Elena Smith
Dasar jalang rendahan! Apa bedanya kau dan para jalang yang sering ku tiduri, malamnya bersama ku siangnya bersama lelaki lain. Itu katanya, masih mengiang ngiang di kepalaku, bagaimana ia berteriak pada ku.
Dia berteriak seakan aku jalangnya, aku bukan jalangnya, aku tunangannya!
Aku bersyukur mempunyai Leon, dia setia menenangkan diriku ketika aku akan pergi dari mansion ini, aku sekarang lebih kuat.
Leon bilang, tinggalah disini! Bukannya kau ingin melihat ku tetap hidup? Astaga anak itu ada ada saja. Bisa bisanya ia membuat lelucon tentang Kanker nya.
Aku masih belum berniat untuk tidur meski jam sudah menunjukan pukul 10 malam.
Damian juga masih belum meminta maaf padaku. Astaga apa yang aku pikirkan tidak mungkin Damian meminta maaf padaku bukan?
Namun sebuah ketukan membuat ku beralih menatap pintu kamar.
Apakah itu Damian? Tanpa aku sadari aku tersenyum aku langsung turun dari kasur dan membuka pintu.
"Kau belum tidur, Ele?" Tanya Leon.
"Aku baru akan tidur, Lee." Kata ku lalu tersenyum.
"Baiklah, cepat tidur." Ujar Leon.
Aku tersenyum lalu menutup pintu, ketukan muncul lagi.
"Aku akan tidur Lee." Ujar ku.
"Hanya meyakinkan." Kekeh Leon.
"Pergilah! Aku akan tidur."
Aku kembali menutup pintu dan ketukan muncul lagi.
"Hanya meyakin kan, Ele." Ujarnya di balik pintu, aku hanya tersenyum, dan menggeleng geleng kan kepala.
Namun ketukan muncul lagi.
"Sudah ku bilang aku akan tidur, Lee." Pekik ku, sambil membuka pintu.
Wajah datar bermata biru dan tampan itu yang sekarang ku lihat, Damian, ia berdiri di depan pintu kamar ku.
"Aku Damian, aku ingin bicara." Katanya dingin.
Aku hanya mengangguk lalu mempersilahkan Damian masuk ke kamar ku.
Tanpa menutup pintu kamar aku mengekori Damian untuk masuk ke dalam.
"Maaf." Satu kata yang ku dengar darinya.
"Maaf atas ucapan ku tadi sore." Lanjutnya.
Aku hanya menatapnya, menatap wajah tampan Damian, aku tidak tahu harus berbuat apa. Perkataan Damian tadi sore sangat menyakitkan.
Bayangkan saja dirimu di teriaki seorang jalang oleh tunangan mu sendiri.
"Aku... aku..." kata kata ku tak keluar, aku ingin menfatakan aku tak akan memaafkannya namun sial, bukan itu yang keluar. "Aku memaafkan mu." Lirih ku. Lalu menundukan kepalaku.
Damian yang tadinya berdiri di tengah kamar ku kini melangkah mendekat ke arah ku yang sedang duduk di ranjang sambil menundukkan kepalaku.
Telunjuk dinginnya menyentuh daguku, lalu beberapa detik kemudian mataku bisa menatap manik biru langit miliknya.
Astaga jantungku, aku rasa Damian juga bisa mendengarnya.
"Lihat aku jika sedang berbicara." Bisiknya.
Aku sudah akan berbicara namun aku urungkan karena suara ku terasa tercekat tak bisa bicara, jika di perhatikan sebegitu intensnya.
"Maafkan aku, aku mencintai mu Elena." Bisik nya lagi, membuat jantungku semakin berdetak tak karuan, sepertinya aku harus senam jantung setiap pagi agar ketika bertemu dengan Damian tidak seperti ini.
Damian tersenyum ketika memperhatikan aku yang sedang gugup, astaga memalukan. Aku segera membuang pandangan ku ke arah lain.
"Astaga Elena lihat aku!" Ucapnya lalu tersenyum.
"Damian, ini sudah malam. Dan aku sudah memaafkan mu, jadi pergilah!"
"Aku akan menginap di kamar mu." Jawab nya santai lalu berdiri dari jongkoknya.
Astaga Devil ini baru saja meminta maaf dan sekarang sudah membuat hati ku bergejolak lagi.
"Tidak kau harus pergi."
"Aku akan menginap di kamar mu, titik." Ujarnya.
"Tapi Damian ka..." suara ku hilang di dantikan dengan kecupan dari Damian, dan lagi lagi Devil ini selalu mencium nya ketika berbicara.
Entah sejak kapan tangannya sudah melingkar di pinggang ku, dan tangan satunya lagi sudah membelai pipi ku, lembut lalu beralih ke bibir bawah ku, lagi lagi Damian mencium bibir ku.
Bukan mencium, tapi menyesap bibir bawah ku dengan lembut membuat ku mengerang karena sentuhannya.
Dan tangannya astaga, tangan Damian menari di punggung ku, karena entah sejak kapan tangan dinginnya sudah berada di dalam kaos ku.
"Biasakan tutup pintu sebelum bertindak!" Ujar seseorang, membuat Damian menghentikan aktivitas nya.
Dan dengan malu aku menyandarkan kepalaku di dada bidang Damian, sedangkan Damian tersenyum pada orang itu.
"Maaf mom, bisa kau menutupnya untuku." Ujar Damian.
Astaga, apa itu mommy, aku akan sangat malu jika besok pagi bertemu dengannya.
Seolah tahu apa yang aku pikirkan Damian berbisik tepat di telinga ku. "Mommy juga pernah muda."
Dengan kesal aku mendorong tubuhnya.
"Tidurlah di sofa, aku tak mau berbagi ranjang dengan Devil seperti mu." Ujar ku.
"Hei, Devil ini calon suami mu." Balasnya tak mau kalah.
Dan aku pun tak mau kalah, " itu pun jika aku mau jadi istrimu."
"Aku akan menculik mu." Balasnya lagi.
"Dan aku aka..."
Lagi lagi Damian mencium ku.
"Kau sangat berisik." Bisiknya lalu memluk erat tubuh ku dan ia menjatuhkan tubuh kami hingga kami jatuh di atas kasur.
TBC
Ig ; story_dinans
Fb ;Dina NovitasariSee you next Chapter guays!!!!
________________________
T a s i k m a l a y a
S e n i n
2 j u l i 2 0 1 8
D i n a n o v i t a s a r i
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Devil (TAMAT)☑️
Romance[Tersedia di google play ] | [Romanc Dewasa - 18+] ✓Star 21 juni 2018✓ ✓Finis 19 agustus 2018✓ [Ini cerita pertama aku] Pernikahan sangat di nantikan olehnya, namun itu tidak mungkin untuknya! Setiap lelaki yang akan di jodohkan dengannya pasti akan...