Pukul 08.00, hari ini Amabel mulai menghapus semua kenangan tentang dirinya. Tak ada yang tersisa. Semua hancur dan terbuang, walaupun cinta yang pernah tumbuh itu masih utuh.
Berjalan meninggalkan masa lalu, pelan menyusuri jalan masa depan. Pagi ini akan jadi pagi yang baru.
Nggak boleh ada air mata. Begitu katanya.
Amabel mengemasi semua barangnya. Pergi meninggalkan tempat ini. Tempat yang menjadi saksiku bahwa amabel benar benar akan melakah jauh darinya.
"Amabel!" Panggil Reza, yang tak sengaja berpapasan dipersimpangan jalan ini.
Amabel menghentikan langkahnya, menoleh.
Reza berjalan, menghampiri. "Mau kemana?"
"Pulang,"
"Gue anter ya,"
Amabel hanya tersenyum. Tentu saja dengan senyuman yang sama, dan bila diartikan akan berbunyi pergilah, aku sudah baik tanpamu.
Amabel melanjutkan langkahnya, pulang. Meninggalkan Reza sendiri dipersimpangan jalan itu. Sesekali ia menyeka sudut matanya yang basah.
***Sesampainya dirumah. Suasana hatinya berubah. Seketika melihat Rayfan duduk diteras depan rumahnya.
"Ray? Lo ngapain kesini?"
"Ya emang nggak boleh,"
"Bolehlah. Maksud gue ada apa?"
"Nggak ada apa-apa, hehe"
"Masuk yuk,"
"Nggak ah, diluar aja,"
"Oh ya udah, gue ambil minum dulu bentar,"
"Nggak perlu bel," Rayfan menahan Amabel, dengan memegang lengannya yang kecil.
Amabel tidak jadi mengambil minum. Ia duduk diteras bersama Rayfan. Tepat dikursi sebelahnya.
"Habis dari mana?"
"Nggak dari mana-mana"
"Nggak usah boong, habis dari mana?"
"Dari rumah pohon,"
"Oh, ngapain? Gamon ya,"
"Ih apaan sih,"
"Ya ya maaf. Hmm, keluar yuk!"
"Kemana?"
"Terserah, kemana aja. Mumpung hari minggu,"
"Ya udah yuk, tapi gue ijin dulu bentar,
"Nggak usah, gue udah izin tadi,"
"Beneran, dikasih izin?"
"Iyalah kan sama pacarnya,"
"Ih..., kan cuma boongan,"
"Iya-iya, ya udah yuk!"
Kami pergi bersama. Menikmati mentari pagi hanya berdua saja. Sampai kata teman diantara kami terlupakan. Berdua saja seperti sepasang kekasih.
Tak jarang orang yang melihat kami merasa iri.
"Teruskan gue jatuh coba. Kaki gue kesandung..."
Amabel tertawa keras mendengar cerita Rayfan.
Rayfan melihatnya senang.
"Aku seneng kalau lo seneng," ucap Rayfan tersenyum.
Amabel terdiam. Dia menyadari sudah lama dia tidak merasa sebahagia ini.
"Hmm, bel"
"Ya?"
"Kenapa sih lo tolak Reza?" Pertanyaan itu seketika membuat hatiku terisak semakin dalam.
"Gpp kok, Reza bisa dapet yang lebih baik dari gue," lagi lagi Amabel memperlihatkan senyumanya seakan dia baik baik saja.
"Ga mau cerita nih,"
"Hmm, ok fine,"
Bercerita atau tidak tidak akan merubah apapun. Amabel sudah memutuskan untuk pergi. Itu berarti dia tidak akan kembali.
Ah sudahlah!
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Say Goodbye
Teen FictionCinta memang butuh pengorbana, Butuh kepastian, Butuh dukungan, dan yang paling penting dari cinta itu sendiri adalah bagaimana kita menjaganya dengan baik. Jangan sampai terluka, katanya. Semesta mengajarkan aku bahwa dia adalah masa laluku yang ba...