💎 Ashton 💎
Kalau ada satu kata yang bisa mendeskripsikan keadaan gue saat ini, maka kata yang tepat adalah kacau. Karena gue merasa kacau, gue memutuskan untuk pergi ke suatu tempat tanpa sepengetahuan orang-orang. Boleh aja gue izin ke Mama untuk jalan-jalan melepas rindu pada Bandung, cari udara segar, tapi sayangnya gue harus berbohong.
Dua gelas. Itu adalah jumlah whiskey yang udah gue minum. Sekarang, gue sedang menggenggam gelas ketiga. Gue benar-benar berantakan, gue butuh suatu tempat yang bisa meringankan beban gue, dan gue rasa Sobber's Bar adalah tempat yang cocok.
Gue nggak sendirian ke sini. Gue ditemenin sama kakak sepupu yang dua tahun lebih tua dari gue, namanya Jonathan, gue biasa manggil dia Bang Jona. Bang Jona bilang, tempat ini cocok buat melepas penat dan tentu saja bersenang-senang. Gue yang lagi kalut dan memang butuh hiburan langsung mengiyakan ajakan Bang Jona untuk pergi.
"Jangan kebanyakan, Ash. Itu yang lo minum whiskey loh." Bang Jona memperingati gue setelah ia meneguk minumannya.
"Lah, lo kan juga minum, Bang." Balas gue acuh.
"Tapi gue cuma San Miguel, masih golongan A. Lo udah golongan C, yang kadar alkoholnya mulai dari 20 sampai 55 persen. Itu termasuk tinggi, bego."
Gue nggak terlalu memedulikan ucapan Bang Jona. Yang gue pikirkan sekarang adalah kenapa rasanya gue baru menyesal udah ngebiarin Anaya mutusin gue?
"Lo abis berantem sama pacar lo? Atau gimana, sih?" Tanya Bang Jona.
"Mantan," koreksi gue, membuat Bang Jona bergumam. "Tadi gue habis ketemuan sama dia, dan...ya, gitu deh." Sambung gue pasrah.
Mendadak, gue teringat kejadian pagi tadi. Gue, Teh Rena, Mas Akbar, dan Mama memutuskan untuk mencari sarapan di luar, sekalian keliling Bandung. Ini sudah menjadi tradisi keluarga gue, makan pagi atau sarapan di tempat yang biasa kami kunjungi, yaitu Warung Nasi Bu Eha. Biasanya, Mama bakal jadi orang yang paling cerewet kalau ngebangunin gue di pagi hari. Beliau beralasan, "Takut kehabisan kalau nanti-nanti." Gue selalu jadi yang terakhir dalam urusan bangun pagi. Mungkin karena suasana liburan gini enaknya tidur, apalagi pikiran gue masih cukup riweuh buat mikirin hal semacam liburan. Intinya, waktu liburan kali ini kurang tepat dengan suasan hati gue.
Sepanjang perjalanan, Mas Akbar yang dipercayai sebagai supir, nggak berhenti menyenandungkan lagu Aku Cinta Kau dan Dia ciptaan Ahmad Dhani dan kawan-kawan.
"Mas Akbar suaranya nggak enak." Teh Rena berkomentar.
"Ya udah, dengerin langsung dari penyanyinya aja kali ya." Timpal Mas Akbar.
Dengan begitu, Mas Akbar menancapkan converter cable ke tape mobil. Karena gue yang duduk di bangku penumpang, di samping Mas Akbar, dia akhirnya minta tolong sama gue. "Cariin lagunya dong, Ash. Judulnya Aku Cinta Kau dan Dia." Katanya.
Gue menghela napas dan menuruti permintaannya. Setelah menemukan lagu tersebut, gue langsung meletakan HP Mas Akbar ke posisi semula. Dentingan piano dari lagu tersebut mulai terdengar halus merasuk ke gendang telinga.
"Mas, suka banget sama lagu ini, ya?" Tanya gue akhirnya.
"Yoi, Ash. Gue lagi galau." Balasnya.
Yah, samaan dong kalau gitu. Timpal gue dalam hati.
Memang salahku, yang tak pernah bisa
Meninggalkan dirinya 'tuk bersama kamu
Walau 'tuk terus bersama
Kan ada hati yang 'kan terluka
Dan ku tahu kau tak mauAduh, ini lagunya kenapa bisa pas banget gini? Gerutu gue dalam hati. Gue pengin banget ganti lagu, tapi gue sadar ini mobil Mas Akbar, bukan mobil gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tacenda | Ashton ✓
FanficBut, how can someone leave you for no reason? copyright © 2018 by nasikucing