Harus kuakui, aku tidak hafal jalan pulang. Aku menghabiskan waktuku hanya untuk berkeliling di sekitar bidang kesehatan, lalu berhasil menemukan tempat istirahat yang dapat membuatku menghela napas lega.
Ternyata, letak bidang kesehatan, cukup dekat dengan area pusat Bright Land, sehingga aku bisa menemukan tempat istirahat berupa perpustakaan. Niat awalnya hanya untuk beristirahat, tapi saat kuingat aku tidak tahu ke mana arah jalan pulang, aku memutuskan untuk mencari peta lokasi di sana.
Penjaga perpustakaan itu menyapaku ramah. Segera kuisi data diri dan mulai mencari beberapa koleksi buku yang dapat mengusir rasa bosan, juga tidak lupa dengan tujuan utamaku, mencari peta.
Setelah lama mencari, aku berhasil menemukan peta lokasi dan beberapa buku yang sempat menarik perhatianku."Elemen sihir," gumamku menyebutkan judul buku tersebut.
Aku jadi teringat dengan perkataan Emerald. Di dunia ini, kita bisa menggunakan sihir, tapi hanya beberapa peri saja yang mau menekuni bidang tersebut. Yah... setelah dipikir-pikir lagi, memang tidak ada gunanya menggunakan sihir berlebihan, karena mungkin akan lebih mudah untuk mengusai elemen sihir yang bisa membantu pekerjaan kita.
Aku melihat sampul buku tersebut dan menemukan banyak tulisan yang begitu asing tertangkap oleh indera penglihatanku. Bentuk huruf yang terangkai menjadi sebuah judul buku itu bisa kubaca tanpa kesulitan sedikit pun.
Bentuk tulisan yang unik, menurutku.
Sepertinya semua manusia yang masuk ke dunia ini dianugerahi kemampuan untuk menyesuaikan bahasa antara dunia manusia dengan dunia peri satu sama lain. Sempat membuatku sedikit bingung, kenapa bisa dan apa hubungannya dunia ini dengan dunia manusia?Apa mungkin, ini semua hanyalah mimpi?
Aku memutuskan untuk tidak berpikir lebih jauh dan mulai membaca buku elemen sihir.
Dalam buku sihir itu, dijelaskan kegunaan empat elemen sihir; api, udara, tanah, dan air.
Ada banyak jenis mantra tertera di sana. Setiap ingin menggunakan sihir, pengguna diwajibkan untuk menguasai teknik penggunaan mana, atau energi sihir yang ada dalam tubuh manusia.
Menurut penjelasan yang ada, cara unuk menguasai teknik pengeluaran mana adalah dengan menbayangkan aliran mana yang ada dalam tubuh ini mengalir keluar tubuh dengan porsi yang dibutuhkan. Tidak boleh terlalu sedikit, tidak boleh terlalu banyak.
Aku mengernyit bingung. Kalau terlalu banyak, bisa terjadi ledakan di sekitar dan pengguna bisa kehabisan energi. Atau yang lebih parahnya, kita bisa mati kalau terlalu banyak menguras Mana, apalagi sampai kehabisan.
Aku menggeleng kuat. Percobaan seperti ini pasti akan membahayakan nyawaku. Pupus sudah harapanku untuk menguasai elemen sihir. Yah, ternyata tidak semudah yang ada di film atau novel fantasi yang sering kubaca dulu.
Dengan berat hati, kulangkahkan kakiku menuju penjaga perpustakaan. Aku hanya bisa meminjamnya dan akan mempelajarinya besok, kalau Emerald mau mengajarkannya padaku.
Berbekal peta pinjaman, aku berhasil menemukan rumahku hampir dua jam lamanya. Jangan salahkan aku yang malah diajak mengobrol sepanjang waktu oleh Regis yang tidak sengaja bertemu saat hampir tersesat di jalan tadi. Meski kesal karena ia tidak berhenti mengoceh, dengan segenap kebaikan hatinya ia mau membantuku mencari rumahku. Dan ya, bisa dibilang aku sampai di rumah karena bantuannya.
Aku menaruh buku pinjamanku di atas meja kayu dan menikmati pemandangan indah matahari terbenam dari balkon rumah. Udara sejuk yang kini menjadi favoritku berembus lembut, membuatku enggan berpisah dengannya suatu hari nanti. Kalau bisa, aku ingin bumi bisa cepat sembuh dan memiliki udara sesegar ini.
Aku masih memikirkan kesalahanku tadi siang. Harusnya aku tahu, Emerald mudah tersinggung dan tidak suka jika perasaannya diketahui orang lain. Mungkin kalau di dunia manusia, berita seperti itu akan tersebar lebih luas dan menjadi perbincangan umum, seperti apa yang kukenal dengan sebutan gosip.
Kugelengkan kepalaku sekali lagi. Harusnya aku juga memikirkan perasaannya. Aku harus minta maaf secepatnya. Tapi dalam kondisi seperti ini, aku bahkan tidak tahu letak rumahnya.Aku kembali menghela napas pasrah dan memutuskan untuk mempelajari teknik sihir. Kurasa, akan lebih efektif mempelajari teknik penggunaan mana di rumah sendiri. Kalau meledak, setidaknya aku menghancurkan rumahku sendiri, bukan fasilitas umum. Walaupun sebenarnya aku takut mati di tempat seperti ini hanya karena kehabisan aliran mana, mungkin itu satu-satunya cara agar aku bisa kembali ke dunia manusia dan mengakhiri mimpi aneh ini.
Baiklah, daripada terus bergantung pada Emerald, aku akan mencoba sebisa mungkin untuk menguasai teknik sihir dan lebih giat bekerja di bidang perkebunan.
Aku memejamkan mataku, membayangkan aliran air yang disebut mana tubuhku, mengalir ke seluruh bagian tubuhku dengan perlahan dan membayangkan sebuah lingkaran hitam sebagai pintu keluarnya mana.
Sebisa mungkin aku mengeluarkannya dengan pelan agar tidak terlalu banyak mana yang keluar dan menciptakan ledakan. Aku kembali membuka mata dan merasa aliran-aliran itu di tubuhku. Aku memutuskan untuk mencoba sihir berelemen angin terlebih dahulu. Aku menyiapkan selembar kertas kosong dan mulai merapalkan mantra yang tertera di buku mantra sihir tersebut.
Aku mengarahkan tanganku ke arahnya dan mulai berkomat-kamit mengucap mantra. Sudah berulang kali aku bergaya dan mengoceh tak jelas, kertas itu sama sekali tak bergerak, menandakan bahwa usahaku berakhir pada kegagalan.
Cih, ternyata memang susah ya, menggunakan sihir. Ini tidak seperti apa yang sering kulihat di film. Seharusnya ini mudah dan harusnya aku dapat melakukannya.
Aku memutuskan untuk kembali mencobanya. Menghela napas dan memejamkan mata. Aku membayangkan aliran mana keluar dari tubuhku dan merapalkan mantra. Lambat laun, aku dapat merasakan embusan angin di sekitar wajahku dan setelah kubuka kedua mataku, aku melihat pemandangan yang menakjubkan. Kertas itu terbang ke sana kemari sesuai keinginanku.
Aku mencoba sihirku sekali lagi. Kali ini, dengan benda yang lebih berat dari kertas. Aku kembali merapalkan mantra, tak lupa dengan aliran mana yang harus kukelurarkan, sebagai syarat keberhasilan menggunakan sihir.
Dan tak bisa kubohongi lagi, sihir benar-benar ada dan aku bisa menggunakannya. Baru saja, aku mendorong meja kayu yang ada di hadapanku hingga menyentuh dinding rumah. Aku tersenyum puas. Besok aku akan memamerkannya pada Emerald.
Aku tidak dapat menahan diri untuk tidak berseru gembira. Besok-besok, aku akan mencoba melatih kemampuan sihirku di tempat yang lebih luas, agar aku dapat mencoba teknik perlindungan diri dan penyerangan menggunakan sihir.
Yap, tinggal di dunia ini lebih seru dibanding harus tinggal bersama nenek sihir keparat itu. Tapi, akan lebih seru kalau Tina ikut denganku ke dunia ini. Aku tidak bisa berbohong, kalau aku merasa bersalah dengannya. Dengan keberadaanku di dunia ini, apa tubuhku ikut menghilang? Apa aku berhenti bernapas?
Kalau aku menghilang, apa nenek sihir itu akan mencariku? Apa Tina juga mencariku dan mengomel pada nenek sihir?
Aku menggelengkan kepala lagi untuk kesekian kalinya. Ada begitu banyak hal yang belum kuketahui tentang hal dan dunia ini.
************************************
Published : 20 Juli 2018Proses revisi MW membuatku menelantarkan work ini.-.
Aku hampir lupa update. Jadi kalau semisal ada typo, tolong ingatkan Rina ya^^
Terimakasih banyak untuk kalian yang membaca, vote dan komen di SG. Semoga suka dengan kelanjutannya^^
See you next week^^

KAMU SEDANG MEMBACA
Snow Globe [END]
FantezieTerbangun di sebuah dunia yang indah, siapa yang akan menolaknya? Natasha, gadis berumur lima belas tahun yang tinggal bersama seorang wanita yang mengadopsinya. Bukan disayang, ia justru merasa diperlakukan seperti pelayan pribadinya. Tak heran ji...