Kini aku sadar, kenapa Ace tidak menginginkanku berada di ruangan ini.
Karena ia tahu, ibuku pasti harus mati karena melanggar janjinya pada Ratu Malca.
Aku ingin memaki diriku lagi dan lagi. Tapi seberapa banyak makian dan penghinaan atas diriku, sifat ini tak akan berubah secepat itu. Benar, aku terlalu naif dan mudah terpengaruh. Sekarang, aku harus menelan semua kejadian pahit yang disebabkan oleh perlakuanku sendiri.
"Ratu Malca! Ku mohon jangan bunuh Ibuku!" teriakku, mencoba untuk menghentikan serangan itu.
Jelas jawabannya adalah sia-sia.
Cahaya yang meletup-letup muncul dari telapak tangan Ratu Malca dan mulai menyerang ibu. Aku menjerit, sampai pada akhirnya tenggorokanku tercekat dan aku tak bisa bersuara lagi.
Penyihir sialan!
Karena aku terus berteriak, kali ini mereka memberiku sihir pengekang untuk seluruh tubuh. Sungguh sial, memangnya teriakanku berdambak buruk?
Kedua mataku terpaksa menyaksikan hal yang menbuat hatiku mencelus. Meski aku tahu ibu tidak sepenuhnya mati, tetapi melihat hal mengerikan dan mendengar jeritan ibu sungguh memilukan.
Cahaya putih mulai mendominasi ruangan. Dan setelah cahaya itu memudar, aku sadar, semua pasukan yang membelot dan tak mau menuruti Ratu Malca, sudah tak ada yang tersisa.
"Persiapan! Lindungi Natasha dan jangan sampai ada yang lengah!"
Ratu Tiana memerintahkan penyihir kelas atas yang ada di ruangan itu. Puluhan penyihir langsung menyusun barikade untuk melindungi Natasha. Sihir pengekang telah dilepas dan membuat Natasha sedikit lega meski ia harus menahan air matanya sekeras mungkin.
"Bagaimana Tiana? Kau akan melawanku?"
"Kalau kau menyerang manusia, aku tidak akan segan untuk menyegel kekuatanmu," balas Ratu Tiana, diikuti dengan mantra penyegel sihir.
Setahuku, sihir penyegel adalah sihir yang sulit dan membutuhkan mana yang besar. Tidak hanya itu, tapi juga dibutuhkan konsentrasi tingkat tinggi untuk mengaktifkan sihir itu.
Terdengar suara tawa yang berasal dari Ratu Malca.
"Apa kau mau melakukan hal itu? Yang benar saja! Lebih baik kau membunuhku dari pada melakukan hal itu," cemooh Ratu Malca.
"Keselamatan manusia merupakan prioritasku. Namun, kau juga menjadi prioritas utamaku. Tak ada yang lebih penting dibanding saudara, sekalipun kau berbuat kesalahan yang amat memedihkan."
Aku tertegun mendengar pernyataan Ratu Tiana. Ruangan ini menjadi sunyi senyap, hanya terdengar semilir angin yang datang dari kepakan sayap.
"Seyakin itu? Tiana, kalau kau terus seperti itu, maka aku akan membunuh seluruh manusia yang hidup. Pilihanmu hanya ada dua, berdiam diri dan menyaksikan seluruh manusia di dunia mereka hancur tak tersisa, atau kau melawanku dengan kekuatanmu hingga salah satu dari kita mati dan semua manusia selamat."
"Kau egois Ratu Malca! Apa kau tidak mengerti apa yang dikorbankan oleh Ratu Tiana demimu?"
Emosiku kembali naik. Semua pandangan tertuju padaku dan perlindungan sedikit melonggar. Aku tidak takut, karena Ratu Malca sudah keterlaluan dan aku tidak bisa membiarkan Ratu Tiana diperbudak oleh Ratu Malca.
"Kau! Bukankah kau manusia yang tak bisa apa-apa? Kau hanyalah manusia yang sok menggunakan sihir dan berani berbicara seperti itu padaku? Menghakimiku? Kau siapa? Bahkan manusia sepertimu lebih rendah dari pada sampah!"
"Meski aku lebih rendah dari pada sampah, aku tetap menghargai orang lain, makhluk lain, juga tidak memperbudak dan menyuruh mereka untuk terus mengikuti perintahmu," balasku datar.
Tawa Ratu Malca kembali pecah. Para penyihir kelas atas kembali merapatkan barisan.
Tiba-tiba sebuah serangan muncul dari segala arah. Para penyihir kelas atas segera membuat sihir pelindung dan menggabungkannya satu sama lain, agar lebih kokoh dan tak bisa ditembus. Suara berdentum saling bersahutan. Sesaat, terdengar pula suara sihir pelindung yang retak, menbuatku turut berpartisipasi untuk menyumbangkan kekuatanku demi pelindung tersebut.
Kekuatan Ratu Malca memang dasyat. Tidak mungkin kami bisa melindungi diri dan bertahan terus menerus kalau Ratu Malca juga terus meluncurkan serangan.
Aku kembali memutar otak. Aku yakin, keadaan di luar ruangan-- di luar istana pasti lebih parah dari ini. Cepat atau lambat, semuanya akan hancur tak bersisa. Pada akhirnya, yang akan tersisa di akhir adalah Ratu Malca dan Ratu Tiana, yang menjadi pokok dari permasalahan ini.
"Cepat putuskan Tiana. Kalau tidak, aku akan terus menyerang kalian!"
Serangan beruntun kembali menyerang kami tanpa memberi kesempatan kami untuk menyerang balik. Jangankan aku, para penyihir kelas atas saja tak mendapatkan celah untuk melakukannya.
Namun kali ini, Ratu Tiana ikut turun tangan dan melindungi kami. Ia mengirimkan sihir api dan mengarahkannya pada Ratu Malca. Sihir itu bertemu dengan sihir Ratu Malca, membuat kedua sihir itu musnah dan membentuk percikan api di tengah ruangan.
Tiba-tiba, ruangan ini bergetar. Gemuruh dan reruntuhan ruangan, membuat kami terpaksa harus berpindah tempat, mencari perlindungan.
Ratu Malca melempar serangannya, yang lagi-lagi ditepis oleh Ratu Tiana.
Ratu Tiana berada di garis depan, sedangkan penyihir kelas atas tetap pada barisannya, membentuk sihir pelindung, jikalau sihir atau serangan Ratu Malca kembali datang.
Sihir yang dilempar satu sama lain, antara Ratu Malca dan Ratu Tiana membuat ruangan istana ini terus bergetar hebat. Bahkan sebagian dari lantainya mulai retak dan bagian atap ruangan turut runtuh dan menimpa sebagian besar dari kami.
Sebuah reruntuhan tiba-tiba saja sudah berjarak lima meter di atasku. Mau tak mau, aku menembus barisan penyihir-penyihir kelas atas dan memasang sihir pelindung, menyesuaikan dengan energi sihirku yang tersisa.
Sial! Sepertinya tak ada jalan lain selain keluar dari ruangan dan membantu pasukan lainnya yang mungkin masih hidup di luar sana.
Kekuatan Ratu Malca dan Ratu Tiana tidak sebanding, bahkan oleh penyihir kelas atas terbaik sekali pun.
Sampai pada akhirnya aku mendengar suara Ratu Tiana memerintahkan, "Keluar dari sini dan selamatkan yang lainnya di luar sana. Biarkan aku, yang mengurus Malca di sini."
Dan setelah mendengar perintah itu, tubuhku ditarik paksa, keluar dari ruangan yang mulai runtuh.
************************************
Published : 30 November 2018

KAMU SEDANG MEMBACA
Snow Globe [END]
FantasyTerbangun di sebuah dunia yang indah, siapa yang akan menolaknya? Natasha, gadis berumur lima belas tahun yang tinggal bersama seorang wanita yang mengadopsinya. Bukan disayang, ia justru merasa diperlakukan seperti pelayan pribadinya. Tak heran ji...