Mission Eight

423 76 12
                                    

Bagian Namjoon, Seokjin dan Jiyeon yang bertugas melindungi Ong Seungcheul begitu tenang.
Mereka bertiga tetap berada di mobil mengawasi sesuatu yang kemungkinan ada yang aneh, tapi sayangnya sudah berjam-jam mereka berada di dalam mobil mengawasi tanpa ada tanda-tanda mencurigakan sama sekali.

"Tidakkah kalian merasa ada yang aneh?" tanya Jiyeon kepada kedua ketua itu yang hampir tertidur kalau saja Jiyeon tidak berbicara pada mereka.

"Ada apa Jiyeon?" tanya Namjoon.

"Kita sudah berada di sini berjam-jam dan tidak ada tanda orang yang mencurigakan yang mendekati rumah itu dan bahkan Ong Seungcheul juga tidak keluar dari rumahnya."

"Dia seorang pengangguran jadi kemana dia akan pergi siang begini?" tanya Seokjin.

Jiyeon tetap saja merasa ada yang tidak beres, "sebaiknya kita masuk ke dalam memeriksa saja?"

Namjoon dan Seokjin saling bertukar tatapan hingga kemudian menuruti kemauan Jiyeon.
Ketiganya keluar dari mobil dan mengetuk pintu rumah yang ada di hadapan mereka.

Ketukan ketiga dan saat pintu terbuka menampakkan pemilik rumah itu yang sudah terluka berdarah-darah sekujur tubuhnya dan jatuh di hadapan mereka semua.

"Tolong ...." lirihnya yang sudah tak berdaya lagi.

Jiyeon karena terkejut kemudian berteriak hingga sedetik kemudian teriakannya membuahkan sebuah ledakan yang muncul dari dalam rumah itu.
Ledakan yang kuat membuat semua orang yang ada di sekitar daerah perumahan milik Ong Seungcheul terhempas, rumahnya bahkan hancur karena ledakan itu.

Sejeong masih setia menemani Minhee yang sedang membersihkan nenek yang terbaring tak lagi berdaya karena penyakit stroke nya.

"Kau orang yang baik hati." ungkap Sejeong melihat perlakuan lembut Minhee pada neneknya.

Minhee pun tersenyum kecil, "hanya dia satu-satunya keluarga yang ku miliki, dia yang menjagaku hingga bisa bertumbuh sebesar ini."

Sejeong terharu melihat keduanya, saat Minhee selesai membersihkan neneknya dan pergi ke dapur meninggalkan Sejeong dan neneknya berdua saja dalam kamar lalu sedetik kemudian Minhee berteriak membuat Sejeong segera berlari menghampirinya.

"Tolong!" jeritnya.

Sejeong mendapati Minhee yang jatuh ke lantai dengan tubuh ketakutan, dapur itu sudah penuh dengan tulisan darah 'mati' yang membuat Minhee takut bukan main.

"Pasti pembunuhnya ada di sekitar sini!" ucap Sejeong saat mengecek tulisan bercat merah yang masih baru itu dan membawa Minhee ke tempat yang aman bersama neneknya.

Saat setelah kedua orang itu aman Sejeong sendiri pergi memeriksa setiap ruangan dalam rumah ini hingga tiba-tiba Sejeong tersandung karena sebuah tali yang kini sudah terikat di kakinya.

"Tali pancing!" ucapnya tertahan saat menyadari kakinya yang sudah terikat oleh tali itu.

Saat Sejeong akan melepaskan tali itu sayangnya dia telat, tali itu sudah mengangkatnya ke udara membuat posisi Sejeong bergantung terbalik seperti kelelawar.

"Nona Sejeong apakah anda baik-baik saja?" sahut Minhee yang khawatir dengan keadaan Sejeong.

Sejeong ingin menjawabnya tapi tidak bisa karena seseorang yang sudah mengaitkan tali pancing ke lehernya membuatnya susah untuk berbicara.

"Kau ... pem-bunuh ...."

Sejeong mencoba memberontak dan memukuli orang yang ingin mencelakainya, karena gerakannya membuat lehernya harus tergores berdarah karena tali pancing yang tajam itu.
Kesakitan yang di rasakan oleh Sejeong bukan main, tidak ingin merasakan kesakitan itu lebih lama dia pun merogoh sesuatu yang ada dalam bajunya dan menggunting tali yang mengait lehernya.

✔Blood Sweat & Tears [S1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang