"Baiklah, kalau begitu aku akan membuat ramuan penambah Mana. Aqua, bisakah kau menghubungi peri sihir kelas atas? Kita akan menggabungkan kekuatan untuk melawan Ratu Malca."
Aqua mengangguk cepat diikuti oleh langkah Emerald menuju dapur. Aku memilih untuk duduk di sebelah Regis yang tak sedang merenung, entah apa yang ia pikirkan saat ini.
Aku mengusap wajahku. Bayangan tentang Ace, ibu, juga Ratu Tiana membuat diriku kembali merasa sakit. Pening kembali melanda, hingga seseorang menepuk pundakku cukup keras.
"Tak perlu mengingat hal yang menyedihkan. Itu bukan salahmu. Lebih baik kau membantuku untuk membuat Ratu Malca bertekuk lutut di hadapan kita dan mengembalikan kita semua."
Aku tertawa. Regis selalu saja seperti itu. Ratu Malca bertekuk lutut di hadapan kita? Itu adalah hal yang tidak mungkin terjadi.
Tak lama kemudian, beberapa penyihir kelas atas yang tersisa telah berkumpul di ruang tengah. Emerald mulai membagikan ramuan penambah mana dan memberi pengobatan pada luka-luka kecil mereka.
"Jadi, bagaimana dengan rencananya?"
"Kita akan kembali ke istana."
"Lalu?"
"Kita akan menggabungkan kekuatan."
Aku mengerutkan kening. Menggabungkan kekuatan bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Butuh konsentrasi tinggi untuk menyalurkan energi sihir satu sama lain, hingga seluruh sihir itu mengalir sempurna lalu dapat terfokuskan pada target dengan kekuatan yang luar biasa besar.
"Tujuan kita hanya satu. Kita akan menyelamatkan dunia ini dan manusia, dengan membunuh Ratu Malca!" seru Artur yang diikuti oleh sorakan peri lainnya tak terkecuali aku.
Artur yang memimpin perjalanan. Peri sihir kelas atas berada di garis terluar untuk melindungi kami. Tak banyak peri Dark Land yang datang menghadang, karena sebagian dari mereka telah sadar dengan apa yang terjadi. Bahkan, tanpa ragu mereka masuk ke dalam barisan kami.
Istana pusat Bright Land telah ada di depan mata. Sebagian dari istana tersebut telah hancur. Suara berdebum dan kilatan cahaya pun silih berganti datang. Jantungku kembali berpacu lebih cepat. Mungkin wajahku juga kembali memucat.
"Nata, apa kau baik-baik saja?"
Suara Regis kembali menyadarkanku. Aku mengangguk samar tanpa menjawab juga menoleh ke arahnya.
Sebenarnya, aku bukan merasa takut. Hanya saja, aku khawatir jikalau rencana ini tak berhasil, jalan apa lagi yang bisa digunakan untuk mengembalikan keadaan menjadi lebih baik seperti sedia kala?
"Kita masuk sekarang! Pasang tameng di sekitar tanpa celah dan jangan ada yang keluar dari barisan!" perintah Artur yang langsung dilaksanakan oleh peri sihir kelas atas.
Barisan kami tertutupi selaput tameng transparan. Kini, kami siap untuk bertempur melawan Ratu Malca.
Kami bergerak perlahan, karena bangunan istana tak lagi aman. Suasananya pun turut berubah. Bau hujan pun telah tergantikan oleh bau anyir yang membuatku terpaksa menutup hidung.
Dan ketika Artur mengangkat tangannya sebagai isyarat berhenti, napasku tercekat. Di sana, Ratu Malca dan Ratu Tiana masih beradu kekuatan. Keduanya terluka. Bahkan tak tanggung-tanggung, bau anyir darah tersebut berasal dari potongan tubuh mereka. Rupanya, mereka memiliki kemampuan untuk beregenarasi.
Gerakan mereka juga cepat-- ralat, sangat cepat. Kekuatan yang saling bertemu menciptakan percikan api layaknya kembang api.
"Kita mulai! Fokuskan kekuatan kalian. Aku yang akan mengarahkan kekuatan tersebut pada Ratu Malca jika seluruh kekuatan telah bersatu. Siap?!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Snow Globe [END]
FantasyTerbangun di sebuah dunia yang indah, siapa yang akan menolaknya? Natasha, gadis berumur lima belas tahun yang tinggal bersama seorang wanita yang mengadopsinya. Bukan disayang, ia justru merasa diperlakukan seperti pelayan pribadinya. Tak heran ji...