17

1.3K 194 21
                                    


"kau berubah!" pekik taeyong sembari melempar kasar tas punggungnya.

Dahyun tak perduli, dia masih sibuk dengan kertas pr'nya hingga tak menoleh sama sekali.

Mendapat respon yang demikian membuat Taeyong naik pitam. Direbutnya kertas yang tengah dahyun kerjakan, dan detik selanjutnya kertas itu terbagi menjadi empat.

"mau apa tae?" balas dahyun mencoba tenang.

"maumu yang apa?!" bentak taeyong.

Dahyun mencoba untuk tetap tenang, walau jauh dalam hatinya ia meringis.

Direbutnya kembali kertas robek itu lalu melangkah meninggalkan taeyong. Taeyong tak terima, dengan cepat ia mendorong dahyun hingga gadis itu terjerembab di sofa.

"kau mulai kurang ajar Hyun. Siapa sebenarnya yang membuatmu begitu liar sekarang?!"

Dahyun mencoba menyingkirkan taeyong yang mencoba menindihnya.
"iya aku kurang ajar. Dan apa masalahmu?" jawab dahyun tegas.

"aku tunanganmu kim dahyun... Ah aku lupa... Lee Dahyun." balas taeyong sinis.

Dahyun berdecih. "hanya karena kita terikat bukan berarti aku harus tunduk padamu."

Taeyong mengeratkan cengkramannya pada tangan dahyun hingga gadis mungil itu hampir menangis.
"kenapa?! Sakit?! Itulah yang kurasakan hyun. Kau mendiamiku hampir seminggu. Sakit hyun!"

"lalu bagaimana dengan aku yang kau abaikan dua tahun. Lebih sakit mana?"

Deg.

Taeyong tak bersuara.

"jangan merasa paling tersakiti tae. Kau yang memulainya. Dan tolong... Mulai sekarang jangan campuri urusanku." balas dahyun kemudian bangkit setelah cengkraman taeyong mengendur.

Sesaat setelah kepergian dahyun taeyong tersadar dari lamunannya. Tubuhnya merosot hingga badannya menyentuh lantai. Setitik penyesalan menghampirinya. Taeyong menyesal dan...

Merasa kehilangan.

"apa ini karma?" gumannya.






---






Dahyun tak lagi dapat membendung kesedihannya. Cukup sudah!

Ia lelah akan drama kehidupannya.

Badannya bersandar pada pintu, isakan pilu mulai terdengar seiring dengan tangannya yang kuat mengepal.

"aku lelah..." lirihnya.

Tanpa sadar ia kini berbaring di lantai dengan air mata yang terus meleleh. Sangat sangat sakit.
Dari awal keputusannya untuk menerima taeyong memang tak mudah. Ia mencoba menerima takdirnya dulu, menjalaninya seperti air yang mengalir. Namun semua begitu rumit.

Harapannya hancur seiring dengan ketidakpastian yang taeyong berikan.

"dahyun ingin pulang bu. Dahyun tak mau disini." isaknya semakin menjadi.

Namun tak lama sebuah ketukan pintu menyadarkannya.

Dahyun sebenarnya enggan membukakan pintu. Ia tak mau melihat taeyong, jujur saja rasa sakit itu akan datang saat matanya beradu pandang dengan manik taeyong. Namun ia sadar diri, rumah ini milik taeyong. Taeyong berhak kemanapu karena semua ini bukan milik dahyun, jadi dengan terpaksa dahyun membukanya.

Namun pemikirannya salah. Ternyata yang datang adalah Yuri.

Ibunya.

Dahyun tak dapat menyembunyikan keterkejutannya. Ia langsung menghambur ke pelukan Yuri. Memeluk erat wanita yang telah melahirkannya itu.

Someday (DahyunFF) End✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang