17

1K 266 476
                                    

💎 Anaya 💎

Saat-saat UAS adalah saat-saat yang mendebarkan, tegang, sekaligus menyenangkan. Mendebarkan dan tegang karena kami harus dihadapkan dengan soal-soal yang tak terduga, menyenangkan karena liburan panjang semakin dekat, apalagi kalau jadwal terakhir UAS tinggal menghitung hari.

Kaya sekarang ini, ini hari kelima gue UAS, begitu juga dengan teman-teman gue yang lain. Termasuk Salma, Calum, dan Reyhan yang berada di kelas Manajemen Koperasi, kelas yang sama dengan gue. Gue merasa lancar dalam mengerjakan soal-soal ujian. Mungkin ini karena semalam, gue, Salma, Calum, dan Reyhan mati-matian belajar bareng dan berpusing-pusing masal karena ngerjain soal tahun lalu. Akhirnya, kerja keras kami tidak sia-sia.

Gue berhasil menyelesaikan sepuluh soal ujian. Karena bosen ngeliat lembar jawab dan kertas soal, gue memutuskan untuk mengedarkan pandangan ke sekeliling kelas. Pandangan gue berhenti tepat pada seorang cowok berambut hitam dan beralis tebal, yang udah tidur di bangku ujiannya. Siapa lagi kalau bukan Calum? Selesai ngerjain soal, biasanya dia langsung tidur, begitu kebiasaan Calum selama ujian berlangsung.

Ingatan gue kembali ke momen belajar bersama kemarin sore. Gue, Salma, Calum, dan Reyhan akhirnya memantapkan hati untuk belajar bersama. Kami memilih rumah Calum sebagai destinasi tempat belajar karena rumahnya lagi sepi dan rumah Calum di tengah kota.

Gue mengiyakan ajakan mereka untuk belajar bareng. Sampai akhirnya, gue sadar, gue nggak bisa berangkat sendiri ke rumah Calum dengan kondisi gue yang sekarang―kemana-mana pake alat bantu jalan. Maka, mau nggak mau, gue harus minta tolong Ibu untuk nganterin gue ke rumah Calum.

"Bu, anterin aku, dong. Mau belajar sama temen-temen." Pinta gue ke Ibu.

"Ya ayo, anterin ke mana, Nay?"

Line!

Belum sempat gue membalas pertanyaan Ibu, HP gue sudah bergetar hebat duluan. Karena posisinya gue lagi pegang HP, langsung aja gue lihat siapa yang kirim chat.

Calum Hood
Nanti jadi loh belajar bareng di rumah gue

Calum Hood
Anjir gue lupa. Lo kan belum bisa bawa kendaraan sendiri

Calum Hood
Nanti gue jemput lo jam 3 deh. Gue gak nerima penolakan sih ya

Gue spontan tersenyum membaca pesan dari Calum. Oleh karena itu, gue pun langsung bilang ke Ibu untuk membatalkan permintaan tolong gue.

Mengiyakan ajakan Calum, gue segera mempersiapkan barang-barang yang harus gue bawa. Mulai dari buku paket, binder, alat tulis, dan beberapa kertas berisi catatan penting yang berserakan di meja belajar. Baru setelah semuanya siap, gue melirik jam dinding, menunggu kedatangan Calum untuk menjemput gue.

"Waktunya tinggal sepuluh menit lagi, yang sudah selesai bisa langsung keluar dari ruang ujian." Kata Bapak pengawas ruang ujian.

Dengan senang hati, gue langsung bangkit dari tempat duduk dan meraih kruk yang berada tepat di samping gue. Perlahan-lahan, gue berpamitan dengan para pengawas ujian dan berjalan keluar kelas.

Gue kira cuma gue doang yang udah selesai ngerjain soal. Ternyata, ada satu orang yang udah selesai, sekarang dia jalan pelan-pelan di samping gue. Sesekali, dia menawarkan bantuan, "Sini tasnya biar gue yang bawa." Gue menepis penawarannya dengan halus karena gue masih bisa bawa tas sendiri, gue nggak mau ngerepotin orang lain.

"Bukannya tadi lo tidur?" Tanya gue.

Calum nyengir, "Kan tadi, sekarang udah bangun."

Calum. Gue nggak tahu kenapa akhir-akhir ini dia beda. Dalam ingatan gue, Calum Hood adalah seorang cowok yang terkesan cuek, cool, jarang senyum―kecuali sama temen-temen yang udah dia kenal―, dan orangnya nggak mau ribet. Selama berteman dengan Calum dari SMA, baru kali ini Calum sepeduli ini sama anak manusia. Apalagi anak manusia kaya gue, baru kali ini dia baik banget gini.

Tacenda | Ashton ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang