Part 11

1K 56 5
                                    

Malam menjelang Jalal masih terdiam di balkon kamarnya, ia memandang langit yang sebentar lagi menenggelamkan sang surya, ia masih berfikir dimanakah istrinya berada, ntah angin darimana ia baru teringat Jodha pergi tadi bersama Dinda, mungkin Jodha sekarang berada dirumahnya Dinda, mungkin karena terlalu panik Jalal tidak dapat berfikir jernih

Dengan tergesa-gesa Jalal mencari handphone nya dikamar, ia langsung mencari nomor kontaknya Dinda

Tut...tut...tut...
Di nada dering yang ketiga Dinda mengangkat telfon dari Jalal

Jalal : Din maaf aku mengganggu, apakah Jodha ada bersamamu ?
...
Jalal : Kumohon Din, beritahu aku jika Jodha memang sedang bersamamu.
Aku sangat khawatir
...
Jalal : terimakasih Din, tolong kamu share location kamu ya.
...

Akhirnya Jalal mengetahui jika Jodha sedang ada dirumah Dinda, tadinya Dinda tidak ingin memberi tahu dimana Jodha, tetapi akibat desakan Jalal, akhirnya Dinda mau memberi tahu Jodha ada dimana

Setelah mendapat informasi, Jalal bergegas menuju alamat rumah Dinda, ia tidak sabar bertemu Jodha sekaligus meminta maaf atas kesalahpahaman yang terjadi

Ting...ting...ting

"Din, sepertinya ada tamu ?" ucap Jodha

"Coba kamu yang buka Jo, aku mau nidurin anak aku dulu dikamar" ucap Dinda, sebenarnya Dinda sudah bisa menduga bahwa yang datang adalah Jalal, jadi ia memberikan kesempatan Jalal untuk berbicara dengan Jodha

Cekrek
"Ja..Jalal kamu ngapain kesini ?!" seru Jodha seraya kembali ingin menutup pintu karena mengetahui Jalal lah tamunya

Karena tenaga Jalal yang kuat, Jalal berhasil menahan pintu tersebut agar tidak tertutup

"Jodha, ayo kita pulang" mohon Jalal

"Aku nggak mau!"

"Kumohon Jo, maafkan aku masalah tadi siang sungguh itu cuma kesalahpahaman"

"Aku nggak peduli Jalal, aku benci kamu"ucap Jodha bergegas pergi dari hadapan Jalal, Jodha kemudian masuk ke kamar tamu Dinda

Dinda yang melihat itu dari jauh, mendekati Jalal
"Jalal, coba kamu duduk tenang disini dulu, akan aku coba membujuk Jodha, mungkin dia hanya emosi saja, maklum Jalal dia sedang hamil"
Ucap Dinda seraya melangkah menyusul Jodha, tetapi panggilan Jalal menghentikan nya

"Din, coba kamu ulangi tadi kamu ngomong apa ? Jodha hamil ?"

"Oh, iya Jalal. Tadi pagi aku dan Jodha kerumah sakit kata dokter Jodha sedang hamil kurang lebih empat minggu, niatnya tadi kami ingin memberitahu kamu dikantor tetapi ya begitu, terjadi hal yang tidak diinginkan"ucap Dinda menjelaskan

Jalal sangat kaget mendengar penjelasan Dinda, kabar tersebut membuat nya senang sekaligus sedih karena ia sama saja telah membuat Jodha terluka karena tamu yang tidak diundang dikantor nya.

"Baiklah aku coba bujuk Jodha dulu ya"

"Baiklah, terimakasih Din"

...

Dinda pun menghampiri Jodha yang masih menangis dibalik bantal nya, Dinda mencoba membujuk Jodha

"Jo., jangan menangis terus kasihan debay nya nanti ikut sedih"

"Tapi Din, ngapain Jalal kesini, aku benci dia"

"Huss Jo, dia suami kamu gak baik ngomong begitu"
"Coba kamu dengarkan dulu penjelasan suamimu Jo"

"Kamu kok bela dia sih Din, yang sahabat kamu itu aku atau dia ?!"

