15

1K 261 306
                                    

💎 Anaya 💎

"Kalau cari cowok itu yang bisa bertanggung jawab, bisa jagain, nemenin kamu waktu kamu butuh." Kata Ibu saat beliau selesai menonton Kisah Nyata di Indosiar. 

Menghela napas, gue sepertinya paham maksud Ibu. Ibu pasti secara nggak langsung lagi ngomongin―atau nyindir lebih tepatnya―Ashton. Gue udah tahu, karena Ibu orangnya memang perasa, beliau merasa ada yang nggak beres antara gue dan Ashton. Belum lagi, sekarang, Ashton udah jarang ngajak gue main atau ke rumah. Satu lagi, di saat seperti ini, Ashton juga nggak menampakkan batang hidungnya. Ya, insting seorang Ibu kan memang nggak pernah salah.

Mendekatkan diri ke gue, Ibu mengusap kepala gue dan tersenyum. "Badan kamu masih sakit-sakit nggak?" Tanya Ibu.

Gue menggeleng, "Enggak kok, Bu. Udah mendingan dari yang kemarin."

Tepat dua hari yang lalu, setelah gagal bikin surprise, gue mengalami kecelakaan. Seorang laki-laki yang kondisinya mabuk menabrak mobil gue dari arah berlawanan. Gue yang posisinya lagi nggak terlalu fokus ke nyetir, karena nangis, udah terlambat menghindar. Sehingga, mobil gue ditabrak dan saat itu―seingat gue, gue teriak dan setelah itu semuanya mulai terlihat kabur. 

Gue nggak sepenuhnya pingsan atau tak sadarkan diri, gue masih bisa denger beberapa orang berusaha memanggil nama gue. Bahkan gue masih inget ketika tubuh gue diangkut dengan ambulance. Baru setelah itu gue nggak inget apa-apa, pandangan gue gelap, gue bener-bener pingsan.

Pagi ini merupakan pagi kedua gue di rumah sakit. Sebenernya gue pengin cepet-cepet pulang dan keluar dari tempat ini, tapi karena Ibu masih sangat khawatir dan ingin perawatan terbaik buat gue, jadilah gue masih menginap di rumah sakit. 

And look, akibat kecelakaan kemarin lusa, ada beberapa jahitan di kening, memar, dan kaki kanan gue patah. Padahal patah tulang adalah hal yang paling gue takutin dalam sebuah kecelakaan. Tapi ya udah, mau nggak mau, gue harus jalan dengan bantuan kruk*.

Balik lagi ke Ashton dan sindiran halus Ibu, itu semua emang bener. Mungkin Ibu maunya Ashton dateng ke sini, jengukin atau bantuin jagain gue. Tapi, gue sendiri masih enggan untuk ketemu sama dia. Jangankan ketemu, ngasih tahu kalau gue kecelakaan aja rasanya ogah, males amat. 

"Ashton kok belum jengukin kamu sih, Nay?" Ibu heran.

"Lagi sibuk kali, Bu. Anak FTM mah gitu, lapraknya juga suka nggak kira-kira." Elak gue pada Ibu. Dalam hati, gue berdoa, semoga Ibu percaya sama omongan gue.

"Masa pacar abis kecelakaan begini dia nggak pengin nemuin?"

"Mungkin nanti waktu kita udah di rumah, baru dia sempet jenguk. Sabar, Ibu." Maaf, Ibu, Anaya bohong sama Ibu. Padahal, Ashton nggak tahu kalau gue kecelakaan.

Iya, Ashton nggak tahu kalau gue abis kecelakaan. Namun, seorang manusia bernama Calum Hood justru membeberkan hal ini ke Ashton. Serius, gue udah ngelarang dia untuk cerita ke Ashton, tapi dia tetep ngotot buat cerita.

"Cal, nggak usah elah. Gue males nanti urusannya sama Ashton." Kata gue kemarin, setengah merengek.

"Keadilan harus ditegakkan, Nay. Gue nggak terima ya, lo lagi terdampar lemah di rumah sakit terus dia enak-enakan di luar sana, nggak mikirin lo." Sembur Calum seperti emak-emak yang memarahi anaknya karena ngilangin Tupperware. 

Pun gue menghela napas dan geleng-geleng kepala lihat tingkah Calum. "Lo kenapa sih, Cal? Salma sama yang lain aja nggak seribet elo."

"Mereka soalnya nggak begitu kenal sama Ashton, jadi mereka pasti sungkan buat negur Ashton," Calum mulai menjelaskan. "Sedangkan gue? Gue kenal Ashton dari SMA, kita satu tongkrongan, dan gue juga udah ngikutin perjalanan cinta kalian dari jaman PDKT. Nggak salah dong kalau gue ikut campur. Ashton udah keterlaluan tau, Nay." Katanya panjang lebar.

Tacenda | Ashton ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang