Different 4

1K 78 2
                                    

"Sumpah kelakuan mereka tadi udah buat gue gemes. Gara-gara mereka Bu Rahma marah dan nggak ngajar di jam pelajarannya. Padahal minggu depan kita ulangan. Matilah gue. Padahal gue sama sekali nggak tahu pelajaran Matematika. Namanya aja ada MATI-nya. Gimana nggak ngeri coba. Ditambah gurunya yang garang banget." Najwa mengeluh dengan sikap Rafa, Dadang, dan Dodi. Tadi mereka tidak hentinya mengerjai Bu Rahma. Yang dimana Bu Rahma mempunyai latah yang agak parah. Dan hal tersebut menjadi kesempatan mereka untuk mengerjai guru.

Mereka; Najwa, Farah, Tika, dan Hana, sedang duduk dan mengobrol di depan kelas sambil mengemil makanan yang tadinya mereka beli di kantin. Mereka memilih tempat ini karena kantin begitu ramai. Dan mereka butuh tempat yang sepi untuk mengobrol. Dan di sini adalah tempat yang cocok.

"Iya, gue juga emosi banget. Kesabaran gue selalu habis kalau dekat mereka." Hana menimpali.

"Udah deh jangan bahas mereka. Pening pala gue. Sekarang bahas yang lain aja! Kayak nggak ada topik aja." Farah menyela. Dia capek mendengar nama mereka berdua. Mereka si pembuat onar.

"Yaudah, deh! Sama, gue juga males." Najwa berucap.

"Ohiya, Tik. Lo kok masih pake jilbab gituan? Peraturan sekolah kan mengharuskan kita pake jilbab kayak gini." Farah menunjuk jilbab yang melekat di kepalanya.

"Iya aku tahu, tapi aku udah nggak bisa lepas dari jilbab besar ini. Aku udah janji pengen istiqamah dan kalian semua tahu kan janji harus ditepatin."

"Tapi lo pasti bakalan dapat hukuman dari OSIS. Gimana dong?" Tanya Farah.

Tika tersenyum, "Nggak papa. Aku sanggup kok kalau selalu nerima hukuman. Toh ini juga pilihan aku."

"Lo emang wanita solehah, Tik. Gue bangga punya teman kayak lo." Hana tersenyum.

"Kalau kamu? Kapan nyusul?" Tanya Tika hati-hati pada Hana.

Hana menghembuskan napas lemah, "Nunggu hati gue siap, Tik. Gue takut kalau gue nggak bisa istiqamah."

"Hana. Berhijab itu nggak nunggu hati kita buat siap. Gimana kalau nanti hati kamu belum siap, tapi malaikat maut lebih dulu ngambil nyawa kamu? Kamu akan nyesel, Han. Rambut kita itu aurat. Betis kita pun juga aurat. Bahkan semua bagian tubuh wanita itu aurat kecuali wajah dan telapak tangan. Allah pernah mengatakan dalam ayatnya, "Katakanlah (wahai Nabi Muhammad) kepada wanita- wanita mukminah, 'Hendaklah mereka menahan pandangan mereka, dan memelihara kemaluan mereka dan janganlah mereka menampakkan hiasan (pakaian, atau bagian tubuh) mereka kecuali yang (biasa) nampak darinya dan hendaklah mereka menutupkan kerudung mereka ke dada mereka." (QS. an-Nur [24]: 31).

Aisyah (ra) istri Nabi Muhammad sallallahu'alaihi wassallam meriwayatkan bahwa Rasulullah Shalallahu'alaihi wassallam bersabda, "Allah tidak akan menerima Shalatnya seorang wanita haid (baligh) kecuali dengan mengenakan khimar." Diriwayatkan oleh lima orang pengarang kitab induk hadits, kecuali An-Nasai.

Jadi biarpun kamu rajin shalat, rajin sedekah, rajin ngaji, itu akan sia-sia kalau kamu nggak nutup aurat. Kamu harus pikirin itu baik-baik, Han. Aku ngatain ini bukan karena aku yang paling benar. Tapi aku pengen lihat kamu nggak disiksa di akhirat kelak. Aku pengen kita nanti sama sama di Jannah-Nya. Ngerasain gimana nikmatnya di sana." Jelas Tika. Tangannya mengelus bahu Hana; meyakinkan agar semua yang ia katakan terserap dengan baik dipikirannya.

Hana menunduk. Memejamkan matanya, "Gue ngerasa bersalah, Tik. Sebenarnya gue juga sholatnya belum teratur. Puasa yang bolong juga nggak pernah diganti. Ngaji nggak lancar bahkan udah lupa huruf hijaiah. Gimana berdosanya gue sama Allah. Gue ... gue pengen berubah, Tik. Bantu gue."

DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang