12 Let Me Cry

139 3 0
                                    

Pagi ini terlihat biasa saja. Angin berhembusan dengan damai. Itu terasa betul saat Amabel berjalan dikoridor sekolah.

"Adara!" Panggilnya, saat melihat Adara berjalan kearahnya.

"Kita duluan ya, Ra," ucap teman- teman Adara, lalu pergi meninggalkan Adara. Aku berlari kecil menghampiri.

"Kemarin, kakak lo...,"

"Iya kakak gue kenapa?" Kata Adara sinis

"Hmmm maaf ya, Ra kalau-" Amabel meraih tangan Adara, bernita meminta maaf, atas perlakuannya ke kakaknya, tapi Adara membanting tangan Amabel, kasar.

"Cukup ya Amabel! lo jangan pernah deket deket kakak gue lagi, apa sih yang kurang dari dia, dia sudah ngelakuin apa aja demi lo selama ini, tapi apa balasan lo hah!" Ketus Adara.

"Iya gue tau, kakak lo itu sayang dan cinta banget sama gue, gak ada kekurangan kok! Tapi waktu itu-" ujar Amabel, terpotong.

Amabel berusaha menjelaskan bahwa ini bukan keputusannya. Mama Amabellah yang sudah menghancurkan  harapan Reza waktu itu.

"Ada apa ini? Kenapa dengan kalian hah?" Tiba-tiba Rayfan datang dari arah belakang Adara, dan berdiri tegak di sampingnya.

"Hmm..., Ok. Gue pergi," ucap Amabel sedih, ini semua tak sesuai harapan sungguh.

"Bel! Amabel!" Rayfan ingin menyusul Amabel, tapi tangan Adara memegang tangan Rayfan, mengehentikan.

"Apaan sih, Ra," Rayfan membanting tangan Adara, berusaha menyusul, tapi tak bisa karena Adara kembali menarik tangan Rayfan.

"Kenapa hah? Lo mau susul dia, terus sok simpati gitu, percuma tau gak, dia butuh sendiri," Ujar Adara, Rayfan mulai berfikir, apa yang di katakan Adara ada benarnya juga. Apa hubungan Rayfan dengan Amabel, hanya teman, ya hanya teman biasa.

Amabel berlari menuju kamar mandi, dia tidak kuat membendung air matanya lagi.

Gua sayang Reza, gua masih sayang Reza. Gue rindu lo, Za. Sekarang lo lagi apa? Gue selalu bedoa buat lo, gue cinta, sayang lo seutuhnya. Gue percaya lo pasti juga masih sayang gue, gak mungkin secepat itu lo buang gue!

Ya memang tak mungkin. Amabel mulai berfikir, menatap bayangan dirinya di cermin, mengusap air matanya. "Lo gak mungkin putusin gue waktu itu, kalau lo masih sayang gue dan meminta untuk mulai dari awal, Pasti ada sesuatu di balik semua ini, tapi apa? Kenapa?"

Amabel merapikan rambutnya, yang sempat berantakan, lalu pergi.

Amabel berjalan menuju kelas, tidak sengaja dia bertemu Rayfan. Rayfan meraih tangan Amabel, memeganya kuat, membuat Amabel menghentikan langkahnya, tapi tanpa berbalik, menatap Rayfan.

"Iya gue tau, lo lagi butuh sendiri, Adara yang bilang ke gue, tapi kalau lo mau gue siap jadi teman cerita lo" ucapnya lirih.

"Adara,"
Entah kenapa gue curiga dengannya, gue melepaskan pegangan tangan Rayfan lalu pergi.

"Ya Adara memang bertingkah aneh akhir akhir ini, tapi nggak boleh terburu-buru mengambil kesimpulan, semuanya perlu proses dan di proses,"
***

Gimana caranya buat Amabel mengerti bahwa Reza masih tulus mencintainya dan itu bukan kesalahannya.

Mungkin dia harus berhadapan langsung dengan adiknya. Adara.

Rayfan memandang Adara dari mejanya.

Adara terlihat sedang mengerjakan tugas. Rayfan menghampiri.

"Hari ini lo sibuk nggak?"

"Nggak kok, kenapa?"

"Nonton yuk!" Ajaknya. Yang sebenarnya dia sangat malas. Apalagi jika mengingat bahwa Adara adalah mantanya dulu.

Say GoodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang