💎 Anaya 💎
Tepat satu tahun yang lalu, gue dan Ibu berusaha membuat kue ulang tahun sendiri di rumah. Padahal biasanya kita selalu beli di toko kue, tapi kali ini, Ibu pengin sesuatu yang spesial. Besok adalah hari ulang tahun Ayah, jadi kita berdua berencana ngasih surprise atau kejutan kecil-kecilan buat Ayah di rumah.
Malamnya, gue sama Ibu siap menjalankan rencana. Gue udah siap di balik pintu sambil bawa kue ulang tahun dan Ibu mengintip dari jendela. Sekitar setengah jam kami berdua menunggu, Ayah belum juga pulang kantor. Padahal, kata Ibu, Ayah pulang jam setengah tujuh malem. Ini bahkan udah jam setengah delapan.
Gue yang lelah berdiri akhirnya memutuskan duduk di sofa dan meletakkan kuenya di meja. Jangan-jangan Ayah udah tahu kalau kita mau kasih kejutan buat beliau. Tapi, pikiran gue salah. Ibu tiba-tiba menyusul gue, duduk di sofa sambil menyodorkan HP-nya ke arah gue.
"Baca deh, ternyata satu jam yang lalu Ayah chat Ibu, dia bakal pulang malem." Kata Ibu.
Gue melirik layar HP Ibu dengan sedikit kecewa. Benar, di sana Ayah bilang kalau beliau akan pulang larut malam. Mungkin jam sebelas atau setengah dua belas malam karena harus menyelesaikan laporan akhir bulan, katanya begitu. Akhirnya, kejutan untuk Ayah malam itu gagal.
Kecewa sih, soalnya gue udah capek-capek bikin kue sama Ibu, berdiri lama banget di pintu, eh...malah gagal.
Sebenarnya, nggak sepenuhnya gagal karena keesokan paginya, gue dan Ibu berhasil membangunkan Ayah dengan kejutan kecil dari kami berdua. Lucu juga kalau diinget-inget.
Percaya atau enggak, kejadian satu tahun lalu kembali terulang pada saat ini. Kejadian yang sama sukses menimpa gue ketika gue hendak memberikan surprise buat pacar gue, dalam rangka memperingati hari jadi kami.
Tadi pagi, gue udah nyiapin cheesecake berukuran sedang untuk dibawa ke rumah Ashton. Nggak cuma itu, gue juga beli balon foil berbentuk angka 3 dengan ukuran besar—karena ini hari jadi kita yang ketiga tahun.
Paginya, gue udah telfon Ashton terlebih dahulu buat ngucapin happy anniversary. Di sambungan telfon, suara Ashton kedengerannya udah seger, di situ gue berasumsi dia udah bangun dan sarapan di hari Sabtu yang cerah.
"Nggak apa-apa. Kamu inget nggak ini hari apa?" Tanya gue setelah basa-basi sedikit.
Ada hening beberapa detik, Ashton nggak langsung ngejawab pertanyaan gue. Gue segera menepis pemikiran bahwa Ashton lupa hari jadi kami, yang jatuh tepat pada hari ini.
"Hari Sabtu. Hari ini kita libur." Jawabnya dengan enteng.
Sekarang, rasanya gue ingin menarik kembali pemikiran gue barusan. Ternyata, Ashton emang bener-bener lupa. Kenapa rasanya gue nyesek? Padahal kan lupa itu wajar, semua manusia pasti pernah lupa atau mengalami pikun dini. Gue sendiri juga sering lupa atau pikun mendadak.
Nggak, ini Ashton emang nggak sengaja lupa aja, Nay. Gue menenangkan diri sendiri dalam hati.
Tersenyum pahit, gue akhirnya membalas, "Oh, iya bener ini emang hari Sabtu hehehe." Bahkan dia nggak mencoba untuk mengoreksi jawabannya?
Namun, gue nggak bisa menahan mulut gue yang sedaritadi hendak mengucapkan kata-kata, "It's okay, aku cuma mau bilang, happy anniversary buat kita berdua! Nggak kerasa ya, udah tiga tahun aja kita bareng-bareng." Pada akhirnya, gue berusaha melontarkan kata-kata itu seceria mungkin, sebisa gue.
"M-makasih, Nay. Happy anniversary juga ya."
Gue memejamkan mata seraya menghela napas. "Kamu...udah lupa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tacenda | Ashton ✓
FanfictionBut, how can someone leave you for no reason? copyright © 2018 by nasikucing