Amabel berangkat sekolah seperti biasa dengan mobil putih kali ini. Sstt, punya nyokap, sengaja pakai aja. Hari ini jalan terlihat sepi, gak macet. Tapi kenapa mobil hitam itu ngeselin sih.
Tin..., tin.., tin×3. Kenapa itu mobil gak mau migir sih, ngalah kenapa coba. Amabel menelakson mobil itu berulang-ulang kali. Begitu juga pemilik mobil hitam itu. Sampai sampai itu menguras kesabaran Amabel. Amabel turun dari mobil. Mengetuk ngetuk kaca mobil itu kasar.
"Woy, keluar gak." Pemilik itu membuka mobil. Amabel terkejut waktu melihat ternyata pemilik mobil hitam itu Rayfan
"Rayfan minggir mobil gue mau lewat, gue gak mau terlambat hari ini," kata gue marah marah.
"Ya elo mobilnya mundur dulu terus geserran,"
"Geser?, sok atuh geserrin mobil gue,"
"Maksud gue bukan itu agak minggir sedikit,"
"Heh! Lagian ya arah sekolah ke sana bukan kesini,"
"Hehe, gue mau jemput temen gue Ahza,"
"Ih Ray gue gak mau telat,"
"Ya udah lo mundurrin dulu mobil lo, gue gak bisa nih ada gerobak di belakang, terlalu sempit jalannya,"
"Ih," Amabel mendengus sebal. Berjalan dengan rasa jengkel. Masuk kembali ke mobil. Amabel mulai memundurkan mobilnya dan Rayfan berjalan maju.
Dari tadi kenapa, kenapa harus buat gue kesal? Menghembuskan nafas kasar. Dengan cepat Amabel melajukan mobilnya menuju kesekolah.
Sesampainya disekolah. "Hai Amabel," sapa Adara, teman satu jurusan juga tapi dia tidak satu kelas denganku, tetapi satu kelas dengan Rayfan. Amabel tak peduli dengan sapaan temanya itu, dia terus saja berjalan di koridor sekolah, menuju kelasnya.
Adara berusaha menyusul langkah Amabel yang cepat itu. Tanpa disengaja Adara memegang tangan Amabel, bermaksud menghentikan langkahnya.
"Tunggu, Bel,"
"Eh lo kemana aja kemarin, kenapa baru peduli sekarang"
Dasar temen musiman, batin Amabel
"Iya gue minta maaf, gue baru tau itu malam ini,"
Dih bohong.
"Ya udah sekarang lo mau apa, gue sibuk nih mau kekelas," Amabel mengacuhkan temanya itu. Adara membiarkan Amabel pergi sesuka hatinya. Lagipun jika dia bicara denganya sekarang, percuma. Masuk dari kuping kanan, keluar dari kuping kiri.
Di kelas, Ambel menaruh tasnya di meja. Memegang kepalanya, yang stres itu. Hari ini di kelas pelajaran kimia. Pelajaran yang paling Amabel benci, dari pada fisika.
Kenapa sih harus hari ini?
***"Bel, emang lo beneran putus ya sama Reza," tanya Dara berbisik.
"Sebenarnya Reza pernah ajak gue balikan lagi, tapi gue tolak," jawab Amabel, sembari meminum jus pesanannya.
"Kenapa?"
"Lo gak ngerti sih perasaan gue Ra, sakit tau, mana mau gue balikan sama laki laki yang udah nyakitin gue," jawab Amabel, kesal. Amabel meremas botol jus minumannya, yang sudah habis. Melemparnya tepat, masuk sempurna ke tong sampah.
"Iya, kalau gitu gue ke kelas dulu ya, bentar lagi masuk,"
"Sebentar lagi kenapa Ra,"
"Gak bisa Bel, makanya lain kali main ke kelas gue gantian,"
"Diih, ogah banget gue,"
"Lha kenapa?,"
"Bukan kelas lo yang jadi masalah, tapi di sana ada Rayfankan, gue males, lihat wajahnya serasa mau muntah gue,"
"Oh, tapi cakep tau dia,"
Mendengar itu Amabel, menutup mulutnya, karena serasa mual.
"udah ah, cepatan lo pergi kalau gitu," Dara pergi, karena keinginanya sendiri. Kembali kekelasnya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Say Goodbye
Teen FictionCinta memang butuh pengorbana, Butuh kepastian, Butuh dukungan, dan yang paling penting dari cinta itu sendiri adalah bagaimana kita menjaganya dengan baik. Jangan sampai terluka, katanya. Semesta mengajarkan aku bahwa dia adalah masa laluku yang ba...