Entahlah apa yang Amabel rasakan, tapi sungguh itu kenangan yang indah, bersamnya, sangat hangat. Tak mudah untuk Amabel lupakan, Reza. Apa benih cinta ini masih tertanam di hati, Amabel tak tahu. Yang Amabel inginkan sekarang, benih cinta itu hilang, sejauh mungkin dari hidupnya. Ya, aku berharap Rayfan bisa merubahnya.
"Sayang..., ada yang nyariin," teriak mama dengan suara khasnya, dari lantai bawah. Amabel berjalan ke luar kamar, dengan seragam rapi yang ia kenakan, tas lucu yang ia pakai, dan aroma khas Amabel, yang harum, mulai tercium oleh Rayfan. Amabel memandang pintu masuk dari atas.
Astaga Rayfan, Ambel terkejut, cepat cepat Amabel turun sebelum Rayfan mengoceh macam macam.
"Iya mah, sekarang mama pergi aja, Amabel mau berangkat sekolah bareng sama dia,"
Mama Amabel pergi, Amabel menarik tangan Ray, menjauh dari rumah.
"Kenapa bel,"
"Lo jangan bilang ke nyokap gue kalau kita pacaran juga, itukan gak serius," Ambel berbisik tepat di telinga Rayfan.
"Oh, gak akan, emang kenapa?" Tanya Ray, yang ikut bebisik
"Gak kenapa napa, takut aja nyokap gue langsung jatuh sakit, kalau denger Queen-nya ini pacaran sama lo."
"Oh gue ngerti, karena gue terlalu gantengkan," Amabel langsung memegangi kepalanya, stres menghadapi Rayfan yang kepd-anya tingkat dewa itu.
Serah lo dah, serah...
"Berangkat sekarang,"
"Ke sekolah, sama lo?" Rayfan mengangguk cepat.
"Siapa yang mau bareng, gue berangkat sendiri,"
"Owh, ya udah gue pamitan dulu ya sama nyokap lo," Rayfan tersenyum sinis
"Eh jangan jangan," Amabel menghentikan, kerena takut Rayfan keceplosan waktu berpamitan dan mama tanya macam macam
"Iya gue bareng lo," Amabel menurut, berjalan menuju terpakirnya kendaraan Rayfan.
"Lo gak bawa mobil?"
"Enggak, gue bawa motor kesayangan gue," Rayfan melangkahkan kakinya, menaiki motor hitamnya itu. Motor kopling itu tidak pantas di naiki seorang cewek, yang menggunakan rok di atas lutut
"Udah buruan naik,"
"Nggak gue takut Ray, terlalu tinggi,"
"Lo bisa kok bisa, nih pakai jaket gue buat nutupin bawah lo biar aman," Amabel mengambilnya, melingkarkan jaketnya di pinggang Amabel.
"Tapi ini tinggi Ray, nanti gue jatuh gimana,"
"Enggak lo naik aja dulu, pegangan gue," Amabel akhirnya meniki juga.
"Tapi lo jangan ngebut ya Ray gue takut," baru saja menyelesaikan kalimat itu, Ray langsung menjalankan motornya dengan cepat
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Say Goodbye
Teen FictionCinta memang butuh pengorbana, Butuh kepastian, Butuh dukungan, dan yang paling penting dari cinta itu sendiri adalah bagaimana kita menjaganya dengan baik. Jangan sampai terluka, katanya. Semesta mengajarkan aku bahwa dia adalah masa laluku yang ba...