13 Thank You

65 3 0
                                    

flashback.
Pukul 15.15
Jangan lupa sore kerumah gue. Baca Amabel yang terlihat dari notif pinselnya.

Cepat cepat Amabel bersiap untuk memenuhi pesan itu. Pergi kerumah Adara. Amabel harap dia bisa melihat Reza. Mwlihatnya saja membuat mood Amabel meningkat drastis. Jujur Amabel masih sanga mengaharapka Reza.

Dia masih berharap bahwa semuanya akan kembali seperti dulu.

Memandang bayangannya dicermin. Sambil merapikan rambutnya yang panjang itu.

Meraih tas kecil yang tergantung didekat lemari pakaian. Tas itu cukup untuk membawa buku pelajaran yang ingin dibawanya.

"Ma kunci mobil dimana?" Tanya Amabel sambil menuruni tangga.

"Dikamar mama," jawab mama, yang sedang duduk menonton televisi. Sesekali menganti chanel.

Amabel mencari kunci itu. Mulai membuka loker, tidak ketemu. Meraba atas lemaripun juga tidak ada. Amabel membuka lemari besar itu dan kemudian ia temukan didalam.

Pandangannya beralih setelah melihat amplop coklat yang terdapat dibawah kunci itu. Rasa penasarannya ingin mengambil dan membukannya.

"Apa ini?"

"Surat dari rumah sakit? Siapa yang sakit?" Ucapnya dalam hati.

Dari situlah ia tau bahwa dirinya memiliki penyakit jantung. Dan dia membutuhkan transplantasi jantung.

Amabel shok mengetahui itu. Mungkin hidupnya tidak akan lama lagi. Itu yqng terlintas dipikirannya. Dia hanya bisa pasrah dengan semua keadaan ini. Ia harap ada seorang yang baik hati mendonorkan jantungnya.
***

"Bel,"

"Amabel, cantik"

"Hm ya, kenapa Ray?" Lamunan Amabel buyar.

"Kenapa bengong aja,"

"Gak-papa kok,"

"Ya udah kalau nggak mau cerita,"

Amabel terdiam. Sesampainya dirumah Amabel.

"Makasih ya Ray,"

"Makasih buat apa?"

"Ya makasih aja," mereka saling menatap. Perlahan air mata Amabel jatuh.

"Kok malah nangis sih, Bel lo kenapa?"

"Gak-papa" Amabel cepat cepat turun dari mobil. Dan masuk rumah.

Berdiri dibelakang pintu rumah yang sudah tertutup rapat. Ia tidak bisa membendungnya lagi.

Makasih udah mau jadi teman gue, makasih udah mau sabar sama gue, makasih udah selalu ada buat gue, makasih udah bantuin gue selama ini, makasih Ray...

Batinnya.

Walaupun dia ngeselin tapi dia teman yang baik sungguh. Rayfan sudah mau menemani Amabel pada saat ia hancur-hancurnya, kesepian. Dia selalu ada.

Aku memalingkan tubuhku, melihat kearah luar melalui cendela. Membuka tirai sedikit. Melihat mobilnya berjalan mundur lalu pergi, tak terlihat lagi.

"Bel," panggil mama. Cepat cepat aku mengusap air mataku yang tersisa.

"Iya, ma?"

"Baru pulang?"

Amabel mengangguk.

"Ya udah, makan dulu sana,"

"Iya ma, nanti, Amabel ke kamar dulu ya ma,"

Amabel langsung pergi ke kamar. Tidak ada niatan untuk makan.

Menutup pintu kamar pelan. Lalu duduk diranjang, menunduk.

Gue lelah dengan kata "tidak apa-apa," sudah ya, tidurlah. Raga ini perlu istirahat, juga rasa.
***





Say GoodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang