Emerald menatapku dengan tatapan sendunya. "Hanya Ratu Tiana, yang bisa membawa kalian kembali."
"Tapi, kau juga harus tahu, bahwa Ratu Tiana tak pernah melakukan pembunuhan. Kalau targetnya adalah saudara kembarnya sendiri, tak mungkin, ia melakukan pembunuhan itu dengan mudah."
Aku berdecak lalu menghela napas kasar. Semua yang dikatakan Emerald benar. Ratu Tiana memang tidak pernah membunuh. Tapi, tak ada yang tahu kalau ia bisa membunuh 'kan?
Tapi setelah kupikir ulang, meski Ratu Tiana mampu untuk membunuh seseorang, jika targetnya adalah saudara kembarnya sendiri, pasti
akan menjadi lebih sulit."Jadi, kemungkinan Ratu Tiana untuk membunuh Ratu Malca sangat kecil?"
"Ya. Ratu Tiana selalu melindungi, bukan memusnahkan. Apalagi kekuatan mereka seimbang, bisa dibayangkan, kalau tak semudah itu Ratu Tiana dan Ratu Malca saling membunuh satu sama lain," balas Emerald sambil menatap kosong semak-semak di depannya.
Aku meremas kain bajuku sambil memejamkan mata. Bagaimana caranya manusia bisa kembali?
Kalau Ratu Tiana saja tak bisa membunuh Ratu Malca, maka bisa jadi Ratu Tiana yang terbunuh, menyisakan Ratu Malca di dunia ini. Tapi, apa Ratu Malca akan menepati janjinya?
Bagaimana jadinya, kalau seluruh manusia tetap terjebak di dunia ini?Dan kurasa, sangat tidak mungkin untuk memercayai Ratu Malca. Lalu, bagaimana bisa keluar dari dunia terkutuk ini?
"Nata, apa kau tidak bertemu dengan yang lainnya?"
Aku menggeleng. "Sedari tadi, aku bersama penyihir kelas atas."
"Aku hanya membasmi beberapa peri Dark Land yang kebetulan kutemui di daerah perumahan. Tapi aku tidak bertemu dengan Regis, Aqua, dan peri lainnya."
"Apa rencanamu?"
"Akan lebih baik untuk berkumpul bersama peri yang tersisa. Aku punya rencana."
Emerald berdiri dan mengucap sebuah mantra sambil menggandeng tanganku. Dalam sekejap, tubuh kami lenyap, tak terlihat.
Aku tak sempat berkata-kata maupun berteriak heboh akibat mantra sihirnya yang kelewat keren bagiku, karena Emerald sudah menarikku terbang menjauh dengan cepat. Bukan hanya cepat, tapi super cepat, hingga wajahku terasa tertampar angin kencang.
Tak lama kemudian, kami sampai di rumah Emerald. Bertepatan dengan itu, mantra penghilang itu habis hingga kami kembali terlihat seutuhnya.
"Lalu, apa yang kita lakukan di rumahmu?" Aku berbisik pelan di dekat Emerald.
"Tunggu dulu. Aku akan mencoba menghubungi mereka."
Ia mengucapkan sesuatu pada gelang di tangannya lalu sebuah cahaya muncul sesaat. Cahaya tersebut menghilang setelah beberapa detik menyala, tanda bahwa pesan tersebut terkirim, pada semua pemimpin bidang.
"Sekarang, kita harus memulihkan diri dan bersembunyi di sini. Semoga mereka masih hidup dan bisa berkumpul."
Aku mengangguk menyetujuinya. Aku menjatuhkan diri di atas kursi kayu miliknya. Mengumpulkan peri yang tersisa adalah harapan terakhir.
Tiba-tiba, pintu rumah Emerald terbuka dengan sendirinya. Aku berdiri dengan sigap dan bersiap merapalkan mantra. Emerald pun juga sama.
"Hei, tenanglah. Ini aku."
Kami berdua menghela napas lega lalu kembali duduk.
"Maaf, kupikir kalian musuh yang datang," ucap Emerald yang dibalas dengan dengusan oleh Aqua.
"Aku menerima pesanmu dan kebetulan aku bertemu Regis saat perjalanan menuju kemari," jelasnya singkat.
"Nata, apa kau berhasil?" tanya Regis tiba-tiba.
Aku gelagapan. Regis sudah membantuku, tapi aku malah menambah kekacauan, hingga dia pun tak tertolong.
"Nata?"
"Eh itu... dia tidak selamat," jawabku sambil membuang muka. Air mataku kembali memenuhi kelopak mataku, siap untuk meluncur untuk kesekian kalinya.
Terdengar helaan napas kasar. "Itu bukan salahmu Nata. Aku turut berduka. Masalahnya, kita harus segera mengakhiri ini. Pasti ada jalan keluar."
"Tak ada jalan keluar selain menunggu," sergah Emerald cepat.
"Apa maksudmu?"
"Nata, kurasa akan lebih jelas jika kau yang menjelaskan."
Mereka bertiga menatapku menuntut penjelasan. Aku menarik napas dalam lalu membuangnya. Aku harus menceritakan kejadian menyesakkan itu kembali.
"Jalan keluar bagi manusia adalah dengan cara menbunuh salah satu dari kedua saudari kembar tersebut. Ratu Malca telah membuat aturan permainannya seperti itu, jadi tak ada jalan lain selain membunuh salah satunya. Lalu, saat aku berada di sana, aku bertemu dengan manusia pertama yang masuk ke dunia ini."
Aku menghentikan penjelasanku sebentar.
"Dia... ibuku."
Aku dapat melihat tatapan kaget mereka.
"Ibumu?"
Aku mengangguk pelan.
"Jika manusia mati di dunia ini, maka ia hanya bisa diam menonton pemain lainnya untuk menyelesaikan permainan. Tugas kita, manusia yang masih berada di dunia ini, adalah untuk melenyapkan salah satu dari mereka," lanjutku dengan suara bergetar.
"Tunggu sebentar. Apa kau yakin harus membunuh salah satunya? Kenapa tidak membunuh Ratu Malca saja?" tanya Aqua.
Regis menjentikkan jari, hingga semua perhatian tertuju padanya.
"Kesimpulannya, kita harus menbunuh Ratu Malca. Apa kalian percaya pada Ratu Malca? Tentu saja tidak. Kita tidak tahu rencana licik apalagi yang ia sembunyikan, bila kita salah membunuh."
Kami semua mengangguk.
"Baiklah, kalau begitu aku akan membuat ramuan penambah Mana. Aqua, bisakah kau menghubungi peri sihir kelas atas? Kita akan menggabungkan kekuatan untuk melawan Ratu Malca."
************************************
Published : 14 Desember 2018

KAMU SEDANG MEMBACA
Snow Globe [END]
FantasyTerbangun di sebuah dunia yang indah, siapa yang akan menolaknya? Natasha, gadis berumur lima belas tahun yang tinggal bersama seorang wanita yang mengadopsinya. Bukan disayang, ia justru merasa diperlakukan seperti pelayan pribadinya. Tak heran ji...