Tubuhnya merosot seiring air matanya yang tumpah. Menahan isakannya agar taeyong tak mendengarnya.
"kau masih saja seperti itu Tae, aku lelah. Kau lupa aku juga perempuan, aku bukan boneka yang bisa kau tendang pergi kapan saja kau mau. Aku punya perasaan."







Someday (DahyunFF) End✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang