18

1K 253 500
                                    

💎 Ashton 💎

Hampir jam setengah delapan malam saat sedan hitam Michael memasuki halaman parkir gedung pertemuan di daerah Jalan Pancasila. Malam ini, gue dan teman-teman sudah sepakat untuk menonton acara musik atau pentas seni yang diselenggarakan oleh jurusan Manajemen. Michael, Luke, Ethan, dan Julian menemani gue berjalan hingga ke dalam. 

Plang bertuliskan "Management Art Fest 2018" menyambut kedatangan kami berlima. Lampu-lampu yang menyala di sana tampak mulai menyorot seisi gedung pertemuan yang sudah disulap menjadi lebih meriah dan menarik. Ada beberapa stand makanan, minuman, dan ada juga photo booth.

"Lita dateng ke sini juga nggak?" Tanya Luke saat kami telah melalui gerombolan anak-anak divisi keamanan.

Gue mengangkat bahu, "Kayanya iya. Dia dateng sama temen-temennya, bilangnya sih begitu."

"Makin deket aja ya lo berdua." Celetuk Julian sembari bertepuk tangan.

"Asal jangan sampe ketemu Anaya aja, sih. Bisa perang dunia kaya emak-emak gitu nanti, takut gue." Sahut Ethan dengan segala imajinasinya.

Michael menyenggol lengan gue, "Eh bener juga kata Si Jul. Gue nggak mau ikut-ikutan deh ya kalau udah ada peperangan."

"Luke juga takut perang dunia." Rengek Luke dengan nada sok manja.

"Alay banget sih lo pada." Cibir gue.

Gue heran sama temen-temen gue. Kadang, imajinasi mereka terlalu berlebihan dan di luar batas pemikiran. Membiarkan mereka berceloteh, gue mencoba mengedarkan pandangan ke seluruh sudut gedung. Gue mencari seseorang. 

Ternyata, susah juga nyari dia. Semakin malam, semakin banyak orang-orang yang berdatangan, membuat suasana di sini semakin sesak dan ramai. 

"Nyari siapa? Anaya?" Celetuk Luke dari samping. "Yah ilah."

Gue mengangguk, "Gue belum lihat dia."

"Lagi sibuk kali, lo kan pernah bilang dia anak PubDekDok."

Bener juga. Anaya memang anak PDD, pasti sekarang dia lagi sibuk mendokumentasikan dan memantau dekorasi acaranya. Ya, gue memberanikan diri untuk datang ke acara Anaya. Satu minggu yang lalu, tepat setelah mereka mengumumkan kuota tiket festival hampir sold out, gue segera mengajak teman-teman gue untuk membelinya. Sebelumnya, gue berencana akan membeli tiket On The Spot (OTS)―langsung waktu hari-H. Ternyata, tiketnya udah mau habis aja. 

Gue nggak nyangka acaranya akan seramai ini. Tapi, mengingat guess star utama mereka adalah HiVi dan Sheila On 7, gue nggak heran kalau tiket mereka bakalan cepet ludes. 

Memori-memori itu kembali berputar di otak gue. Waktu itu, Anaya seneng banget, akhirnya sang ketua pelaksana mengumumkan bahwa Sheila On 7 akan menjadi salah satu guess star utama acaranya. Anaya suka banget Sheila On 7 dari kecil, dan gue tahu itu. Walau sempat mangkel luar biasa atau mengeluh karena capek, sesungguhnya Anaya cerdas dan berjiwa pemimpin. Nggak heran, dia yang paling bersemangat di antara teman-temannya yang lain.

"Ashton!"

Gue terlonjak kaget mendengar suara yang tiba-tiba muncul dari belakang.

"Eh, Lita. Gue pikir lo lagi sama temen-temen lo," gue terkekeh. "Kok lo jadi sendirian?"

"Biasa, lagi pada mencar. Ada yang sama gebetannya, ada yang cari minum, ya gitu deh, gue ditinggal mulu."

"Ngenes amat lo," kata gue. "Nggak deng, ada gue ini."

Muka Lita kontan memerah. "Ngalus mulu, Pak."

Gue nggak berkomentar dan membiarkan Lita bergumam nggak jelas sendirian. Gue memilih untuk menikmati penampilan dari HiVi yang mulai membawakan lagu Orang Ketiga. 

Tacenda | Ashton ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang