chapter 5

1.5K 174 7
                                        

Aku merebahkan diri di kasur dan meregangkan otot-ototku. Tidak kusangka, bekerja di kebun bisa membuat tubuh pegal dan menguras energi seperti ini. Setelah acara perkenalan tadi, aku mulai membantu bekerja menanam, menyiram, Memanen, dan memberi pupuk tanaman di kebun.

Aku juga baru tahu, kalau Emerald adalah pemimpin bidang perkebunan. Selaku pemimpin, ia mengizinkanku untuk beristirahat dan meninggalkan pekerjaan terlebih dahulu karena belum terbiasa. Yah, walau suasana tidak terlalu panas dan bisa terbilang sejuk, tubuhku tetap belum terbiasa bekerja, mengingat saat di dunia manusia kami jarang beraktivitas di luar ruangan. Apalagi ketika olahraga, aku selalu mendapat nilai buruk di mata pelajaran banyak tingkah itu.
Aku memutuskan untuk tidur sebentar demi mengembalikan energi yang rasanya hampir terkuras habis ini.

Tapi, sepertinya aku tida diizinkan tidur dengan nyenyak. Baru saja aku memejamkan mata, terdengar suara gaduh dari luar rumah. Awalnya aku hanya mengabaikannya saja, tapi semakin lama semakin keras dan ramai, membuatku mau tak mau ikut mengintip dengan sejuta rasa penasaran.

Hal yang pertama kali kulihat adalah, para peri yang berlalu lalang dan langit yang seharusnya cerah, menjadi kelam dan berkabut lumayan tebal.

Sungguh, ini pertama kalinya aku menyaksikan hal seperti ini. Kuputuskan untuk melangkahkan kakiku keluar rumah untuk melihat apa yang terjadi. Ini aneh, pasti ada sesuatu yang terjadi hingga banyak peri berterbangan dengan kecepatan di atas normal dan saling bertubrukan satu sama lain.

"Permisi, apa yang sedang terjadi?" tanyaku berusaha ramah dan mengorek informasi.

Peri yang baru saja kutanya menggeleng dan menatapku dengan wajah pucat.

"Cepat kembali ke rumahmu!"

Ia pergi begitu saja setelah memberiku peringatan yang sama sekali tidak membantu.

Tetap saja, aku tidak akan kembali sebelum aku tahu apa yang terjadi.
Aku tak pantang menyerah untuk mencari informasi, meski terbang diantara kerumunan peri yang saling terburu-buru dan tak tentu arah cukup membuatnya kesulitan mencari petunjuk.

Karena tak kunjung mendapat jawaban, dengan berat hati aku memutuskan terbang kembali menuju rumahku. Aku tidak langsung masuk ke dalam rumah, hanya diam di teras dan menatap peri-peri lainnya.

"Apa yang kau lakukan di sana?" tanya seseorang padaku.

Akhirnya, aku menemukan seseorang yang bisa memberiku informasi.

"Aku menunggu seseorang yang mau menjelaskan perstiwa ini padaku," jawabku sambil memalingkan wajah untuk melihat, siapa laki-laki yang bersedia membantuku ini.

Aku tidak bisa menahan diri untuk tidak terkejut dan menahan napas. Manik Onyx miliknya begitu datar dan kosong, tapi di saat itu pula terasa meneduhkan.

"Kenapa?" tanyaku ragu, karena Ace tak kunjung menjawab dan terus menatapku seakan-akan aku ini makhluk teraneh di dunia.

"Masuk dan tetap di dalam."

Sebenarnya aku tidak ingin melakukan itu, tapi saat mendengar nada bicaranya yang datar dan sangat mengintimidasi itu membuatku mengangguk kaku dan berjalan gontai masuk ke dalam rumah.

Selama sepersekian detik setelah menutup pintu, aku berusaha menetralkan detak jantung yang tiba-tiba saja meloncat tanpa kuminta.

Sial, sihir apa yang dia gunakan sampai aku bisa seperti ini?

Aku tidak berani mengintip keluar melalui pintu maupun jendela. Sosok peri bernama Ace itu cukup membuatku takut karena sepertinya ia tidak menyukai kehadiranku.

Memangnya apa yang terjadi?

Kenapa semua peri harus masuk dan berlindung di dalam rumah?

Apa terjadi ledakan?

Snow Globe [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang