"Pah, mah Amabel berangkat," pamit Amabel bersaliman. Papah Amabel mengecup kening putri cantiknya itu. Begitu juga dengan mama Amabel di tambah pipi putih Amabel.
Amabel berangkat sekolah. Telihat seperti biasa, tapi sebenarnya tidak. Hari ini dia membawa ponsel baru yang mahal itu ke sekolah. Amabel tau betul itu dilarang. Tapi tetap saja, dilanggar olehnya..
Saat perjalanan ke sekolah, tak sengaja Amabel bertemu dengan Ahza, di jalan. Dia menaiki sepedha ke sekolah. Amabel mengacuhkanya. Tak peduli, bahkan kalau Ahza merangkak sekalipun.
Tin..., tin...,
"Minggir Za!" Kata Amabel cukup keras membuka jendela mobilnya. Hal itu membuat Ahza terkejut dan jatuh. Ahza jatuh, memiliki luka di kaki dan tanganya yang jadi tumpuan itu. Amabel tak peduli, dia terus menginjakkan gasnya menuju ke sekolah.Sampai di sekolah, Amabel mengambil baju seragam olah raganya yang berada di mobil, memasukannya ke tas sekolah. Hari ini terdapat pelajaran olah raga, Amabel berjalan menuju kelasnya. Untuk menaruh tas di bangkunya. Lalu pergi ke kamar mandi untuk mengganti seragam osisnya itu dengan seragam olah raga
Tet..., tet..., tet..., Bel masuk berbunyi, semua murid serentak tertib masuk kelas. Sedangkan murid kelas Amabel, berlari menuju lapangan. Amabel sebagai ketua olahraga, dia yang memimpin pemanasan.
Pakaian olah raga yang lebih kecil, pendek dan ketat. Amabel tak perlu seperti itu untuk memamerkan tubuh seksinya itu. Amabel tetap terlihat indah walaupun pakaian olah raganya kebesaran. Ya Amabel memang cantik, tubuhnya sangat indah, jadi tidak jarang kaum pria mencari perhatianya.
Amabel menguncir kuda rambut, hitam nan panjangnya itu. Membuat Ambel makin terlihat cantik dan proposonal.
"Ok, sekarang gantian tangannya. Angkat tangan kalian ke atas, sampai jinjit," pimpin Amabel satu persatu. Semua menurut, terutama murid laki lakinya, mereka memfokuskan pandangannya keAmabel.
Sampai tiba tiba, pak guru olah raga datang bersama dengan sekumpulan anggota osis.
"Anak anak, ini ada anggota osis mau bicara, hentikan pemanasanya," kata pak Roni.
"Baiklah, terimakasih pak. Ok, untuk hari ini saya ketua osis, ingin meminta izin untuk kegiatan razia mingguan," izin ketua osis itu, bernama Farel.
Amabel terkejut, serasa jantung Amabel berhenti. Sial! Kenapa harus hari ini?
Semua murid serentak mengizinkan. "Tunggu pak, Amabel boleh ke kelas tidak, ada sesuatu yang harus di ambil," kata Amabel, yang sebenarnya Amabel ingin menyembunyikan ponsel milikinya disuatu tempat.
"Tidak Amabel! Lanjutin lagi pemanasanya," kata pak Roni. Amabel kesal dengan keputusan itu.
"Terimakasih pak atas izinya, dan semuanya terimakasih" para anggota osis itu pergi meninggalkan lapangan, menuju kekelas Amabel. Mulai me razia.
Hari ini ponsel gue gak akan selamat, Batin Amabel menendang rumput rumputtan.
Gila salah apa coba rumput itu, kasihan.
"Bel, cepet dong pemanasanya panas nih," beberapa murid protes.
Namanya juga pemanasan, ya panaslah. Kalau dingin, itu pendinginan namanya. Dasar bego! "Iya iya, langsung kaki kalau gitu," sahut Amabel, sabar.
***Selesai jam olah raga Amabel langsung berlari menuju kelasnya, berharap anggota osis itu tidak mengambil ponsel miliknya.
Sampai dikelas, " tuh kan bener dugaan gue, ponsel gue gak lolos," Amabel memegang kepalanya, pusing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Say Goodbye
Teen FictionCinta memang butuh pengorbana, Butuh kepastian, Butuh dukungan, dan yang paling penting dari cinta itu sendiri adalah bagaimana kita menjaganya dengan baik. Jangan sampai terluka, katanya. Semesta mengajarkan aku bahwa dia adalah masa laluku yang ba...