"Bukan maksud membela Jo, tapi coba kalian selesaikan masalah kalian dengan kepala dingin, siapa tahu ini memang real kesalahpahaman, aku sudah belajar dari rumah tangga aku Jo"

"Tapi Din"

"Tidak ada tapi Jo, dalam rumah tangga pasti tidak luput dari masalah, kalian sebagai suami istri harus bisa mencari jalan tengah, jangan sampai karena masalah kalian yang berlarut-larut membuat hadirnya orang ketiga diantara kalian"
"Kamu gak mau kan, kalo sampai rumah tangga kalian berantakan ?"

Jodha hanya mengangguk

"Sekarang kamu temui suami kamu, dengarkan penjelasannya"

Jodha akhirnya luluh dan mau ikut Jalal pulang setelah Jalal menjelaskan semuanya, tetapi Jodha masih bungkam pada Jalal karena ia masih kesal pada Jalal yang tidak bisa bersikap tegas kepada wanita tidak tahu malu itu.

Setelah sampai rumah Jodha langsung masuk ke kamar dan tidur membelakangi Jalal, Jalal masih bersabar dengan sikap Jodha karena ia takut Jodha makin marah padanya

... keesokan harinya ...

Jodha sedang asik duduk diruang tamu membaca novel, ia menghiraukan Jalal yang berlalu lalang dihadapannya

"Sayang aku mau ke supermarket, mau ikut ?"tanya Jalal

Tiba-tiba bayangan roti isi coklat pisang kesukaanku serta snack rasa keju menari-nari di kepala ku membuatku menahan air liur yang tiba-tiba bisa menetes kapan saja.aku menggelengkan kepalaku, tidak-tidak aku tidak boleh terpengaruh bisa saja Jalal mempunyai maksud lain.

"Pergi saja sendiri, aku sibuk"balasku

Sebenarnya aku mau menitip makanan tersebut, tapi karena egoku yang lebih besar aku menahan keinginanku. Aku memalingkan wajahku ketika Jalal menatapku dengan lekat.

...

Jalal kembali dengan membawa beberapa kantong plastik besar, aku mengacuhkannya dengan kembali membaca novel yang hampir membusuk karena terlalu lama aku genggam. Tidak beberapa lama kemudian Jalal kembali dengan beberapa buah roti dengan berbagai rasa yang menggiurkan, aku memukul ringan pipiku. Tidak aku tidak boleh meminta roti itu, bisa-bisa egoku hancur. tidak.tidak

"Makanlah Jo, kalo bukan kamu yang makan siapa lagi"ucap Jalal seraya duduk disampingku sementara ditangannya ada mie cup rasa soto yang menggiurkan. Oh stop baby! Kita tidak boleh meminta itu pada ayah kamu!

"Kamu tidak bisa kenyang dengan ego kamu, cepat makan. Atau mau aku suapi ?" Ucapnya seraya membuka plastik roti tersebut kemudian menyodorkannya ke mulutku.
Aku tidak ada pilihan lain selain menerimanya, kemudian dengan senang hati aku melahapnya tanpa mengucapkan terimakasih sama sekali.

Ku lirik Jalal yang meletakkan cup mie tersebut kemudian meninggalkanku sendirian. aku mulai ngiler mencium aroma mie tersebut, uh...tidak.tidak ibu hamil tidak boleh mengkonsumsi itu, tetapi keinginanku tidak bisa terelakan tanpa sadar aku sudah mengunyah mie cup tersebut.

Tanpa sadar Jalal menyentuh pundakku, membuatku terkejut hingga nyaris menjatuhkan mie tersebut, kalo saja Jalal tidak sigap memegangnya. mulutku masih penuh dengan mie dan aku benar-benar malu, rasanya aku ingin mengubur tubuhku hidup-hidup. God help me !
aku hendak memalingkan wajahku saat merasakan sentuhan Jalal disudut bibirku.

"Kalau mau bilang saja, di dapur masih banyak"ucap Jalal seraya menjilati jarinya yang ia gunakan tadi untuk membersihkan bibirku.

Aku memalingkan wajahku seraya mengambil roti lainnya.

"Ibu hamil tidak boleh makan begituan"ucapku seraya menggigit roti yang tadi aku ambil.
Samar-samar terdengar tawa Jalal, huh. bisa apa aku sekarang ?

TBC
Notes :
Terimakasih yang sudah baca, jangan lupa tinggalkan jejak 😉

SANG MENTARI (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang