16

986 268 543
                                    

💎 Ashton 💎

Bermodalkan koneksi internet dan buku rekomendasi dari Pak Danang, gue masih berusaha memecahkan satu soal latihan di kontrakan Luke. Ini memang salah satu kegiatan wajib gue ketika UAS semakin mendekat, yaitu belajar bareng. UAS tinggal menghitung hari, jadi para dosen sibuk memberikan tugas dan ujian-ujian dadakan kaya gini. Dan orang yang tepat untuk dipalakin ilmu adalah Luke Otak Encer Hemmings.

Daritadi gue udah coba konsentrasi, tapi konsentrasi gue selalu bercabang dan akhirnya berantakan. Ingatan gue masih belum lepas dari kejadian beberapa hari yang lalu, di mana gue bicara empat mata sama Calum. 

Setelah mengiyakan ajakan Calum, gue akhirnya berangkat ke McD Jalan Kaliurang. Untungnya gue masih ada di daerah JaKal, jadi nggak perlu muter-muter. Sesampainya di McD, gue langsung mencari Calum. Bener aja, Calum udah dateng duluan dengan segelas Orange Drink.

"Ada apa, Cal?" Tanya gue. 

Jujur, gue udah jarang banget ketemu Calum setelah kuliah. Mungkin karena faktor kita beda fakultas, gedung FTM dan FEB jaraknya cukup jauh. Yang gue tahu, Calum memang satu jurusan sama Anaya. 

"Pesen dulu gih, Ash." Balas Calum basa-basi.

Gue menggeleng, "Gue mau langsung cepetan aja. Soalnya masih harus nyelesaiin tugas."

Calum mengangguk mengerti. Sebelumnya ia menghela napas, lalu bertanya, "Lo sebenernya masih sayang Anaya nggak, sih?"

Menelan ludah, perasaan gue mendadak jadi nggak enak. "Kok tiba-tiba lo tanya kaya gitu?" Gue balik bertanya.

"Nanti gue jawab, sekarang jawab dulu pertanyaan gue," sahut Calum. "Lo masih sayang sama Anaya atau enggak?"

Gue terdiam sejenak. Nggak biasanya Calum ngajak gue ngobrol tentang Anaya. Terakhir kali gue cerita-cerita tentang Anaya ke Calum itu waktu masih SMA. Itu pun karena Calum temen sekelas Anaya dan kita satu ekskul futsal, jadi gue tanya-tanya lewat Calum.

"Bukan urusan lo." Jawab gue pelan.

"Kenapa bukan urusan gue?" Sekarang Calum menaikkan nada bicaranya. "Oh, gue tahu. Lo udah nggak sayang ya sama Anaya? Lo sekarang sama Lita, kan?"

Spontan, gue menyipitkan mata dan menatap Calum sinis. "Tujuan lo ngajak gue ke sini tuh sebenernya apa sih, Cal? Mau ngajak berantem?"

Yang gue ajak bicara malah ketawa. "Tolol," Calum terkekeh. "Gue kan cuma mempertanyakan perasaan lo ke Anaya, kenapa lo jadi ngegas? Tinggal jawab iya atau enggak, apa susahnya?"

"Bener-bener ya, lo tuh―"

"Semalem Anaya kecelakaan dan sekarang dia dirawat di rumah sakit." Potong Calum.

Gue jelas terkejut mendengar ucapan Calum. Kedua mata kami lalu beradu, dan gue nggak bisa menghindar dari tatapan tajam Calum.

Mulut gue setengah membuka, otot-otot muka gue rasanya tegang. "Kecelakaan?"

"Iya, lo baru tahu, kan? Sadar nggak sih dia kecelakaan gara-gara lo?" Beber Calum, rasanya perasaan bersalah kian merembet di tubuh gue.

Calum menghela napas. "Anaya dirawat di JIH―Jogja International Hospital. Dan dia bilang, dia masih males ketemu lo. Makanya, dia sengaja nggak ngabarin elo. Lo harusnya berterimakasih sama gue karena udah ngasih tahu hal ini," paparnya. "Harusnya juga lo sadar kalau lo udah keterlaluan sama Anaya."

"Lo siapanya Anaya sih, Cal? Segala ikut campur masalah gue sama Anaya," ucap gue. "Kayanya lo peduli banget sama dia."

Kali ini, Calum nggak langsung menjawab pertanyaan gue. "Gue jelas peduli sama dia, kita semua peduli sama Anaya, kecuali elo."

Tacenda | Ashton ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang