24

1K 144 17
                                    

Kini sudah terhitung dua bulan, Dahyun dan Taeyong tak saling bertemu. Kesalahan yang Taeyong buat kini berakibat pada dirinya. Jujur, dalam hati Dahyun rindu. Bagaimanapun Taeyong adalah bagian dari hidupnya. Pria yang sudah lama bertahta di hati seorang dahyun.

Pagi ini, dahyun termenung sembari menggenggam ponselnya. Hatinya menimang nimang akankah dia melakukan hal ini. Mungkin sekarang logika dan hatinya tengah berperang. Dahyun ingin, sangat ingin, menghubungi mantan tunangannya tersebut. Tapi apa dia bisa, apa dia bisa menahan dirinya agar tidak terjatuh lagi?

Disatu sisi dahyun ingin hubungannya dengan taeyong baik baik saja. Tapi disisi lain, akankah dia dapat bertahan setelah mendengar suara laki laki itu nanti. Anggaplah sekarang dahyun bimbang, tapi mau bagaimana? Taeyong masih belum tergantikan.

"semua akan baik baik saja." monolognya sembari memantapkan diri.

Di mulai membuka ponselnya, mencari cari nama seseorang yang kini tengah menghantui pikirannya.

Taeyong.

Dengan tangan bergetar dahyun menekan tombol menghubungi, mencoba mencari peruntungan agar nomor itu masih tersambung.

Binggo!

Nomor itu masih aktif, tapi akankah kali ini diangkat. Oke, percobaan pertama gagal. Hingga dering terakhir tidak ada tanda tanda taeyong mengangkat teleponnya.

Dahyun mengengenggam ponsel tersebut mendekati dadanya. Ada rasa sesak di dalam sana, seperti sebuah timah panas sedang bersarang dengan bangganya di sana. Dahyun kembali menatap ponselnya tersebut, tangannya mulai bergerak untuk menelpon taeyong kembali.

"halo."

Gugup, takut, dan rindu menyatu menjadi sebuah kesatuan yang sangat sulit untuk dahyun ekspresikan sekarang.

Taeyong, laki laki itu mengangkat telponnya?

"Tae..." lirih dahyun sembari meremas erat rok panjangnya.

Hening, tak ada suara lagi setelahnya. Dahyun mulai khawatir, apa Taeyong tak mau bicara dengannya?

"Taeyong..." ucapnya lagi.

"Hyunnie."

Panggilan itu.

Dahyun rindu. Sungguh.

Bohong jika Dahyun tak merindukan suara merdu laki laki kurus tersebut. Jika saja Taeyong disini sekarang, mungkin dengan sangat rela dahyun akan berlari tanpa alas kaki lalu memeluk tubuh laki laki bermarga Lee tersebut.

"apa kabar?" dahyun kembali bersuara, namun kali ini sembari menahan tangis. Tak menyangka jika rindu bisa sebrengsek ini.

Dahyun, masih tetap gadis lugu yang mau bertekuk lutut di kaki Taeyong atas nama cinta. Dahyun, masih gadis penuh ketabahan hati saat badai menerpa kehidupannya. Namun kali ini, Dahyun tak menyangka jika jarak yang memisahkan mereka membuatnya hampir tak bisa tenang sepanjang malam.

Malam malamnya terdahulu yang selalu dihiasi rasa sesak akibat penghianatan Taeyong, kini ia rindukan. Dahyun bodoh, masih menyimpan rasa? Tentu saja. Kau kira cinta setulus itu mampu luntur begitu saja?

Hati, selalu tahu dimana ia akan berlabuh. Meski kadang logika dan hati kerap bertengkar, namun bagi seorang dahyun kata hati tetaplah pemenangnya.

"maaf."

Satu kata yang diucapkan dengan nada sarat akan rasa bersalah.

Jangan.

Jangan meminta maaf, dahyun benci saat taeyong meminta maaf. Itu artinya taeyong bersalah. Dan baginya bukan taeyong yang salah, keadaanlah yang tak memihak mereka.

Dahulu dahyun mengerti bagiamana seorang lee taeyong mencintai seorang kim jisoo. Dahulu dahyun tahu betapa jatuhnya taeyong ada putri cantik kepala sekolahnya itu. Namun dahyun seakan buta, ia tak mau perduli dengan semua itu. Baginya apapun yang terjadi, taeyong tetaplah lelakinya.

"jangan meminta maaf, kau terlihat seperti orang yang bersalah."

"aku memang bersalah, maafkan aku hyunnie." lirih taeyong dari seberang telepon.

"kau dimana? Apa paman Lee sudah mengijinkanmu membawa telepon?" tanya dahyun mengalihkan pembicaraan.

"tenang, aku tak jauh hyun. Tunggu saja disana, jangan pergi. Jika harinya tiba, aku akan datang menebus semuanya."

"aku tetap disini."

"tunggu aku, tunggu hingga aku mampu meyakinkan keluargamu bahwa aku bersungguh sungguh kali ini. Maaf tak bisa menemanimu di hari kelulusan nanti. Ayah masih membatasi ruang gerakku. Sekali lagi maaf hyun."

"janji kau akan kembali?" tanya dahyun dengan air mata yang sudah menetes di baju kaosnya.

"yes, not today. But someday."






***





Chanyeol memijit kepalanya sembarj tak berhenti mengoceh layaknya ayam betina yang tengah bertelur. Di sampingnya, Hanbin duduk dengan bersedekap tangan.

"apa masalahmu?"

"bisa bereskan seseorang untukku?" tanya Chanyeol.

Hanbin menyipitkan matanya "kau menyuruhku untuk membunuh orang?" tanya hanbin curiga.

"tidak, bodoh! Aku bukan orang dengan otak kriminal. Maksudku bisa kau tangani. Teror, bukan bunuh." jawab Chanyeol frustasi.

"bidangku membunuh, bukan meneror." balas Hanbin dingin.

"aku tau, tapi meneror bukannya pekerjaan yang sulit bagi dirimu. Bukankah kau ahli dalam ancam mengancam? Mengancam dan teror beda tipis. Hanya saja jika meneror kau tak perlu memperlihatkan wujudmu."

Hanbin mengehela nafas kasar. Sebenarnya hanbin memang pembunuh bayaran. Hanya saja ia sudah berhenti karena sang kakak menyuruhnya berhenti dan lebih fokus pada kehidupan mudanya.  Ya, hanbin sepupu jauh Chanyeol dan menyebalkannya lagi kakak hanbin juga sangat menyayangi Chanyeol. Karena itu saat hanbin di telpon oleh pria bertelinga caplang itu, ia segera datang.

"bantu aku kali ini saja. Jarang jarang aku meminta bantuanmu. Apa susahnya dengan meneror?" geram Chanyeol dengan sikap dingin Hanbin.

"jika mudah kenapa tidak kau saja?"

"aku takut membunuhnya karena kalap."

"ya sudah bunuh saja. Masalah selesai dan orang yang tidak kau sukai itu akan pergi tanpa bisa kembali lagi." balasnya enteng.

"ingin kuadukan Kai?"

"no!"

"yasudah lakukan yanh kusuruh."

Hanbin kembali menghela nafas kasar. Jika saja bukan karena kakak tercintanya itu, hanbin lebih memilih pergi ke club dan tidur dengan wanita one night stand'nya daripada harus membantu chanyeol.

"siapa namanya?"

Kini mata Chanyeol berbinar bahagia.

"Jeon Jungkook." jawabnya sembarj tersenyum senang.

"baiklah, kirimkan data pribadinya malam ini. Lusa kau akan mendengar kabar mengejutkan tentang jeon jungkook itu." balas hanbin sembari pergi meninggalkan Chanyeol yang sudah sangat senang karena ada yang mau membantunya.

Sepeninggal Hanbin, Chanyeol menelpon seseorang. Namun sebelum bicara Chanyeol terlebih dahulu memakai masker pada bibirnya.

"tidurlah degan tenang malam ini."

Percayalah, seseorang akan menjadi sosok yang berbeda jika itu menyangkut orang yang disayanginya.  Chanyeol tahi ini kejahatan, tapi Jeon Jungkook telah mengibarkan bendera perang padanya dengan merencanakan sesuatu yang tidak masuk akal demi merebut dahyun.

Tbc

Seneng nggak aing kambek?

Jangan lupa follow ig ku sariani0316

Someday (DahyunFF) End✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang